Wisatawan Ingin Hidup Tradisional, Kemenpar Bangun 100.000 Homestay

Zulfikar SyZulfikar Sy - Sabtu, 15 Oktober 2016
Wisatawan Ingin Hidup Tradisional, Kemenpar Bangun 100.000 Homestay
Homestay Yuliati House yang memberikan kesan menyenangkan seperti di rumah sendiri bagi Agata Zborowska. (tourism.wildasia.org)

Menurut Agata Zboroswka berwisata ke Bali – tempat bertemunya lansekap indah dan kekayaan arsitek tradisonal – dengan kekayaan sejarah dan suasana yang mistis, merupakan impian para wisatawan.

Zboroswka adalah seorang konsultan wisata bekerja untuk Wild Asia. Spesialisasinya adalah memberikan referensi tentang kawasan wisata tradisional yang terjangkau dan berkualitas, serta homestay yang memberikan kenyamanan akomodasi bagi pendatang segala usia.

Mengapa homestay ? Apa yang bisa ditawarkan dari penginapan kelas losmen pada turis mancanegara ?

Setiap homestay memiliki tuan rumah, bukan sekedar receptionist yang menyerahkan kunci pada tamunya. Mereka adalah orang yang benar-benar menyambut tamunya dan memberikan pengalaman keakraban seperti menyambut saudara yang sudah lama tidak bertemu.

Di Ubud Bali yang pernah menjadi lokasi film Eat Pray Love, Zboroswka menemukan Yuliati House satu homestay yang sangat nyaman. Di sana Zborowska memperoleh kesempatan untuk belajar bagaimana kehidupan sehari-hari orang Bali. Terkesan menjadi kata-kata yang terngiang di kepalanya.

Sarapan bersama penuh keakraban dan kekeluargaan di homestay Meme Surung Bali. (booking.com) 

Tuan rumah Yuliati House ternyata tidak hanya menyambut dengan ramah kedatangan Zboroswka dan tim dan sangat membantu dengan semua permintaan yang disampaikan, namun juga tetap menjalankan Yuliati House dengan segala kekhasan Balinya. Mulai dari menjaga bentuk bangunan ke furnitur yang terbuat dari bambu, dari taman yang indah dengan kehijauan pohon-pohonnya hingga ke tradisi ritual yang dijalankan keluarga tersebut seperti tradisi sesajen Hindu Bali lengkap dengan persembahan bunga dan makanan, dan segalanya yang menurut kacamata Zboroswka sangat dijaga secara tradisi.

Berwisata seperti di rumah keluarga sendiri itulah, yang sangat diidam-idamkan Zboroswka dan wisatawan mancanegara lainnya, terutama jika berkunjung ke Indonesia. Tuan rumah tidak terganggu kehidupan sehari-harinya maupun tradisinya dengan kedatangan para turis. Kunjungan keluarga ke homestay merupakan kesaksian nyata bahwa wisata dan komunitas lokal bisa tumbuh bersama dan kedua pihak wisatawan dan warga pribumi bisa mengambil keuntungan. Wisatawan pun tidak merasa dikomersialisasikan.

Pendekatan homestay ini yang juga dijadikan program pemerintah, untuk menggaet lebih banyak lagi wisatawan ke Indonesia. Data Badan Pusat Statistik dan Asdep Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Kepariwisataan Kementerian Pariwisata menyebutkan, dari 19 pintu masuk (point of entry) Indonesia tercatat jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung selama tahun 2015 mencapai 10.406.759 orang. Atau diklaim melampaui target proyeksi sebesar 10,017 wisman.

Tekad pemerintah sudah bulat untuk membangun 100.000 homestay di 10 target destinasi wisata Indonesia, yang ditetapkan Presiden Joko Widodo.
Padahal saat pertemuan di markas UNWTO, Lembaga PBB bidang Pariwisata Madrid, Spanyol, Menteri Pariwisata Arief Yahya mendapat pertentangan dari Spanyol dan Brazil.
Carlos Vogeler, Executive Director for Member Relations dari Spanyol menyatakan bahwa pembangunan homestay bertolak belakang dengan konsep Go Digital yang sangat modern. Sementara Márcio Favilla, Executive Director for Operational Programmes and Institutional Relations dari Brazil mengatakan bahwa homestay hanya cocok untuk pasar domestik serta backpacker bukan untuk pasar Internasional.

Argumentasi Kementerian Pariwisata, homestay akan menjadi Wisata yang berkelanjutan, sesuai dengan strategi yang diajukan Menpar di forum UNWTO tersebut, Go Digital, Homestay dan Sustainable Tourism Certification (STC).

Selain itu dengan sangat yakin Arief mengungkapkan bahwa homestay merupakan perwujudan membangun basis komunitas di sektor pariwisata, menggerakkan perekonomian dengan melibatkan masyarakat yang menghidupkan tradisi dan budaya sebagai atraksi baru.
Lebih dari itu Menpar memastikan homestay akan mengembalikan arsitektural tradisional yang khas dan saat ini sudah banyak yang hilang.

Bak gayung bersambut, impian wisatawan seperti Agata Zborowska bisa terwujud melalui strategi Kementerian Pariwisata yang menampung suara para wisman. (dsyamil) 

BACA JUGA 

  1. Hari Raya Nyepi, Perbankan di Bali Tutup 3 Hari
  2. Pengamanan Objek Vital di Bali Siaga Satu
  3. Nyanyian Kelana, Alunan Nada Pulau Dewata dan Nusa Tenggara
#Wisata Di Bali #Kementerian Pariwisata #Homestay
Bagikan
Ditulis Oleh

Zulfikar Sy

Tukang sihir
Bagikan