Bandung Makerthon Ajang Inovasi Aplikasi Dunia Bebas Sampah


SEA Makerthon 2016 (Foto: Instagram.com/@sl2square)
South East Asia (SEA) Makerthon 2016 merupakan kompetisi pembuatan aplikasi yang digelar di 10 kota mengambil tema Dunia Bebas Sampah.
Kompetisi ini diikuti sekitar 1000 peserta dari 10 kota masing-masing di Asia Tenggara, yang memecahkan masalah sampah yang ada di kota mereka, mulai dari sampah elektronik, makanan, pertanian, bekas kemasan dan banyak lagi.
Event ini diprakarsai oleh Southeast Asian Makerspace Network (SEAMNET). Sustainable Living Lab dari Singapura yang menyokong SEA Makerthon 2016, mendukung panitia lokal yang di Indonesia yang terdiri dari Asosiasi Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB), Spirit Ganesha, Labtek Indie dan Ruang Reka.
Sebagai salah satu kota dinamis di Indonesia, Bandung dikenal merupakan lingkungan dengan budaya dan teknologi yang mendukung pertumbuhan dengan cepat. Tak banyak diketahui bahwa tahun lalu (2015) UNESCO telah menobatkan kota yang dulu disebut sebagai Paris van Java itu sebagai Kota Kreatif Desain.
Sebagai kota anak muda, 60 persen populasi di kota Bandung berusia di bawah 40 tahun. Di sana ada sekitar 50 institut pendidikan tinggi. Bandung juga diposisikan sebagai Silicon Valley-nya Indonesia dengan proyek jangkan panjang Teknopolis.
Ada 15 fasilitas rancangan untuk membantu 11 tim yang berpartisipasi dalam Bandung Makerthon 2016 untuk membuat solusi Bebas Sampah.
Masalahnya memang cukup menantang. Bandung yang berkembang menjadi Smart City dengan populasi penduduk yang terus bertambah dan makin padat, harus menciptakan manajemen yang efektif dan efisien untuk mengurusi sampah.
Kehadiran banyak Mall, Mini Market, Ruko2m Factory Outlet, usaha kuliner tentunya memperbanyak produksi sampah di wilayah ini. Selain jumlah penduduk yang bertambah pendapatan yang meningkat juga menjadi salah satu faktor, mekin menggunungnya sampah. Sementara jumlah tempat pembuangan sampahnya tidak bertambah.
Para peserta pembuatan aplikasi di Bandung Makerthon 2016 fokus di sejumlah kepentingan : Warga, Produsen dan Pemerintah Setempat.
Dengan tahapan Merancang Pemikirannya + Membuat Prototipe = Keajaiban terjadi!
Akhirnya inovasi itu terjadi juga, yang dilahirkan dari empat kepala anak muda dan tergabung di tim Goods Do Goods dengan inovasi produk Goods Bin atau tempat sampah yang dilengkapi aplikasi. (dsyamil)
BACA JUGA
Bagikan
Berita Terkait
Proyek RDF Bantargebang Sudah 98 Persen, Target Operasi Akhir Januari
