PEMBAGIAN rapor kini tak semenegangkan dahulu. Di masa lalu, begitu divonis tak naik kelas, dunia seolah runtuh berkeping. Sekeluarga menanggung malu. Orang tua dianggap tak becus didik anak. Kakak disangka tak membantu adiknya. Sementara, si anak tuntas dicap bodoh atau gagal. Memang tak mudah memikul beban sebagai anak gagal.

Tinggal kelas dahulu jadi aib besar. Beberapa orang tua kasih ultimatum pada anaknya jangan main dengan anak tinggal kelas. Alasannya, takut ketularan bodoh. Sosoknya dianggap sebagai pembawa virus kebodohan. Maka, harus dihindari jauh-jauh malah kalau bisa dikucilkan. Alhasil, anak tinggal kelas tentu saja miskin teman. Secara sosial dianggap virus, sementara di dalam keluarga dicap anak gagal.

Pihak keluarga kontan merespon dengan buru-buru memindahkan anaknya ke sekolah di luar daerah. Tujuannya, tentu saja macam-macam, namun dua di antaranya agar dianggap sebagai anak pindahan syukur-syukur bisa naik kelas di tempat baru, lalu menjauh dari pandangan buruk orang-orang di lingkungan lama.

Kini, pandangan tersebut berubah drastis. Masyarakat sudah teredukasi dengan baik sehingga tak lantas menganggap sekolah sebagai tempat semata-mata menjadi pintar, menjadi cerdas, dan mencetak orang berhasil.

Masyarakat kini memandang sekolah sebagai sarana siswa belajar berproses serta mengembangkan diri sesuai kehendak atau cita-citanya. Kegagalan justru dimaknasi sebagai satu kesatuan di dalam proses bukan ekses dari hasil akhir. Ketika gagal, teman-teman berikut orang tua mereka terus kasih dukungan, orang tua sekeluarga paling terdepan kasih sokongan, guru kasih bimbingan, dan lingkungan memberi ruang terbaik.

Meski cara pandang sudah berubah, kebiasaan unik Warga +62 saat kenaikan kelas, terutama pembagian rapor tak pernah baru seratus persen. Urung berubah bisa jadi karena memang ekosistem sekolah, antara lain guru, orang tua, murid, kantin, satpam, serta penjual aneka kuliner di depan sekolah kangen berat dengan tradisi ambil rapot sebelum pandemi.

Di samping sebagai momen bertemunya guru dan orang tua murid saling mengevaluasi belajar siswa, pembagian rapor acap jadi wadah unjuk gigi pelbagai macam hal. Orang tua murid enggak mau kalah unjuk gigi keberhasilan anak, kemewahan, pencapaian, dan segala hal terkait kebanggan diri. Sebab, tak hanya anak, orang tua juga mau naik kelas!

Naik kelas kehidupan, karier, bisnis, spiritualitas, juga percintaan bukan cuma perlu tapi mutlak terjadi di tiap fase kehidupan. Jika tak pernah naik kelas, patut diduga orang tersebut tak pernah berusaha kuat mencapai tujuan atau justru menolak berintrospeksi sehingga tak sadar jika dirinya, karier, bisnis, spirtualitas, dan percintaannya telah jauh berkembang.

Jangan sampai lantaran terlalu sibuk, upaya mencintai lalu mengenali diri sendiri (selflove) selalu skip. Begitu pula jangan terlalu tergesa harus cepat-cepat naik kelas agar tak mudah terjebak dengan ekspektasi. Harus seimbang, harmoni, agar bisa ringan langkah mempercantik dunia nan sudah cantik. Ujungnya, tentu menjadi damai.

Berdamai bahkan jadi momentum naik kelas. Tak tanggungg-tanggung, Presiden Joko Widodo harus menempuh 13 jam perjalanan udara agar bisa sampai di Jerman (26/6) untuk mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi Group of Seven (KTT G7) dalam upaya ikut menjaga perdamaian dunia. Forum tahunan usungan negara-negara industri maju, terdiri dari Amerika Serikat, Jerman, Italia, Jepang, Kanada, dan Prancis tersebut acap membahas situasi global dengan tujuan untuk beroleh keputusan juga kesepakatan bersama.

