HARI gini masih minta 'Harga Teman'. Basi! Biasanya sih bukan teman kalo minta 'Harga Teman'. Justru teman sejati selalu order dagangan teman. Bahkan jadi pelanggan. Bukan sebaliknya, selalu minta tester sampai berkardus-kardus, atau diskon 98 persen dengan dalih 'Harga Teman'. Ingat, teman support teman!
Mengapa sih haram banget minta 'Harga Teman'? Menurut ngana! Nih penjelasannya biar pada ngerti. Ketika teman membuka usaha bahkan di masa normal sebelum COVID-19, ada rantai ekonomi di belakangnya. Pertama, paling tidak ada karyawan harus dicukupi pendapatannya saban bulan. Kedua, mitra kerja; penyedia bahan baku, jasa antar barang, sampai tukang parkir. Ketiga, produsen atau tangan pertama pembuat bahan baku, bisa petani, peternak, nelayan, dan lainnya.
Ketiga aspek itu dipertimbangkan secara matang ketika membangun usaha. Jika barang dagangan atau usaha kita melaju dengan baik, maka ketiga aspek tersebut juga akan kena imbas positif.
Gambaran itu akan semakin rumit di masa pandemi COVID-19. Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) membuat arus bahan pokok dan jasa terganggu. Keadaan itu membuat hampir setiap lini usaha menjerit. Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) mencatat di bulan Mei saja angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) mencapai 15 juta jiwa.
Dengan mengandalkan kreativitas mengolah bahan baku mudah akses, keterampilan, dan semangat pantang menyerah, pekerja terkena PHK tersebut memutar haluan membuka usaha kecil-kecilan untuk setidaknya bisa bertahan hidup. Mereka tak ragu bersaing dengan lini usaha lain nan sudah puluhan tahun berdiri, karena sama-sama harus survive.
Mereka mengandalkan lingkaran terdekat agar minimal ikut mempromosikan, lebih lanjut berharap laku dibeli. Kira-kira bagaimana remuk-redam rasanya jika ada seseorang melontarkan ucapan 'Harga Teman'. Sebaiknya, kalau memang niat membeli, silakan beli dengan harga pantas, atau bila tidak ingin membeli bisa bantu dengan ikut mempromosikan. Jangan berhenti di kamu tsaayy!
Di tengah kondisi perekonomian Indonesia berada di ambang resesi dengan prediksi terjadi penurunan ekonomi cukup dalam pada triwulan II 2020 berkisar -5,1 persen hingga -3,5 persen, dengan titik tengah -4,3 persen, merahputih.com mengetengahkan tema New Order sebagai gerakan moral membantu usaha teman, kerabat, pacar, rekan kerja, dan sebagainya untuk selalu membuat Order Baru atau bikin laris dagangannya.
Fokus pemerintah membenahi perekonomian terasa semakin menjadi-jadi saat Presiden Jokowi membentuk Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional dengan penekanan khusus terhadap pemulihan ekonomi nasional.
Bulan Agustus selalu menjadi pemantik energi perjuangan setiap orang karena bertepatan dengan peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia. Semangat perjuangan sedang dilakukan masing-masing orang dengan membuka usaha di pelbagai bidang. Bagi mereka masih beroleh pendapatan bulanan dari kantor atau tidak terdampak COVID-19, cara paling sederhana ikut mendukung perjuangan teman dengan menggunakan jasa atau membeli dagangan teman.
Bila usaha teman-teman semakin kuat, sangat mungkin menjadi pilar kokoh untuk perekonomian nasional. Masa sih? Coba kita kembali menoleh saat krisis 1997-1998 di Asia Tenggara dan 2008 di Eropa.
Krisis ekonomi 1997 membuat Indonesia babak belur karena dibarengi dengan krisis politik akibat pergantian kekuasaan. PHK masal, kerusuhan, dan penjarahan menjadi headline surat kabar saban hari. Nilai tukar rupiah merosot dari 2.500 menjadi 16.650 ke Dollar Amerika.
Ekonomi Indonesia perlahan menguat seiring kebangkitan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Center for Information and Development Studies (CIDES) memberi analisa mengenai tiga aspek penting UMKM bisa bertahan bahkan menguat saat krisis.
Pertama, UMKM senantiasa menghasilkan barang konsumsi dan jasa paling dibutuhkan masyarakat sehingga permintaan selalu ada. Kedua, pelaku UMKM memanfaatkan sumber daya lokal terutama tenaga kerja, bahan baku, dan peralatan. Ketiga, UMKM tidak banyak mengandalkan dana perbankan sehingga tidak terpengaruh terhadap fluktuasi rupiah.
UMKM, menukil data Badan Pusat Statistik (BPS), menyerap sebanyak 64,31 juta tenaga kerja dan meningkat 4,4 persen di tahun 1999 mencapai 67,16 juta jiwa. UMKM menjadi penyelamat Indonesia saat badai krisis ekonomi. Bahkan, saat krisis menerjang Eropa pada 2008, Indonesia tidak terkena imbas lantaran UMKM sejak 1998 telah menancapkan pondasi kokoh.
Kini, saat Amerika Serikat dan China terkena krisis akibat pandemi COVID-19, Indonesia berharap bisa bertahan dan keluar dari krisis lewat ketahanan UMKM. Sederhananya, usaha-usaha saat ini sedang dirintis banyak orang di masa pandemi harus terus didukung agar perekonomian menguat.
Sering order atau membuat laris dagangan teman menjadi cara sederhana. Gimana nih, Order Baru apa lagi kira-kira buat besok. Kalo bisa sih borong. Laris manis tanjung kimpul, dagangan finsih ekonomi unggul! (")