We The Fest: Merayakan Identitas Milenial

Thomas KukuhThomas Kukuh - Senin, 14 Agustus 2017
We The Fest: Merayakan Identitas Milenial
Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mendadak muncul di acara We The Fest. (MerahPutih.com/Rizki Fitrianto)

SETIAP generasi memiliki zamannya. Dan setiap jaman memiliki generasinya. Namun, khusus untuk generasi milenial, mereka tak hanya memiliki eranya. Tapi juga mendefinisikan ulang apa yang menjadi zaman mereka.

Mereka tak perlu orang lain untuk mengatakan seperti apa mereka seharusnya menjadi. Karena merekalah era itu. Merekalah generasi yang merdeka. Yang mendefinisikan dirinya sendiri.

Seperti itu pula nama festival yang dirayakan untuk identitas milenial itu: We The Fest. Kamilah festival itu. Tak perlu mengatakan serba teoritis tentang apa festival itu dan seperti apa festivalnya.

Mereka tak butuh pihak lain untuk menilai diri mereka. Mereka tak butuh “show”. Karena merekalah show itu sendiri.

Jadilah We The Fest alias WTF yang digelar 11-13 Agustus itu sebagai festival untuk merayakan identitas yang mandiri. Merdeka. Show yang ditentukan oleh dirinya sendiri.

Ilustrasi
Ilustrasi



Seperti itu pula line up band-band yang dipilih di ajang yang digelar setiap liburan panjang (atau bahasa kerennya, liburan musim panas) ini. Band-band yang dihadirkan bukan mereka yang mendominasi pasar-pasar “mainstream” (meski istilah ini bisa didiskusikan lebih lanjut).

Tapi mereka yang “particular”, tertentu, independen, yang tak terpengaruh arus besar selera musik dunia. Indie.B

Kodaline saat menghibur para pengunjung di WTF 2017. (MerahPutih.com/Rizki Fitrianto)
Band asal Irlandia Kodaline saat beraksi di WTF 2017. (MerahPutih.com/Rizki Fitrianto)



Ambil contoh Kodaline. Band asal Irlandia ini tenar berkat konsistensi mereka di jalur indie sejak 2005. Kuartet ini jelas sudah tenar di benak para pecinta folk yang sedang digemari para pecinta musik tanah air.

Kodaline tak sendirian. Di dalam jajarannya, turut pula ambil bagian musisi dalam negeri Silampukau yang mengusung genre yang kurang lebih sama.

Semangat indie pula yang membuat rentetan tenar seperti The Sigit, Barasuara, dan Elephant Kind ikut ambil bagian. Belum lagi The Hydrant, Agriculture, Bottlesmoker, Easy Tiger, Goodnight Electric, Rendy Pandugo, dan lainnya. “Hanya” beberapa nama yang masih masuk dalam daftar “mainstream”. Seperti Isyana Sarasvati dan Raissa yang juga masuk dalam line up.

Tapi, nama-nama tersebut masih bisa “dimaafkan” mengingat festival sebesar itu juga tetap harus “berkompromi” dengan situasi pasar.

Selain Kodaline, dari luar negeri juga masih ada The Kooks, Phoenix, dan penyanyi cewek yang namanya mulai meroket di Amerika Serikat Charli XCX.

The Kooks saat menggemparkan WTF 2017. (MerahPutih.com/Rizki Fitrianto)
The Kooks saat mengentakkan panggung di WTF 2017. (MerahPutih/Rizki Fitrianto)



Mereka yang menggemari musik-musik mainstream belum tentu mengenal nama-nama itu. Tapi bagi para milenial, hanya nama-nama itu yang menghuni playlist mereka selama bertahun-tahun, mengutip lirik-liriknya dalam caption Instagram, dan merayakannya di JIExpo Kemayoran.

Jika di luar punya Woodstock, maka Indonesia wajib berbangga punya WTF. Bisa dikatakan WTF adalah festival musik termegah di Tanan Air. Festivalnya generasi milenial.

Sejatinya, bukan hanya penonton yang bisa terhibur. Tapi para musisi dan pelaku hiburan tanah air bisa belajar penampilan musisi luar negeri yang dihadirkan dalam WTF.

Seperti yang saya katakan tadi, WTF tak hanya menampilkan musik, tapi juga hiburan lain yang membuat pengunjungnya geleng-geleng kepala.

Semuanya berkelas. Meski bukan artis atau mainstream, mereka adalah yang paling ngehitz di genre generasi milenial.

Dan nyatanya, penonton membludak! Ngehipe! Top!

Bagi generasi milenial, mereka memang tak harus mengikuti selera pasar. Mereka juga tak harus menyesuaikan diri dengan orang lain. Mereka punya selera sendiri. Dan semangat independen yang kuat itulah yang membuat orang lain (terutama yang lebih tua) untuk merapat dan mencari tahu. Karena itu, jangan heran jika Presiden Joko “Jokowi” Widodo sampai rela mendatanginya, Jumat lalu.

Sontak, para pengunjung kaget dengan kehadiran dadakan pak Jokowi.

Presiden lantas mengungkapkan kedatangannya ke WTF. "Kami harus melihat kelompok-kelompok anak muda dan generasi milenial. Itu agar nanti kita bisa mengantisipasi kebijakan kemudian persiapan kebijakan ke depan yang harus kami lakukan," ujar Jokowi yang sempat menikmati penampilan Charlie XCX dan Kodaline.

Tentu itu adalah komentar yang sangat menyegarkan bagi para pelaku dan penikmat industri kreatif. Ya, sejak awal pemerintahannya, Jokowi memang begitu perhatian dengan industri kreatif. Mungkin karena latar belakang dia yang memang penikmat musik-metal.

Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) menyampaikan data bahwa industri kreatif di 2015 telah menyumbang Rp 642 triliun atau 7,05 persen dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

Industri kreatif merupakan sektor keempat terbesar dalam penyerapan tenaga kerja, dengan konstribusi secara nasional sebesar 10,7 persen atau 11,8 juta orang. Luar biasa kan!

Saya pun berharap ke depan akan lebih banyak event-event besar sekelas WTF. Tidak hanya musik, tapi event apapun yang bisa terus memacu kreatifitas dan anak-anak muda generasi penerus.

Dan yang lebih penting, tak harus mengikuti selera pasar. Bisa-bisa, pasar yang mengikuti selera anak muda. Karena kita yang mendefinisikan era kita. We don’t enjoy the show. We are the show! (Thomas Kukuh)

#We The Fest #WTF 2017 #We The Fest 2017
Bagikan
Ditulis Oleh

Thomas Kukuh

Bagikan