Bukan Belanda, Keraton Kaibon Dihancurkan Rakyat Banten

Ana AmaliaAna Amalia - Senin, 21 Maret 2016
Bukan Belanda, Keraton Kaibon Dihancurkan Rakyat Banten

Sisa-sisa reruntuhan Keraton Kaibon, Senin (21/3). (Foto: MerahPutih/Ctr)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih Budaya - Kaibon, keraton yang dibangun pada masa Sultan Syafiudin (Sultan ke 21) sebagai persembahannya kepada Sang Ibu Ratu Aisyah, dipercaya masyarakat umum dihancurkan oleh Belanda. Ternyata komplek istana yang berlokasi di Kampung Kroya Desa Kasunyatan Kecamatan Kasemen itu justru dihancurkan oleh rakyat Banten sendiri.

Peneliti Bantenologi yang memiliki keahlian membaca naskah naskah kuno Banten Yadi Achyadi mengatakan berdasarkan penelitiannya terhadap cerita rakyat Banten. Kaibon dihancurkan oleh rakyat Banten sendiri bersama para ulama Banten, sebagai bentuk perlawanan terhadap kolonialis.

"Lebih baik hancur lebur oleh pribumi, daripada diinjak oleh kolonial,"  katanya, Senin (21/3/2016) kepada merahputih.com.

Yadi menuturkan, VOC menguasai Banten pada 1683, masa dimana Sultan Abu Nashar Abdul Qahar (Sulltan Haji) yang mengkhianati ayahnya sendiri yaitu Sultan Ageng Tirtayasa. VOC membiarkan Kesultanan Banten berkuasa dibawah kontrolnya sampai VOC dibubarkan pada 1 Maret 1796. 

Pada tahun 1807 Kerajaan Belanda dikuasai oleh Perancis, secara otomatis seluruh jajahan Belanda jatuh ke tangan Perancis. Herman William Daendels diangkat sebagai Gubernur Jenderal di nusantara, ia memerintahkan tiga hal kepada Sultan Aliudin yang menduduki tahta Kesultanan Banten ketika itu. 

 Sisa-sisa reruntuhan Keraton Kaibon, Senin (21/3). (Foto: MerahPutih/Ctr)

Namun perintah itu ditolak mentah-mentah, bahkan Sultan Aliudin memenggal kepala Komondeur Phillip Pieter Du Puy yang diutus Daendels, pada hari itu juga, tepatnya 21 November 1808, Daendels menyerbu dan menaklukan Keraton Surosowan. 

Sultan Aliudin dibuang ke Ambon, dan Putra mahkota Pangeran Suramanggala diangkat menjadi Sultan berikutnya. Meski posisinya Sultan, namun ia tidak berdaya apa-apa selain pegawai Belanda yang digaji 15.000 Real setahun.

Yadi Achyadi juga mengatakan, Keraton Kaibon sempat dijadikan Karesidenan Banten, karena Keraton Surosowan sendiri kondisinya sudah porak poranda. Sesudahnya pusat pemerintahan Karesidenan Banten dipindahkan ke tempat yang saat ini menjadi Museum Nasional Provinsi Banten di Kota Serang.

"Karena komplek Kesultanan Banten ditinggalkan, maka bangunan-bangunan yang tersisa seolah tak bertuan. Para ulama dan rakyat akhirnya bekerjasama membongkar bangunan bangunan yang tersisa, bahannya digunakan untuk membangun pondok pesantren dan rumah warga. Setelah itu barulah dibakar, jadi bukan Daendels yang memporakporandakan Keraton Kaibon," jelasnya. (Ctr)

BACA JUGA:

  1. Pemprov Banten Gelar Semiloka Sejarah dan Arsitektur Kolonial
  2. Jawara Banten dan Pergeseran Budaya
  3. Rabeg, Hidangan Legendaris Kesultanan Banten
  4. Baduy, Suku Adat Sunda di Selatan Banten yang Penuh Misteri
  5. Banten Targetkan 15 Juta Kunjungan Wisatawan
#Kota Serang Banten #Kesultanan Banten #Keraton Kaibon Banten Lama
Bagikan
Ditulis Oleh

Ana Amalia

Happy life happy me

Berita Terkait

Indonesia
Yandri Susanto Bantah ‘Cawe-cawe’ Menangi Istrinya di Pilbup Serang, Datang ke Acara Kepala Desa Sebelum Dilantik jadi Mendes
Wakil Ketua Umum PAN ini menjelaskan, dirinya hadir di Raker Apdesi sebagai narasumber
Angga Yudha Pratama - Rabu, 26 Februari 2025
Yandri Susanto Bantah ‘Cawe-cawe’ Menangi Istrinya di Pilbup Serang, Datang ke Acara Kepala Desa Sebelum Dilantik jadi Mendes
Indonesia
Atikoh Ganjar Cek Harga Dan Serap Aspirasi saat Blusukan di Pasar Rau Serang
Istri calon presiden (capres) nomor urut 3 Ganjar Pranowo, Siti Atikoh Suprianti melakukan blusukan ke Pasar Rau di Jalan Kyai H. Abdul Latif, Cimuncang, Kota Serang, Banten, Senin (11/12) untuk mengecek harga kebutuhan pokok.
Mula Akmal - Senin, 11 Desember 2023
Atikoh Ganjar Cek Harga Dan Serap Aspirasi saat Blusukan di Pasar Rau Serang
Bagikan