KESUKSESAN tak melulu milik orang berusia matang. Kini banyak anak-anak muda sudah memiliki prestasi menakjubkan, bahkan menjadi pengusaha sukses sebelum menginjak usia 30 tahun.
Namun, di tengah banyak orang sudah meraih kesuksesan, apakah rasanya wajar bila ada seseorang ingin hidup biasa-biasa saja?
Baca Juga:
Menurut Psikolog Rininda Mutia, tidak ada salahnya apabila ada seseorang ingin punya kehidupan biasa saja, karena definisi sukses itu bervariasi.
"Karena nilai dan kebutuhan seseorang berbeda-beda," ujar Rininda seperti dikutip dari laman Antara.

Menurut psikolog anggota Ikatan Psikolog Klinis Indonesia tersebut, kesuksesan diartikan berbeda setiap orang, tergantung dari kebutuhan individu.
Contohnya, ada orang memiliki kebutuhan untuk punya prestasi, ingin punya nilai baik di sekolah, hingga memiliki jabatan bagus di kantor.
Selain itu, ada juga orang memerlukan interaksi dengan orang lain, seperti lebih baik punya banyak teman dibanding mendapat nilai bagus. Ada pula orang lahir dengan hasrat untuk punya kuasa dan hasrat menjadi seorang pempimpin.
Karena itu, menurutnya, kesuksesan individu dapat diartikan berbeda-beda. Menurut orang menginginkan kehidupan stabil, maka hidup wajar merupakan hasil kesuksesan. Tapi ada juga orang menganggap hidup stabil atau biasa-biasa saja membosankan, dan ingin kehidupan lebih menantang .
"Jadi, inilah mengapa kita tidak bisa membandingkan satu orang dengan lainnya. Kita tidak bisa bilang dia sukses dan dia tidak sukses," jelas Rininda.

Rininda pun tidak menampik ada standard tak tertulis di masyarakat tentang kriteria kesuksesan. Beberapa di antaranya, masuk sekolah unggulan, lulus dengan nilai bagus, masuk universitas favorit, bekerja di perusahaan terkenal, memiliki rumah bagus, hingga memiliki kekayaan materi bernilai besar.
Baca Juga:
Namun, bukan berarti seseorang harus mengikuti aturan atau 'standard tak tertulis' itu, apabla nilai-nilai tersebut bertentangan dengan dirinya.
"Itulah pentingnya mengenali diri kita sendiri. Kebutuhan saya apa? Nilai-nilai dalam diri saya apa? Apakah saya sudah menjalani hidup sesuai dengan keinginan nilai-nilai dalam diri saya?," tambah Rininda.
Psikolog dari Universitas Atmajaya itu menyarankan setiap individu untuk fokus pada kelebihan diri sendiri serta menerima kekurangan masing-masing. Seperti contohnya ketika seorang anak pandai dalam bidang bahasa tapi kurang pandai dalam matematika. Maka, kembangkan diri pada bidang dikuasai atau bakat dimiliki, agar hasilnya bisa maksimal.
Apabila bisa mengenali kelebihan serta kekurangan tersebut, maka kamu bisa perlahan memperbaiki kekurangan, namun lebih fokus untuk meningkatkan apa kelebihannya, sehingga bisa lebih mudah meraih kesuksesan di jalur tersebut. (Ryn)
Baca Juga: