Wakil Presiden Pertama RI

Mohammad Hatta

Mohammad Hatta lahir di Aur Tanjungkang, Bukittinggi, Sumatera Barat, 12 Agustus 1902. Sejak usia 8 bulan, Hatta telah ditinggal pergi ayahnya, Haji Muhammad Jamil. Dia begitu dekat dengan sang kakek, biasa dipanggil Pak Gaek, dan sang ibu, Siti Saleha.

Mula-mula Hatta menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat. Baru dua tahu, dia pindah ke Europeesche Lagere School (ELS) kemudian melajutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) sampai tahun 1917. Hatta aktif di Jong Sumatranen Bond.

Aktifitasnya politiknya semakin meninggi kala Hatta bersekolah di Handels Hogeschool, Belanda. Di sana, dia masuk Indische Vereeniging kemudian menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Hatta menjadi pimpinan PI pada 1926.

PI semakin gencar mengkritik kebijakan pemerintah kolonial melalui media massa. Pada 25 September 1927, Hatta bersama Ali Sastroamidjojo, Nazir Datuk Pamuntjak dan Madjid Djojohadiningrat ditangkap pemerintah Belanda atas tuduhan mengikuti partai terlarang. Dia pulang ke tanah air leih cepat.

Hatta dibuang pemerintah Belanda ke Digul pada 1934, dan selanjutnya ke Banda. Selama pengasingan, Hatta sering menulis buah pikirnya tentang analisis kekuatan di Asia-Pasifik pada berbagai surat kabar.

Saat Pemerintah Militer Jepang mengambil alih kekuasaan, Hatta dan Sjahrir dipindah ke ke ibukota Jakarta. Hubungannya dengan tokoh nasional lainnya semakin rekat, terutama Sukarno.

Hatta menjadi bagian Panitia Sembilan bersama Sukarno untuk merancang dasar negara. Pasangan Sukarno-Hatta banyak tampil sebagai wakil Indonesia. Mereka kemudian menjadi proklamot Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945. (*)

Indonesia
[HOAKS atau FAKTA] Surat Bung Hatta kepada Abdurrahman Baswedan
Berdasarkan penelusuran, putri bungsu Bung Hatta, Halida Nuriah Hatta menyatakan surat tersebut palsu dan isinya tidak sesuai dengan kepribadian Hatta.
Andika Pratama - Rabu, 03 Agustus 2022
[HOAKS atau FAKTA] Surat Bung Hatta kepada Abdurrahman Baswedan
Indonesia
Yudi Latif Beberkan 'Islam Garam' dan Bukan 'Islam Gincu' ala Bung Hatta
“Hal ini menandakan betapa Hatta sangat memegang prinsip keyakinannya namun tetap rileks menghadapi perbedaan,” ucap Yudi.
Andika Pratama - Rabu, 11 Agustus 2021
Yudi Latif Beberkan 'Islam Garam' dan Bukan 'Islam Gincu' ala Bung Hatta
Indonesia
Impian Demokrasi ala Hatta: Negara Hadir Tanpa Batasi Hak Rakyat Berekspresi
“Bung Hatta menginginkan sebuah negara yang hadir tapi juga tidak membatasi hak-hak rakyatnya untuk berekspresi” pungkas Burhanuddin.
Andika Pratama - Rabu, 11 Agustus 2021
Impian Demokrasi ala Hatta: Negara Hadir Tanpa Batasi Hak Rakyat Berekspresi
Olahraga
Deretan Bapak Bangsa Indonesia yang Hebat Bermain Bola
MASA kependudukan Belanda, tulisan Verboden voor Inlanders en Houden atau dalam bahasa Indonesia berarti 'Dilarang masuk untuk pribumi dan anjing' banyak menghiasi pintu masuk stadion bola di Indonesia.
Zaimul Haq Elfan Habib - Kamis, 05 Juli 2018
Deretan Bapak Bangsa Indonesia yang Hebat Bermain Bola
Tradisi
SEJARAH HARI INI: Pidato Bung Hatta “Mendayung Antara Dua Karang”
Hari ini, 69 tahun silam, wakil presiden Mohammad Hatta memberikan pidato bertajuk Mendayung Antara Dua Karang di hadapan Badan Pekerja KNIP.
Yudi Anugrah Nugroho - Sabtu, 02 September 2017
SEJARAH HARI INI: Pidato Bung Hatta “Mendayung Antara Dua Karang”
Indonesia
Napak Tilas Sejarah di Rumah Rengasdengklok Kembali Semarak
Apa saja yang dilakukan warga dan peminat sejarah saat napak tilas di rumah Rengasdengklok?
Eddy Flo - Sabtu, 12 Agustus 2017
Napak Tilas Sejarah di Rumah Rengasdengklok Kembali Semarak
Berita
70 Tahun Indonesia Merdeka, Cita-Cita Mohammad Hatta Belum Tercapai
Bertepatan dengan hari kemerdekaan Indonesia yang ke-70, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Indonesia periode 2004-2009, Meutia Farida Hatta, mengatakan jika hingga hari ini cita-cita ayahnya, Mohammad Hatta belum tercapai.
Fadhli - Senin, 17 Agustus 2015
70 Tahun Indonesia Merdeka, Cita-Cita Mohammad Hatta Belum Tercapai