MENURUT surat baru yang diterbitkan oleh CEO YouTube, Susan Wojcicki, YouTube dikabarkan telah membayar lebih dari USD 30 miliar atau sekitar Rp422 triliun kepada kreator, artis, dan organisasi media selama tiga tahun terakhir. Dalam surat pertama Wojcicki kepada pembuat konten tahun 2021, CEO YouTube tersebut meluangkan waktu membahas pertumbuhan YouTube.
Baca Juga:
Saluran yang baru bergabung dengan Program Mitra perusahaan, yang memungkinkan pembuat konten memperoleh pendapatan iklan, jumlahnya lebih dari dua kali lipat pada tahun 2020.

Menurut laporan Oxford Economics, YouTube juga menyumbang sekitar USD 16 miliar atau sekitar Rp225 triliun ke PDB AS pada tahun 2019, mendukung setara dengan 345.000 pekerjaan purnawaktu.
Surat itu juga berfokus pada pekerjaan yang masih dimiliki tim YouTube di hadapan mereka. Terutama, transparansi, khususnya bila menyangkut pemogokan konten dan biaya periklanan.
Wojcicki mencatat bahwa pada skala yang YouTube operasikan, sulit bagi pembuat konten untuk mengikuti perubahan Pedoman Komunitas.
Surat Wojcicki menyatakan, bahwa YouTube ingin menjadi lebih baik dalam mengkomunikasikan perubahan untuk menghindari teguran saluran. Setelah tiga teguran dalam jangka waktu 90 hari, saluran akan dihentikan.
"Pada bulan Desember, saya berbicara dengan pencipta Charlie White dari saluran penguinz0, setelah dia men-tweet tentang menerima teguran untuk video lama karena kebijakan baru," tulis Wojcicki seperti yang dikutip dari laman The Verge, Rabu (27/1)
"Kami tahu situasi ini mirip dengan rasa frustrasi yang dialami oleh pembuat konten lain," tambahnya.
Salah satu contoh yang muncul yakni setelah pemilihan presiden 2020, YouTube memutuskan untuk melarang video apa pun yang memicu kesalahan informasi tentang penipuan pemilih.
Baca Juga:
Kebijakan baru mulai berlaku pada bulan Desember, tetapi YouTube memberikan masa tenggang bagi kreator, untuk memastikan tidak ada video yang melanggar kebijakan baru tersebut.

Eksekutif YouTube juga menghadapi tekanan yang meningkat untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik, dalam memoderasi situs dan mencegah penyebaran informasi yang salah atau hoaks. YouTube sekarang mengalihkan fokusnya ke misinformasi vaksinasi.
"Kami selalu berupaya untuk mencapai keseimbangan yang tepat antara keterbukaan dan tanggung jawab karena kami memenuhi pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah di seluruh dunia," tulis Wojcicki.
Satu hal menarik lainnya dari surat Wojcicki adalah fokusnya pada regulasi. Topik hangat baru-baru ini di lingkaran kebijakan teknologi adalah reformasi Pasal 230, yang secara efektif memungkinkan platform media sosial seperti YouTube, Facebook, dan Twitter untuk beroperasi tanpa bertanggung jawab atas konten yang diposting orang. (Ryn)
Baca Juga:
YouTube Peringatkan Pengguna Tetap Sopan Berkomentar Sebelum Memposting