Virus SARS di Balik Kerja Sama Bio Farma dan Perusahaan Vaksin Tiongkok

Zulfikar SyZulfikar Sy - Rabu, 26 Agustus 2020
Virus SARS di Balik Kerja Sama Bio Farma dan Perusahaan Vaksin Tiongkok
Presiden Joko Widodo (depan-kiri) saat meninjau Bio Farma. (Foto: MP/Dok Bio Farma)

MerahPutih.com - Sebelum dunia diserang pandemi COVID-19, virus corona jenis lain telah membuat gempar sejumlah negara. Walaupun, pengaruhnya tidak mengglobal hingga menjadi pandemi seperti saat ini dan telah menginfeksi puluhan juta orang.

Pada 2002, ilmuwan Tiongkok mendeteksi virus corona jenis baru yang menimbulkan Sindrom Pernapasan Akut Berat (Severe Acute Respiratory Syndrome - SARS). Hingga saat ini, jumlah orang terinfeksi sebanyak 8.000-an kasus. Saat itu, ilmuwan dunia sudah menyiapkan vaksin untuk mengantisipasi kemungkinan wabah global SARS.

Baca Juga:

Indonesia Terus Perkuat Akses Pengembangan Vaksin COVID-19

Pemerintah Tiongkok dan ilmuwan segera melakukan pengendalian sehingga virus corona penyebab SARS ini tidak semakin meluas. Sehingga, vaksin virus corona pun masih sebatas penelitian.

Selang 10 tahun kemudian, tepatnya 2012, wabah virus corona kembali terjadi. Kali ini berlangsung di Timur Tengah yang disebut Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV) atau disebut juga flu unta. Wabah ini terjadi di Arab Saudi. Hingga 2019, MERS-CoV menginfeksi 2.494 orang. MERS-CoV akhirnya berhasil dikendalikan.

Selanjutnya, virus corona jenis beru terdeteksi di Wuhan, Tiongkok, pada akhir 2019. Semula virus ini disebut Novel Coronavirus (2019-nCov) yang kemudian cepat menyebar ke sejumlah negara di dunia. WHO lantas menyatakan pandemi global dan menyebut virus penyebab pandemi SARS-CoV-2 dengan nama penyakit COVID-19.

Sejauh ini, satu-satunya jalan untuk keluar dari pandemi adalah dengan menciptakan vaksin virus corona. Para ilmuwan bergerak cepat dan berlomba dengan waktu. Sejumlah negara terpacu meneliti vaksin virus corona jenis baru ini.

Tiongkok sebagai negara asal virus juga bergerak cepat menciptakan vaksin melalui perusahaan vaksin Sinovac Biotech Ltd. Penelitian vaksin Sinovac bisa dibilang terdepan dibandingkan vaksin-vaksin yang dikembangkan negara lainnya.

Calon relawan berkonsultasi dengan dokter riset uji vaksin di RSP Unpad, Kota Bandung. (ANTARA/Bagus Ahmad Rizaldi)
Calon relawan berkonsultasi dengan dokter riset uji vaksin di RSP Unpad, Kota Bandung. (ANTARA/Bagus Ahmad Rizaldi)

Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir bilang, dunia saat ini sedang membutuhkan vaksin COVID-19. Menurutnya, ada ratusan lembaga penelitian yang mengembangkan vaksin COVID-19. Salah satu lembaga peneliti vaksin ialah Sinovac yang saat ini sudah sampai pada tahapan uji klinis fase 3.

Sebelumnya, Sinovac telah melalui rangkaian prosedur pengujian vaksin mulai dari uji pre-klinis, uji klinis tahap 1 hingga uji klinis tahap 2 di Tiongkok dan hasilnya sudah diketahui oleh Badan POM RI. Saat ini, uji klinis vaksin Sinovac sudah masuk ke fase 3 di mana Bandung menjadi salah satu tempat pengujian.

Menurutnya, uji klinis tahap 3 perlu dilakukan sebelum vaksin diproduksi massal dan dipakai secara luas.

“Uji- klinis merupakan tahapan yang perlu dilalui untuk semua produk farmasi termasuk obat-obatan dan vaksin,” terang Honesti, dalam keterangan tertulisnya, baru-baru ini.

Mengenai alasan Bio Farma bekerja sama dengan Sinovac, Honesti menyatakan pihaknya memiliki kesamaan platform penelitian vaksin dengan lembaga penelitian asal Tiongkok tersebut. Bio Farma sudah lama memproduksi vaksin dengan cara inactivated vaccine.

Inactivated vaccine merupakan metode pembuatan vaksin berdasarkan penonaktifan virus dengan proses kimia. Dengan demikian, pengaruh negatif virus dihilangkan. Metode ini sudah lama dilakukan Bio Farma dalam membuat vaksin polio.

Baca Juga:

Kondisi Terkini 110 Relawan Uji Vaksin COVID-19

Honesti juga menyebut, selain kesamaan platform, alasan pemilihan Sinovac adalah karena mereka memiliki pengalaman dalam hal pengembangan vaksin dalam kondisi pandemi seperti pembuatan vaksin SARS.

Perusahaan Sinovac juga sudah mempunyai produk yang memenuhi pre-qualifikasi WHO. Hal lainnya adalah ada kerja sama yang dilakukan bersama Bio Farma dalam hal produksi vaksin lain. Dalam uji klinis 3 vaksin Covid-19 tersebut, Bio Farma akan bekerja sama dengan tim peneliti uji klinis fase 3 Fakultas Kedokteran UNPAD Bandung selama enam bulan ke depan. Apabila uji klinis fase 3 berjalan lancar, maka berikutnya adalah regristrasi ke Badan POM.

“Indonesia melalui Bio Farma, sudah mempersiapkan fasilitas produksi vaksin COVID-19 dengan kapasitas maksimal sebanyak 100 juta dosis, dan pada akhir Desember 2020, akan ada tambahan kapasitas produksi sebanyak 150 juta dosis. Mudah-mudahan kapasitas yang kami miliki ini, dapat membantu pemerintah RI dalam menghadapi dan mengatasi pandemi COVID-19 melalui produksi vaksin COVID-19”, ujar Honesti.

Kapasitas yang ada di Bio Farma untuk produksi vaksin COVID-19 ini akan memanfaatkan fasilitas produksi yang sudah ada di lahan Bio Farma, sehingga tidak perlu melakukan tambahan investasi untuk memproduksi vaksin COVID-19 ini. (Iman Ha/Jawa Barat)

Baca Juga:

Jadi Relawan Vaksin, Ridwan Kamil: Kami Sudah Kelelahan

#Vaksin Covid-19 #Bio Farma
Bagikan
Ditulis Oleh

Zulfikar Sy

Tukang sihir
Bagikan