COBA deh kamu tulis kalimat "ngilmu di negeri aing" menggunakan pulpen di secarik kertas. Kemudian ketik "ngilmu di negeri aing" di notepad atau ms word. Terus bandingkan perbedaan durasi untuk menghasilkan kalimat tersebut menggunakan tulisan tangan dan ketikan jari, berapa lama?
Aing sih sudah coba. Nulis kalimat tersebut pakai tulisan tangan bisa sampai delapan detik. Tapi kalau pakai ketikan di laptop kesayangan aing cuma empat detik. Itu pun aing ngetiknya belum pakai 10 jari. Bayangkan kalau hacker, ngetik kalimat "ngilmu di negeri aing" jangan-jangan cuma butuh dua detik.
Baca juga:
Begitu deh di zaman serba canggih ini. Mungkin buku dan pulpen kini tidak lagi menjadi alat ‘perang’ para pelajar, mau itu anak SD, SMP, SMA, sampai kakak-kakak yang ngampus. Ngetik di laptop atau komputer memang lebih praktis dan cepat.
Selain itu, mengapa harus bersusah payah juga untuk melengkapi catatan jika kini para pengajar memberikan materi lewat surel. Hanya dengan beberapa detik saja, materi tersebut sudah berpindah ke dalam gawai.
Kemudahan ini membuat kegiatan menulis catatan dengan menggunakan tulisan tangan sudah mulai dilupakan. Namun, metode tersebut masih tetap digunakan beberapa pelajar karena manfaat dan sensasi berbeda yang dirasakan. Menulis tangan tetap lebih asyik, sebab bisa memberikan manfaat ini, antara lain:
1. Memperkuat memori

Penuh usaha, mungkin kata ini cocok untuk menggambarkan setiap catatan dengan tulisan tangan. Siswa harus berkonsentrasi dan mendengarkan materi yang disampaikan di dalamnya. Karena hal ini, setiap tulisan yang terdapat didalamnya tidak mudah untuk dilupakan.
Menurut penelitian dari University of Central Florida yang membandingkan tingkat memori antara menulis tangan dengan mengetik, menjelaskan bahwa menulis mendorong adanya pemrosesan dan proses berpikir yang lebih dalam terhadap sebuah materi atau pemaparan.
Hal tersebut berkaitan pula dengan lamanya proses menulis jika dibandingkan dengan mengetik. Karena itu, siswa cenderung menyingkat kata-kata dan menggunakan kata-katanya sendiri dalam menulis. Sehingga tidak keseluruhan materi dicatat dalam buku, melainkan hanya inti dari materi tersebut dan membuat siswa lebih paham.
Sedangkan kalau mengetik, siswa cenderung menulis apa saja yang didengarnya. Pepatah ‘masuk kuping kiri, keluar kuping kanan’ mungkin sesuai untuk menggambarkan situasi ini.
2. Lebih kreatif dan leluasa

Pulpen dan spidol dengan beraneka ragam warna dahulu memenuhi kotak pensil para siswa, terlebih siswa perempuan. Peralatan tulis ini digunakan untuk membuat buku catatan mereka tidak monoton dan lebih berwarna. Sebab, terdapat siswa yang memiliki kecenderungan untuk lebih memahami materi dengan catatan lebih berwarna.
Baca juga:
Pekerjaan Rumah Kerap Menjadi 'Pekerjaan Sekolah' Saat Ngilmu di Negeri Aing
Bentuk catatan dalam buku tidak hanya selalu berbentuk tulisan saja. Gambar bagan, tabel, hingga mind map juga seringkali terlihat dalam sebuah buku catatan. Hal ini terjadi karena setiap siswa memiliki perbedaan dalam cara memahami suatu materi. Dengan menulis tangan, setiap siswa dapat menyesuaikan cara belajar mereka dan tidak terpaku dengan materi digital yang telah diberikan pengajar.
3. Bebas dari gangguan

Notifikasi pesan yang memenuhi sebagian besar layar pada gawai merupakan gangguan terbesar dalam mengetik. Mata siswa akan cenderung beralih ke notifikasi yang muncul dan memerlukan beberapa waktu untuk membacanya.
Hal ini menyebabkan materi yang disampaikan tidak dapat dicerna secara keseluruhan, karena menulis memerlukan tingkat konsentrasi yang tinggi untuk memahami materi yang sedang disampaikan. (cit)
Baca juga: