Headline

WNI Terlibat Pengeboman Gereja, Menlu Mentahkan Tuduhan Filipina

Angga Yudha PratamaAngga Yudha Pratama - Sabtu, 16 Februari 2019
WNI Terlibat Pengeboman Gereja, Menlu Mentahkan Tuduhan Filipina
Jubir Kemlu, Arrmanatha Nasir. Foto: Kemlu

Merahputih.com - Kementerian Luar Negeri menegaskan pelaku pengeboman sebuah gereja di Pulau Jolo, Filipina belum terkonfirmasi sebagai WNI. Hal itu menyangkal tuduhan Menteri Dalam Negeri Filipina atau Secretary of Interior and Local Government Filipina, Eduardo Ano mengenai keterlibatan warga Indonesia dalam insiden tersebut.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir menyatakan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Polri telah berada di Jolo untuk membantu proses investigasi.

"Dari hasil identifikasi yang mereka lakukan atas potongan-potongan tubuh jenazah di gereja tersebut, semuanya cocok dengan sekitar 20-an jenazah yang DNA-nya terkonfirmasi sebagai korban," kata Arrmanatha kepada wartawan di Jakarta, Jumat (15/2).

Sepanjang proses investigasi yang masih berlangsung, belum dapat disimpulkan bahwa pelaku pengeboman yang mengakibatkan 22 orang meninggal dunia dan 100 orang luka-luka adalah WNI.

"Mereka (otoritas Filipina) menyatakan ada seorang laki-laki dan perempuan yang mendekat (ke gereja) sebelum kejadian. Tetapi sampai saat ini belum bisa dibuktikan secara forensik DNA bahwa kedua orang tersebut adalah WNI, tutur Arrmanatha.

Jubir Kemlu, Arrmanatha Nasir. (Foto: Infomed/Kemlu/Rudi)

Dugaan mengenai keterlibatan dua WNI sebagai pelaku bom bunuh diri yang mengakibatkan 22 orang meninggal dunia dan 100 orang luka-luka pertama kali disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri Filipina Eduardo Ano.

Dalam sebuah konferensi pers di Provinsi Visayas, Filipina, 1 Februari lalu, Ano menyebut pelaku bom bunuh diri adalah pasangan suami istri WNI bernama Abu Huda dan seorang perempuan yang tidak disebutkan namanya.

Kedua pelaku dibantu oleh Kamah, anggota kelompok Ajang Ajang yang berafiliasi dengan kelompok Abu Sayyaf. Faksi tersebut, sebagaimana dikutip Antara, telah menyatakan dukungannya kepada jaringan teroris IS.

Namun, berdasarkan hasil pendalaman yang dilakukan KBRI Manila dan KJRI Davao, pihak intelijen Filipina (NICA) sendiri belum mengetahui dasar penyampaian informasi yang dilakukan Menteri Ano tentang keterlibatan WNI dalam insiden tersebut. (*)

#Kementerian Luar Negeri #WNI #Filipina #Terorisme
Bagikan
Bagikan