Wacom Buka Suara Selepas Dikecam Karena Gunakan Gambar AI di Iklan


Wacom mendpat kecaman dari komunitas seni digital. (Foto: Wacom)
PRODUSEN tablet gambar populer, Wacom, menjadi target terbaru komunitas seni digital. Mereka dikecam komunitas seni digital setelah menggunakan gambar hasil kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk sebuah iklan.
Selama akhir pekan, para kreator di X dan TikTok memperhatikan bahwa Wacom mempromosikan produk tablet pena Intuos milik mereka dengan ilustrasi seekor naga.
Gambar itu menunjukkan tanda-tanda hasil olahan kecerdasan buatan. Indikatornya, skala desain yang meragukan dan detail yang bercampur secara tidak alami ke bagian lain gambar.
Wacom menghapus gambar-gambar tersebut tanpa penjelasan sehingga memicu spekulasi bahwa merek standar industri untuk seniman yang satu ini menggunakan alat yang secara luas dikritik karena menggantikan mereka.
Banyak seniman telah bersatu menentang penggunaan kecerdasan buatan generatif oleh perusahaan. Mereka khawatir itu dapat berdampak pada keamanan pekerjaan di berbagai profesi kreatif seperti desain grafis, ilustrasi, animasi, dan pengisi suara.
Baca juga:
Pen Display Wacom Cintiq Pro 27 Hadirkan Harmonisasi untuk Kesempurnaan Karya
Namun, ada rasa pengkhianatan khusus terhadap merek seperti Wacom, yang audiens utamanya adalah para seniman. Perusahaan ini telah lama dianggap sebagai pemasok standar industri untuk tablet gambar, berkat kesuksesan produk-produk seperti lini profesional Cintiq.
Saat yang sama, Wacom menghadapi persaingan lebih ketat dari merek pesaing seperti XPPen dan Xencelabs. Awalnya, Wacom tidak merespons keluhan seniman.
Namun, beberapa hari kemudian, perusahaan tersebut mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa pihaknya menyesal. Mereka menjelaskan bahwa gambar-gambar yang dipertanyakan oleh banyak orang itu merupakan gambar yang dibeli dari pihak ketiga.
Mereka bilang, gambar itu lolos dari deteksi alat kecerdasan buatan online yang biasa digunakan untuk penyaringan.
"Kami ingin meyakinkan kamu semua bahwa penggunaan gambar yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan dalam aset-aset ini bukanlah niat kami," tulis Wacom.
Perusahaan itu mengatakan bahwa sekarang mereka tidak yakin apakah kecerdasan buatan digunakan dalam proses pengerjaan gambar itu. "Oleh karena itu, kami segera menghentikan penggunaannya," sambung keterangan dari Wacom.
Kasus semacam ini juga kerap menjadi rumit. Sebab, upaya mendefinisikan konten yang dihasilkan oleh kecerdasan buatan saat ini menjadi semakin sulit.
Alat-alat seperti Firefly, model kecerdasan buatan yang terintegrasi ke dalam Photoshop dan Illustrator, memungkinkan pengguna melakukan perubahan yang dipicu oleh perintah pada lapisan-lapisan individual.
Baca juga:
Beralih ke AI, Duolingo PHK 10% Karyawan Kontrak
View this post on Instagram
Beberapa profesional kreatif berpendapat bahwa ini hanya alat yang dapat memberikan manfaat bagi seniman, tetapi yang lain percaya bahwa fitur kecerdasan buatan generatif apa pun bersifat eksploitatif.
Alasannya, alat-alat tersebut pada dasarnya dilatih dengan menggunakan banyak konten yang dikumpulkan tanpa pengetahuan atau persetujuan para pencipta.
Pada akhirnya, kasus semacam ini menunjukkan bahwa kampanye tekanan anti-kecerdasan buatan akan tetap menjadi kekuatan berkelanjutan dalam dunia kreatif.
Meskipun kecerdasan buatan generatif mungkin tidak akan hilang begitu saja, kesalahan penggunaannya dapat berubah menjadi mimpi buruk dalam citra publisitas perusahaan tersebut. Bagi banyak perusahaan, ini dapat menjadi pertimbangan. (Dsh)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Serasa di Paris atau Prague, Berikut Contoh 5 Prompt AI untuk Gaya Foto Kota Tua Eropa

6 Inspirasi Prompt AI untuk Ubah Foto Jadi Gaya Kerajaan Korea Selatan

5 Prompt AI Foto Adat Jawa: Cara, Inspirasi Pose, dan Tips Agar Hasil Realistis

Ketahui Kategori Konten yang Bisa Membuat Gemini AI Memblokir Prompt

Pemerintah Pacu Regulasi AI, Rancangan Perpres Ditargetkan Selesai September 2025

Cara Mudah Bikin Logo dengan Bantuan AI, Ini 3 Contoh Prompt yang Bisa Dicoba

Keberadaan AI Dalam Kehidupan Manusia Menjadi Keniscayaan saat Zaman makin Canggih

Akademisi Sebut AI hanya Kopilot, tak akan Gantikan Manusia

Komisi I DPR Dukung Komdigi Desak Platform Digital Sediakan Fitur Pengecekan Konten AI

Albania Punya Menteri AI Pertama di Dunia, antara Aksi Publisitas dan Usaha Masuk Uni Eropa
