MerahPutih.com - Munculnya subvarian terbaru dari COVID-19 Omicron, yaitu BA.2.75 di Indonesia harus mendapat perhatian serius dari semua pihak. Namun, anggota Komisi IX DPR RI, Rahmad Handoyo mengimbau agar masyarakat tak perlu panik atas munculnya varian baru tersebut.
“Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 belum mereda, kini muncul lagi varian baru yang berpotensi lebih menular, yakni BA.2.75. Kita memang tak perlu panik tapi fakta bahwa BA.2.75 sudah terdeteksi di Indonesia harus membuat kita lebih waspada dan berhati-hati,” kata Rahmad dalam keterangannya, Selasa (19/7).
Baca Juga
Rahmad menjelaskan, varian BA.2.75 yang pertama kali terdeteksi di India pada Mei lalu disebut-sebut penularannya lebih cepat dari varian BA.5. Bahkan, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengkategorikan subvarian ini sebagai Variant of Concern (VOC) Lineage Under Monitoring (LUM). Artinya, varian ini tengah diawasi secara ketat oleh WHO.
Rahmad mengamini varian terbaru BA.2.75, juga varian BA.4 dan BA.5 saat ini belum membebani rumah sakit maupun lebih beresiko dibandingkan varian Delta. Namun, jika berkaca dari kasus yang terjadi di Amerika, di mana saat ini kasus COVID-19 di negara Paman Sam tersebut 80 persen didominasi varian BA.2.
"Nah fakta ini harus membuat kita semakin waspada sebab COVID-19 masih ada dan kita belum tahu kapan berakhir,” imbuhnya.
Politikus PDI Perjuangan (PDIP) ini mengatakan, secara global penularan COVID-19 masih sangat dinamis. Ia mencontohkan, kasus di beberapa negara ada yang melampaui 100 ribu kasus per hari. Artinya, kata Rahmad, meskipun saat ini kita masih terbilang landai tapi kasus varian BA.4 dan BA.5 terus mengalami kenaikan.
"Tentu kondisi seperti ini menuntut langkah cepat pemerintah pusat, pemerintah daerah, para epidemiolog dan seluruh elemen masyarakat untuk bergotong royong menghadai COVID-19, agar tidak kecolongan,” ujarnya.
Baca Juga
Jokowi Prediksi Puncak Kasus COVID-19 Omicron BA.4 dan BA.5 di Tanah Air
Terkait dengan kondisi yang serba tak menentu saat ini, ia menyampaikan beberapa catatan penting yang menurutnya harus disampaikan semua pihak.
Pertama, istilah Immunity Indonesia yang belakangan ini sempat digembor-gemborkan, jangan sampai jadi 'jebakan batman’. Jangan sampai istilah tersebut mengesankan bahwa masyarakat sudah kebal berkelompok sehingga bisa bereforia, meninggalkan masker dan tidak mengindahkan protokol kesehatan
“Salah kaprah seperti ini sangat beresiko karena varian BA.4 dan BA. 5 dan Subvarian baru terdeteksi BA.2.75 pun masih bisa menembus tubuh yang sudah divaksin booster sekalioun . Efek positif booster memang menghindarkan rasa sakit serius sampai kematian. Sekali lagi, orang yang sudah dibooster masih bisa ditembus sub varian omicron ini,” kata dia.
Kedua, Rahmad menyoroti program vaksinasi yang hingga saat ini belum sesuai harapan. Ia menyebut, vaksinasi masih dibawah 70 persen sedangkan booster masih sangat rendah, di bawah 25 persen standar nasional.
“Justru karena vaksinasi belum sesuai harapan, maka saya mewanti-wanti pemerintah pusat, pemerintah daerah dan seluruh elemen untuk segera bergerak cepat memperkuat pertahanan imunitas masyarakat dengan memvalitasi vaksinasi booster, termasuk vaksin lengkap," bebernya
Selain itu, Rahmad meminta masyarakat untuk tetap mengencangkan ikat pinggang dengan mematuhi protokol kesehatan, memakai masker, vaksinasi, cuci tangan dan menghindari kerumuman.
“Protokol kesehatan harus kita kedepankan karena pandemi masih dinamis dan setiap hari masih ada warga yang harus masuk ruang ICU. Ini yang harus jadi perhatian kita bersama,” tutup dia. (Pon)
Baca Juga
81 Persen Kasus COVID-19 di Indonesia Didominasi Omicron BA.4 dan BA.5