Indonesia hadir selain menjadi negara mitra juga posisinya sangat strategis sebagai Presiden G20 nan penyelenggaraannya akan digelar pada Oktober mendatang di Bali. Pada KTT G7 tahun ini, pembahasannya diprediksi akan fokus pada dampak invasi Rusia ke Ukraina terutama soal acaman terhadap pasokan pangan dunia. Di dalam pembahasan tersebut tentu Jokowi punya peran strategis pada upaya-upaya kebaikan atas konflik Rusia-Ukraina. Jokowi menemui langsung Presiden Ukraina Volodymyr Oleksandrovych Zelenskyy membahas pelbagai hal menyangkut perdamaian serta perbaikan.

Mengupayakan kebaikan pada konflik dua negara merupakan bentuk unjuk gigi sekaligus naik kelas Indonesia. Naik kelas memang harus diupayakan. Tak ada keberhasilan tanpa leha-leha usaha. Hal tersebut sangat tercermin dari semangat berbenah para pelaku wisata di banyak daerah di Indonesia. Di saat pandemi mulai melandai, ekosistem kepariwisataan mulai berbenah mengubah banyak hal, termasuk konsep baru sustainability tourism (pariwisata berkelanjutan).

Beberapa desa tampil terdepan mengusung konsep wisata keberlanjutan agar tak cuma mendorong wistawan datang tapi juga punya dampak jangka panjang bagi ruang hidup mereka. Empat pilar telah dicanangkan Kemenparekraf, meliputi ekonomi berkelanjutan, pengelolaan berkelanjutan, keberlanjutan budaya, dan aspek lingkungan. Cara tersebut diambil dalam rangka mengajak seluruh ekosistem kepariwisataan naik kelas bersama mengusung keberlanjutan di segala aspek.

Sangking penting dan strategisnya, maka naik kelas selalu ada di segala lini dan fase kehidupan. Sepanjang Juli 2022, Merahputih.com menaja tema Warga +62 Naik Kelas. Tema tersebut sebagai sambungan dari tema Unjuk Gigi di bulan sebelumnya karena peristiwa besar baik di dalam dan luar negeri erat kaitannya dengan dua tema tersebut.

Naik kelas merangkum segala hal unik dan ikonis Warga +62 dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara tersebut, redaksi ingin menyajikan gambaran utuh tak cuma peristiwa, tapi juga fenomena, cara pandang, dan kebiasaan unik manusia Indonesia. Salah satunya, fenomena bakso. Warganet sempat berhari-hari betah membicarakannya. Bakso naik kelas karena diperbincangkan secara luas dari media arus utama sampai media sosial. Tukang bakso pun awalnya heran mengapa mendadak jadi pusat perhatian.

Sejak pandemi, tak pernah ada elit politik terang-terangan makan bakso hingga jadi berita nasional. Mereka tentu saja pernah makan bakso. Namun, mungkin menyantapnya di rumah, restoran, hotel, atau di kedai bakso langganan tanpa sorot kamera. Baru kemarin terlihat jelas para elit dengan raut muka semringah menyeruput kuah hangat berkaldu di senduk lalu menggigit bola berbahan daging sapi tersebut di depan khalayak.

Bagi tukang bakso, mau ada peristiwa tersebut atau tidak, roda gerobaknya tetap melaju, panci besarnya masih memanas membuih, dan kentungannya terus melantang. Bedanya, tukang bakso tak lagi bisa dipandang sebelah mata usai peristiwa para elit makan bakso bersama. Begitulah bakso naik kelas.

NAIK KELAS DONG, MASAK CUMA MAJU MUNDUR CANTIK AJA! (*)

