LAGU Bom Nuklir gubahan Nasida Ria belakangan laris manis diunggah warganet. Pemicunya, tentu saja perang Rusia-Ukraina. Seolah mereka meramal akan ada krisis nuklir dalam palagan tersebut. Apalagi seusai Valdimir Putin menempatkan pertahanan nuklirnya bersiaga penuh. Dibarengi dengan peringatan keras kepada pelbagai pihak penghalang niatnya di Ukraina.
"Siapa pun ingin mencoba menghalangi kami di Ukraina akan melihat konsekuensi belum pernah dilihat di dalam sejarah Anda," kata Putin dikutip BBC. Peringatan itu ditafsirkan banyak pihak sebagai tanda ancaman serangan nuklir.
Menurut Bulletin of the Atomic Scientists, Rusia jadi negara terbesar di dunia dengan 6.257 hulu ledak nuklir pada 2021, sementara di posisi kedua ditempati Amerika Serikat dengan jumlah 5.550.
Pihak Ukraina tak ciut nyali bahkan menganggap kecaman Putin sebagai gertakan semata demi menekan delegasinya pada pembicaraan di Belarus.
Meski hingga kini serangan nuklir urung terjadi, Badan Energi Atom Internasional menyerukan kepada Rusia agar tak melakukan serangan militer di empat lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dengan 15 reaktor milik Ukraina nan tidak dirancang berada di wilayah zona perang.
Fisikawan Atmosfer University of Colorado Boulder Brian Toon, dikutip Nature, memperkirakan jika muncul perang nuklir akan memicu musim dingin ekstrem. Jelaga akibat ledakan nuklir akan menutup atmosfer sehingga menutup sinar matahari ke bumi.
"Bila bom nuklir diledakan, akan musnah kehidupan di Bumi,.." begitu singkatnya jika perang nuklir terjadi seturut lirik lagu Nasida Ria, grup nasyid garapan HM Zain di Semarang pada 1975 nan semakin digemari anak muda sekarang begitu mereka sering tampil di festival musik bergengsi di Jakarta.
Bahkan, selain lagu tersebut, para warganet menyambung kemudian dengan tautan lagu Nasida Ria lainnya dengan judul Perdamaian. Lirik lagu tersebut terampil melihat sisi lain peperangan dan perdamaian tak semata sebagai opisi biner, antara hitam atau putih, namun bertalian.
Gedung didirikan, lalu dihancurkan. Ingin aman dan sentosa, tapi kau buat senjata biaya berjuta-juta. Banyak orang cinta damai, tapi perang semakin ramai. "Bingung, bingun ku memikirnya".
Presiden Joko Widodo merespon perang Rusia-Ukraina melalui akun resmi Twitternya. "Stop perang. Perang itu menyengsarakan umat manusia, dan membahayakan dunia," cicit Jokowi pada akun Twitter @jokowi.
Meski Indonesia tidak berada di dalam 80 daftar negara pendukung draf resolusi damai, cicitan Jokowi malahan strategis mengingat perannya sebagai ketua presidensi G20. Isu kemanusian dan pemulihan ekonomi jadi agenda penting forum kerjasama multilateral di bidang ekonomi tersebut.
Banyak negara di dunia membangun simpul mengusung semangat bersama bangkit dari keterpurukan ekonomi imbas pandemi. Perang Rusia-Ukraina justru membuat perekonomian Eropa terganggu dan akan berdampak pada banyak negara di dunia ketika masih harus berjuang keluar dari pandemi.
Tak heran bila kampanye stop perang menggema di banyak tempat. Bisa jadi perdamaian merupakan impian paling sederhana sepanjang sejarah umat manusia nan dihiasi banyak peperangan. Perdamaian selalu dimaknai berulang lewat pelbagai peperangan. Bahkan, secara mikro tiap orang pun punya perang terhadap dirinya sendiri.
Maka, muncul istilah berdamai dengan diri sendiri. Bahkan banyak cara dilakukan agar tiap-tiap orang menjadi peaceful. Di bulan Maret, di tengah konflik Rusia-Ukraina, Merahputih.com mengusung semangat perdamaian sebagai tajuk utama selama sebulan. Damai Ajalah menjadi semangat paling ikonik Warga +62 di tiap problematika. "Yang waras ngalah". Sesederhana itu petuah orang tua ketika orang terdekatnya sedang berada di tengah konflik.
Di kehidupan sehari-hari Warga +62, Damai Ajalah acap menjadi semacam mantra ampuh saat muncul pertentangan, baik di batin atau di luar batin. Seseorang akan lebih banyak akhirnya Damai Ajalah menunda belanja barang incaran saat gajian 'Assalamualaikum' lalu langsung disapa cicilan 'Waalaikumsalam'. MAKA, DAMAI AJALAH! (*)