BAYANGKAN Arek Suroboyo di tahun 1945 cuma modal ide kebaruan. Berbuih-buih berdebat di warung kopi semalam suntuk tapi jajan kopi segelas doang. Kasbon lagi. Cuk!
Justru, resolusi jihad NU, ikrar para laskar, dan pidato Bung Tomo bisa ampuh karena para pejuang berani mempraktikannya di setiap pertempuran. Enggak heran kalau pasukan Sekutu notabene pemenang Perang Dunia II morat-marit di Surabaya.
Keberanian berlipat ganda para pejuang meski berbekal amunisi amat sederhana bukan lantaran tersengat pidato saja, melainkan usaha bersama mempertahankan komitmen baru kemerdekaan Republik Indonesia.
Pertalian keberanian dan kebaruan tersebut menjadi monumen inti perjuangan rakyat di Pertempuran Surabaya 1945. Malah, momentum tersebut dijadikan peringatan Hari Pahlawan. Esensi pahlawan di dalamnya sesungguhnya bukan seperti merayakan hero merujuk pada seseorang atau kelompok orang, melainkan memperingati semangat juang rakyat.
Persis seperti semangat setiap masyarakat berani memulai hal-hal baru di tengah keadaan serba-sulit akibat pandemi COVID-19. Saat ini, justru banjir gerakan saling membantu dan semangat baru membangun kebersamaan ketimbang menanti kemunculan sosok superhero. Kebaikan datang dari lingkup terkecil; keluarga, tetangga, dan teman, namun muncul di mana-mana sehingga biar kecil tetapi banyak.
Anehnya, banyak orang kemudian lebih kenal nilai kebaikannya daripada pribadi-pribadi. Mungkin, movement di masa pandemi menjadi lebih berkelanjutan ketimbang brand.
Meski begitu, komitmen baru juga perlu diuji. Apakah tahan di setiap guncangan? Ketika banyak orang menghindari memulai hal-hal baru di masa pandemi COVID-19, sebaliknya merahputih.com di harijadi keenam justru tertantang berani menghadirkan kebaruan nan secara simbolis tampak pada logo dan tampilan website baru.
Bertepatan pula di bulan peringatan perjuangan para pahlawan, merahputih.com mengangkat tema Berani Baru. Jika di masa lalu 'keberanian' dan 'kebaruan' memainkan peran penting melahirkan tatanan baru, maka hari ini keduanya perlu kembali dihadirkan sebagai jawaban paling aktual terhadap kondisi sulit.
Berani Baru, sesederhana merealisasikan ide di kepala. Banyak orang punya segudang gagasan, konsep, dan strategi baru di notebook atau unggahan medsosnya. Namun, hanya itungan satu jari satu tangan berani mewujudkannya di masa pandemi.
Keadaan chaos, menurut filsuf asal Perancis, Michel Serres pada karyanya Genesis, bila dipandang sebatas sebagai negatif chaos, tak akan pernah muncul peluang terhadap kemajuan, persaingan, peningkatan etos kerja, dialektika kultural, serta peningkatan daya kreativitas dan produktivitas.
Ibarat pendulum, gerak acak atau ketidakberaturan bola-bola pada satu titik akan kembali teratur. Dibutuhkan kekacauan supaya muncul harmoni. Tinggal setiap orang berani atau tidak memulai rencana atau komitmen baru di masa ketidakberaturan.
Bila setiap orang Berani Baru memulai karya apa saja, semacam bentuk kreatif di masa sulit, bukan tak mungkin gelombang baru akan membesar mendorong perubahan.
Di saat muncul pertanyaan apa sumbangsih generasi milenial, kan gampang banget dijawab dengan Berani Baru. Kamu? (*)