WHO Sebut COVID-19 Mungkin Tidak Akan Pernah Hilang Dari Dunia

Leonard Leonard - Selasa, 19 Mei 2020
WHO Sebut COVID-19 Mungkin Tidak Akan Pernah Hilang Dari Dunia
(Foto: Martin Sanchez)

COVID-19 atau virus Corona mungkin tidak akan pernah hilang dari dunia. Hal tersebut diungkapkan pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada konferensi media akhir pekan lalu. Menurut pejabat WHO tersebut, COVID-19 bisa menjadi seperti virus HIV yang tetap ada di dunia.

Namun, walau virus Corona akan terus tetap ada, pencegahan tetap bisa dilakukan. "Saya pikir penting untuk diinformasikan, Virus ini dapat menjadi virus endemik lain di dalam komunitas dan virus ini mungkin tidak akan pernah hilang. HIV belum hilang, namun kita telah menemukan terapi dan metode pencegahan," kata Dr. Mike Ryan, direktur eksekutif Program kedaruratan kesehatan WHO.

Baca juga:

Teknologi Baru digunakan Indonesia untuk Lawan COVID-19

Ryan mengatakan bukan berarti ia membandingkan virus Corona dengan HIV. Hanya saja siapapun tidak dapat memprediksi kapan dunia benar-benar aman dari virus yang berasal dari kota Wuhan, Tiongkok itu.

1
COVID-19 bisa menjadi virus endemik lain (Foto: Unsplash/Kendal)

Menurut WHO, lebih dari 100 vaksin potensial sedang dalam pengembangan. "Kami mungkin memiliki kesempatan untuk menghilangkan virus ini, namun vaksin itu harus tersedia di seluruh dunia," kata Ryan. Dia menambahkan vaksin tersebut harus efektif. Dengan begitu pandemi virus Corona tidak akan berlangsung dalam jangka panjang.

Hingga hari ini, ada lebih dari 4,5 juta lebih kasus COVID-19 yang dikonfirmasi di seluruh dunia, demikian menurut Universitas Johns Hopkins. Dari infeksi itu, lebih dari 307.000 orang telah meninggal dunia.

Baca juga:

Uji Coba Vaksin COVID-19 Dilakukan di AS

Direktur Jenderal WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan ia yakin virus Corona masih dapat dikendalikan. Dengan catatan harus ada upaya dan kerja keras dari berbagai pihak.

Ahli epidemiologi WHO, Dr. Maria van Kerkhove senada dengan Dr. Ryan. Dunia mungkin bisa sembuh dari virus Corona tapi dalam jangka waktu lama. "Kita perlu masuk ke dalam pola pikir bahwa perlu waktu untuk keluar dari pandemi ini," tuturnya.

Komentar itu muncul ketika banyak negara di dunia mulai meredakan pembatasan lockdown karena menganggap pandemi sudah berakhir. "Rekomendasi kami adalah kewaspadaan di negara mana pun harus pada tingkat setinggi mungkin," kata Dr. Tedros. Bahkan Tedros memperingatkan kemungkinan gelombang infeksi kedua yang sudah terlihat di beberapa negara seperti Tiongkok dan Korea Selatan.

Amerika Serikat menjadi negara yang paling terdampak di dunia dengan jumlah infeksi hampir di semua 50 negara bagian. Tapi negeri Paman Sam telah melonggarkan pembatasan di wilayah atau negara bagian tertentu. Padahal pakar kesehatan sudah memperingatkan agar pembatasan wilayah tetap diterapkan.

2
Terdapat lebih dari 100 vaksin potensial dalam pengembangan (Foto: Unsplash/Tai's Captures)

Anthony Fauci dari Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular bersaksi di depan Kongres minggu lalu. Ia juga prihatin tentang penderitaan dan kematian yang tidak perlu jika negara itu membuka kembali terlalu cepat. Fauci juga mencoba mengelola harapan publik tentang kapan kehidupan akan kembali ke keadaan normal.

"Gagasan untuk memiliki perawatan atau vaksin untuk memfasilitasi siswa sekolah kembali masuk ke semester musim gugur akan menjadi sesuatu yang sedikit terlalu jauh," kata Fauci kepada Kongres.

Para ilmuwan belum menyimpulkan kemungkinan apakah COVID-19 akan menjadi virus musiman, seperti flu, tetapi mereka telah memperingatkan masyarakat bahwa itu sangat mungkin.

"Ada kemungkinan bahwa serangan virus saat musim dingin tahun depan sebenarnya akan lebih sulit daripada yang baru saja kita lalui," kata Direktur CDC Robert Redfield kepada Washington Post akhir April. Redfield menegaskan kita akan mengalami epidemi flu dan epidemi COVID-19 secara bersamaan. (lgi)

Baca juga:

WHO Tengah Kembangkan Aplikasi Pelacak COVID-19

#Virus Corona #COVID-19
Bagikan
Ditulis Oleh

Leonard

Bagikan