Mei Bulan para Pejuang
SIAPA bilang mengenang perjuangan cuma ramai di Agustus? Coba deh pantau peringatan hari besar di Mei. (Boleh kok periksa kalender). Ternyata banyak momentum besar berkait perjuangan di setiap bidang. Enggak percaya? Cus bedah satu per satu.
Di awal bulan aja nih gengz, sangat kental aroma perjuangan di Hari Buruh Internasional, lalu Peringatan Reformasi, enggak lupa juga bertepatan dengan Bulan Ramadan, Hari Keluarga, dan Hari Renungan AIDS Nusantara. Terus apa hubungan peringatan hari besar itu dengan perjuangan sih?
Hari Buruh Internasional, misalnya, merupakan peringatan perjuangan para buruh menuntut hak-hak kerja. Buruh bukanlah sapi perah. Butuh upah layak, jaminan kesehatan dan hari tua, juga ngedate. Ya kali kerja melulu!
Ketika hak-hak itu terpenuhi, distribusi rezeki bisa terbagi kepada anak-istri di kampung halaman. Bulan Mei ini juga kedatangan tamu istimewa; bulan Ramadan. Para pekerja, setelah berjuang membanting tulang di Ibu Kota selama berbulan bahkan menahun, akan kembali ke kampung menebus rindu bertemu keluarga.
Begitu pula para pekerja urban. Mereka rela berdesakan di angkutan umum, bermacet ria di jalan, demi bisa sampai rumah sebelum magrib untuk buka puasa bersama keluarga. Sungguh epik!
Bulan Ramdan memang berkaitan erat dengan perjuangan. Kamu perku tahu gengz, para Bapak Pendiri Bangsa berjuang siang-malam merangcang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di tengah ibadah di Bulan Ramadan.
Puasa pun perjuangan penting umat manusia. Bukan saja menahan lapar dan haus. Juga menahan emosi dan memperbanyak ibadah. Semua itu dijalankan para Bapak Pendiri Bangsa sembari bersusah payah berjuang memerdekakan Indonesia. Merdeka!
Kemerdekaan juga bukan akhir perjuangan. Hal itu terjadi bagi para Orang Dengan HIV AIDS (ODHA). Mereka masih berjuangan untuk melawan penyakit dan stigma di masyarakat. Hari Renungan AIDS Nusantara pada 15 Mei menjadi alarm bersama untuk menghilangkan stigma. ODHA tetap keluarga tercinta.
Enggak kalah penting. Di ujung Mei, tersua peringatan Reformasi pada tanggal 21. Reformasi bisa tercapai karena mahasiswa berjuang habis-habisan menuntut perubahan terhadap rezim otoritarian Orde Baru.
Bayangkan gengz, kalau waktu itu mahasiswa mageran, kupu-kupu alias kuliah pulang, apalagi heboh pakai almamater cuma buat naikin crowd acara kuis di televisi, kebebasan berpendapat, termasuk di media sosial kayak sekarang enggak bakal terjadi. Ciyus!
Lewat Laporan Khusus Mei Bulan Para Pejuang, Merahputih.com menstimulasi para pembaca tercinta untuk enggak gampang nyerah memperjuangkan sesuatu. Sebab, hidup adalah perjuangan. Dan penyair 'Si Burung Merak' WS Rendra pernah berpesan dalam Sajak Seorang Tua untuk Istrinya, "Hidup tidaklah untuk mengeluh dan mengaduh. Hidup adalah untuk mengolah hidup." (*)