WARGA +62 SAATNYA BERISIK MUSIK

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Sabtu, 01 Oktober 2022
WARGA +62 SAATNYA BERISIK MUSIK
Ilustrasi Warga +62 Berisik Musik. (Foto/MP)

BERISIK biasanya enggak asyik. Malah, acap jadi hulu tikai. Di buku pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) sejak masih berseragam Merah-Putih sudah diwanti-wanti harus tenggang rasa. Misalnya, jangan memutar musik keras-keras karena akan mengganggu tetangga sebab berujung bukan cuma adu nada tapi adu supata bahkan lebih buruk adu tenaga alias kelahi.

Mengapa memutar lagu keras-keras berakibat buruk. Tentu saja akarnya bukan saja pada kebingsingan nan merongrong tetapi paling dasar soal selera dan kala terbaik. Tentu tetangga satu deret bahkan satu perumahan enggak akan komplain ketika sama-sama suka NCT Dream begitu ada satu rumah memutar keras-keras lagu Beatbox di kala tepat. Sudah pasti tetangga lainnya terhibur.

Berbeda halnya, jika satu orang putar lagu BTS sedangkan tetangga sebelahnya setel EXO lalu seberangnya pasang BLACKPINK sementara sampingnya mengentak dengan lagu TWICE. Selain jadi limbah suara, satu sama lain enggak baku hantam saja sudah bagus. Meski selera musik mereka berbeda padahal masih satu payung besar K-POP bukan berarti tak bisa berjalan berdampingan. Tentu bukan soal mengubah selera.

Tak mudah ikut campur tangan apalagi mengoreksi selera musik tiap individu. Pemerintah pun keteteran berkali-kali berupaya untuk menertibkan selera musik masyarakat. Sukarno pernah mencoba agar masyarakat Indonesia tak ikut ber-ngakngikngok ria. Razia besar-besaran dilakukan agar masyarakat tak cuma tak boleh mendengarkan lagu The Beatles dan Rock n Roll tetapi juga dilarang bergaya busana serupa band-band asal Inggris dan Amerika.

Koes Besaudara atau kelak bernama Koes Plus kena getahnya karena dianggap kontrarevolusioner karena masih menyanyikan lagu gubahan John Lennon dan Paul McCartney. Tak cuma lagu-lagu mereka nan di masa itu sedang laris-manis dilarang mengudara di Radio Republik Indonesia (RRI) tetapi Koes Bersaudara harus merasakan dinginnya lantai bui.

Setelah rezim berganti pun, kebiasan mengobrak-abrik selera musik masyarakat tak juga sirna di masa Orde Baru. Tiga hari menjelang ulang tahun ke-26 TVRI, Menteri Penerangan Harmoko mewanti-wanti tentang lagu-lagu cengeng dapat melumpuhkan semangat. Maksud sang Menpen tertuju lagu paling populer pada masa itu, Hati Yang Luka, gubahan Obbie Messakh dan dipopulerkan Betharia Sonata.

Tak berhenti sampai wanti-wanti, Harmoko bahkan terang-terangan mengatakan stop lagu cengeng tepat pada perayaan ulang tahun ke-26 TVRI pada 24 Agustus 1988. Lagu nan dianggapnya cengeng itu, menurutnya bisa menghambat pembangunan nasional jika TVRI menampilkan ratapan patah semangat berselera rendah, lalu keretakkan rumah tangga, atau hal-hal cengeng lain karena tak bisa menumbuhkan semangat kerja. Tak cuma lagu dipopulerkan Betharia saja, sebab lagu-lagu gubahan Rinto Harahap juga kena pelarangan karena dianggap cengeng.

Namun, di dua pelarangan tersebut, apakah selera musik masyarakat menjadi tertib seperti mau pemerintah? Nyantanya penggemar musik ngakngikngok tumbuh subur hingga kini. Begitu pula lagu-lagu nan dianggap cengeng terus jadi lagu andalan pada acara reuni. Biarkan masyarakat menikmati keberisikkan harmoni musik masing-masing seleranya. Demi mewadahi keberisikkan harmoni tersebut, para penyelenggara lantas menggelar festival musik multi genre agar dapat dinikmati lintas generasi.

Dengan festival musik multi genre tersebut, permasalahan memutar musik berbeda-beda begitu keras di satu perumahan tadi jadi ada solusinya. Pestapora, misalnya, nan pada minggu lalu digelar dengan sepuluh area dengan menampilkan 174 musisi mengajak penngemar musik tumpek-blek menikmati beragam penampilan musisi. Kesemarakkan tersebut disajikan karena pihak penyelenggara ingin mengajak semua pencinta musik berpesta setelah lebih kurang dua tahun tak bisa berpestapora di konser-konser musik.

Bukan hanya Pestapora, Synchronize Festival 2022 digelar seminggu lagi juga menghadirkan beragam musisi lintas genre bahkan lintas generasi karena banyak penampilan spesial band nan khusus tampil reuni atau menyajikan kolaborasi unik. Pihak penyelenggara memastikan lebih dari 50.000 orang akan hadir selama tiga hari gelaran.

Setelahnya, akan dihelat Soundrenaline 2022 nan menghadirkan 18 musisi internasional lintas genre dan puluhan musisi Tanah Air dari segala jenis musik. Mereka akan tampil di tiga panggung di Eco Park Ancol Jakarta Utara selama tiga hari. Ketiga festival besar di Indonesia tersebut sama-sama menampilkan banyak musisi lintas genre dan generasi untuk merayakan kembalinya pagelaran musik setelah sempat berhenti akibat pandemi.

Seperti halnya festival-festival musik multi genre, keberisikkan akan menggema dari masing-masing panggung. Berisik bukan berarti buruk karena keberisikkan nan dihadirkan para musisi berujung harmoni. Bahkan, keberisikkan tersebut tak hanya akan terjadi di lokasi festival tapi sudah bermunculan di media sosial tentang ticket war, deg-degan menanti line up, mention teman atau gebetan mengajak nonton, hingga kekecewaan enggak bisa hadir.

Di akhir tahun 2022, konser dan festival musik akan mewarnai jagad media sosial Warga +62. Beragam konser nan selama dua tahun ditunda akhirnya bisa terwujud dan akan dirayakan para ekosistem di dunia musik. Keberisikkan tersebut juga akan dirayakan Merahputih.com dengan mengangkat tema BERISIK MUSIK sepanjang bulan Oktober dengan menyajikan tak hanya artikel tentang liputan konser dan festival musik, tetapi tips, fakta unik, bocoran info, navigasi berkait banyak aspek namun tetap berkaitan dengan musik.

Beragam kemunculan festival musik tersebut segendang-sepenarian dengan kebangkitan industri kreatif nan memberikan kontribusi mencapai 6,98 persen atau senilai Rp 1.134 triliun. Musik pun ternyata dapat mendongkrak sektor ekonomi di tengah ancaman resesi global nan diperkirakan akan menerpa Indonesia. Dengan turut mengembangkan ekosistem musik Tanah Air, maka tak hanya membuat musik jadi lebih semarak tetapi turut pulan mendongkrak perekonomian di masa sulit pengujung pandemi.

Sebelum datang ke pelbagai konser dan festival musik tersebut, jangan lupa simak artikel-artikel panduan dari Merahputih.com agar pengalaman menonton menjadi lebih sempurna. ENGGAK BERISIK ENGGAK ASYIK! (*)

#Oktober Warga +62 Berisik Musik #Musik
Bagikan
Bagikan