Fun
Akademi Esports Garudaku Gandeng 3 Coach Peraih Medali SEA Games 2021
Para coach siap mengembangkan esports Tanah Air bersama Akademi Esports Garudaku.
Andreas Pranatalta - Minggu, 31 Juli 2022
Akademi Esports Garudaku Gandeng 3 Coach Peraih Medali SEA Games 2021
Fun
Indonesia Optimistis Menang di Kompetisi Kopi Dunia
Indonesia sudah dipandang dunia dalam kompetisi kopi.
Andreas Pranatalta - Sabtu, 30 Juli 2022
Indonesia Optimistis Menang di Kompetisi Kopi Dunia
Hiburan & Gaya Hidup
Naik Kelas di BRI Indonesia Coffee Events 2022
Wadah bagi para anak muda untuk mengembangkan industri kopi.
Dwi Astarini - Jumat, 29 Juli 2022
Naik Kelas di BRI Indonesia Coffee Events 2022
Fun
Naik kelas, Kue Putu Masuk Daftar Kue Terbaik di Dunia
Kue putu dikenal oleh dunia.
Ikhsan Aryo Digdo - Jumat, 29 Juli 2022
Naik kelas, Kue Putu Masuk Daftar Kue Terbaik di Dunia
Fashion
Limbah Jeans Naik Kelas Jadi Tas dan Topi Fesyen
Tak mau kalah dari para peneliti, seorang wanita asal kota Blitar turut mengubah limbah tekstil.
Hendaru Tri Hanggoro - Jumat, 29 Juli 2022
Limbah Jeans Naik Kelas Jadi Tas dan Topi Fesyen
Home Lifestyle
Tips Naik Kelas Mengolah Dinding Tanpa Pusing
Tak sekadar pelindung untuk para penghuninya, kini dinding menjadi elemen penegas estetika rumah;
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 28 Juli 2022
Tips Naik Kelas Mengolah Dinding Tanpa Pusing
Kuliner
Teh Naik Kelas dengan Paduan Rasa Baru
Sekarang sudah mulai banyak variasi yang bisa kita temukan dalam menikmati teh.
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 27 Juli 2022
Teh Naik Kelas dengan Paduan Rasa Baru
Hiburan & Gaya Hidup
Tingkatkan Self-Esteem agar Pribadi Kamu Bisa Naik Kelas
Self-esteem bisa didefinisikan sebagai seberapa besar kamu menghargai dan menyukai diri sendiri.
Hendaru Tri Hanggoro - Selasa, 26 Juli 2022
Tingkatkan Self-Esteem agar Pribadi Kamu Bisa Naik Kelas
Kuliner
Naik Kelas, Outfit Kece Para Barista di BRI Indonesia Coffee Events 2022
Di samping memberikan performa dan keahliannya, para barista ini juga mengenakan setelan-setelan yang stylish abis.
Hendaru Tri Hanggoro - Selasa, 26 Juli 2022
Naik Kelas, Outfit Kece Para Barista di BRI Indonesia Coffee Events 2022
ShowBiz
Padi Reborn Siap Gelar Konser Perak, Naik Kelas Rayakan 25 Tahun Bermusik
Konser Perak 25 Tahun Padi Reborn akan berlangsung megah.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 26 Juli 2022
Padi Reborn Siap Gelar Konser Perak, Naik Kelas Rayakan 25 Tahun Bermusik
Hiburan & Gaya Hidup
Vertical Garden Bikin Taman Sempit di Rumah Naik Kelas
Solusi untuk tetap memiliki taman indah dan segar.
Dwi Astarini - Selasa, 26 Juli 2022
Vertical Garden Bikin Taman Sempit di Rumah Naik Kelas
Fun
Email Berbayar Bikin Penggunanya Jadi Naik Kelas
Email berbayar memiliki berbagai kelebihan yang menarik
Raden Yusuf Nayamenggala - Selasa, 26 Juli 2022
Email Berbayar Bikin Penggunanya Jadi Naik Kelas
ShowBiz
'Pengabdi Setan 2: Communion' Naik Kelas, Hantarkan Kengerian via IMAX
'Pengabdi Setan 2: Communion' menjadi film Indonesia bahkan Asia Tenggara pertama yang mampu menembus IMAX.
Andreas Pranatalta - Senin, 25 Juli 2022
'Pengabdi Setan 2: Communion' Naik Kelas, Hantarkan Kengerian via IMAX
Fun
Siapa Saja Bisa Naik Kelas Berkarier di Bidang Teknologi
Latar belakang pendidikan apapun bisa berkarier di bidang teknologi.
Ikhsan Aryo Digdo - Senin, 25 Juli 2022
Siapa Saja Bisa Naik Kelas Berkarier di Bidang Teknologi
Kuliner
Enggak Semua Makanan yang Ditranslate Jadi Naik Kelas
Beberapa malah jadi terdengar nyeleneh.
Andrew Francois - Senin, 25 Juli 2022
Enggak Semua Makanan yang Ditranslate Jadi Naik Kelas