KEMENTERIAN Kesehatan menetapkan penyakit polio sebagai kejadian luar biasa (KLB) setelah penemuan satu kasus di Aceh pada awal November lalu. Sehingga, orang tua perlu meningkatkan kewaspadaan dengan mengenali gejala dan cara pencegahannya agar anak tidak tertular.
Medical Content Marketing Senior Manager Alodokter dr. Abi Noya mengatakan, polio merupakan penyakit saraf yang dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, yang disebabkan oleh infeksi virus yang sangat menular.
"Penyebaran virus polio dapat terjadi melalui kontak langsung dengan tinja penderita polio, atau melalui konsumsi makanan dan minuman yang telah terkontaminasi virus polio," ungkap Abi.
Baca juga:
Polio, Semua yang Harus Kamu Ketahui

Berdasarkan gejalanya, terdapat dua jenis polio, yakni yang tidak menyebabkan kelumpuhan (non paralisis) dan polio yang menyebabkan kelumpuhan (paralisis). Polio non paralisis menimbulkan gejala, seperti demam, sakit kepala, radang tenggorokan, muntah, otot terasa lemah, kaku di leher dan punggung, serta nyeri atau mati rasa pada lengan dan tungkai.
Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung selama 1-10 hari dan akan menghilang dengan sendirinya. Sementara polio paralisis, gejala awalnya sama namun setelah sepekan, akan ada gejala lain. Seperti hilangnya refleks tubuh, ketegangan otot yang terasa nyeri, dan tungkai atau lengan yang terasa lemah.
Abi mengatakan bahwa jika sudah terkena polio, maka penanganannya akan sulit dilakukan. Terlebih, obat yang ada saat ini baru mampu meringankan keluhan, memperlambat perjalanan penyakit, dan mencegah komplikasi, bukan menyembuhkan polio sepenuhnya.
Baca juga:
Cek Kesehatan Wabah Polio Bersama Alodokter

"Oleh karena itu, janganlah kita menyepelekan pepatah yang sudah sering kita dengar, yakni mencegah lebih baik daripada mengobati. Dengan menepati jadwal imunisasi dasar yang sudah dicanangkan oleh pemerintah melalui program Kemenkes, kita bisa mencegah bahkan mengakhiri penyebaran polio," katanya.
Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), vaksin polio oral (OPV) yang diteteskan ke mulut bayi dapat diberikan segera setelah lahir. Kemudian pada usia 2, 3, 4, dan 18 bulan. Untuk memastikan kebutuhan imunisasi anak sesuai usianya, orang tua dapat mengunjungi puskesmas maupun posyandu di sekitar tempat tinggal.
Selain itu, penting juga bagi orang tua untuk memantau tumbuh kembang anak. Jika anak menunjukkan gejala-gejala polio, segera memeriksakannya ke dokter anak. (waf)
Baca juga:
WHO Nyatakan Afrika Bebas dari Virus Polio Liar