Kesehatan

Vaginismus, Penyakit Langka Menyerang Organ Intim

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Jumat, 26 Mei 2023
Vaginismus, Penyakit Langka Menyerang Organ Intim
Menemani dan mendukung pasangan saat melakukan terapi vaginismus.(Trivia 1_Pixabay_StockSnap)

BERHUBUNGAN intim bersama pasangan bukan hanya perkara mencari gaya dan posisi yang paling nyaman bagi keduanya saja. Rupanya ada banyak hal yang perlu diperhatikan saat melakukannya, yaitu kebersihan area intim serta gangguan-gangguan yang mungkin terjadi pada dirimu atau pasangan seperti vaginismus. Penyakit vaginismus memang langka namun siapapun berpotensi mengalaminya.

Penyakit vaginismus bisa membuat keutuhan rumah tangga seketika mengalami gonjang-ganjing. Karena biar bagaimanapun juga, hubungan intim merupakan salah satu pilar utama rumah tangga.

Baca Juga:

Atasi Vaginismus dengan Foreplay

Menurut Clevelandclinic, sebenarnya penyakit vaginismus sering ditemukan terutama pada pasangan suami istri baru. Hanya saja ada sebagian kasus vaginismus yang sembuh begitu saja tanpa terapi, tetapi ada juga yang tidak kunjung sembuh dan menunda untuk memeriksakan diri, sehingga pasutri tersebut tidak mampu berhubungan intim.

Vaginismus bisa segera terdeteksi jika rutin melakukan pemeriksaan kesehatan area intim. (Foto: Pixabay/Alicia Harper)

1. Refleks otot

Vaginismus merupakan kondisi refleks otot leher rahim ketika ada sesuatu yang hendak masuk ke dalamnya. Refleks otot ini berupa otot yang menegang hingga mengeras, sehingga tidak bisa melakukan penetrasi seksual yang artinya Mr.P tidak bisa masuk karena mulut rahim yang seolah seperti tertutup pintu.

Kenapa refleks otot menjadi masalah serius? Bukankah otot merupakan salah satu organ tubuh yang bisa dikendalikan manusia? Sayangnya refleks otot yang dimaksud dalam vaginismus tidak sama seperti refleks otot manusia pada umumnya. Penyakit vaginismus membuat penderitanya sama sekali tidak bisa mengendalikan otot-otot di leher rahim yang menegang saat mau melakukan penetrasi seksual.

2. Deteksi dini

Jika kamu belum aktif secara seksual, kamu bisa tetap mendeteksi secara dini apakah kamu berpotensi memiliki penyakit vaginismus dengan pemeriksaan rutin ke dokter kandungan. Selain memeriksa kesehatan dan kebersihan area intim, kamu juga bisa bertanya kepada dokter untuk melakukan pemeriksaan khusus otot sekitar leher rahim untuk mendeteksi dini penyakit vaginismus.

Baca Juga:

Perempuan, Jangan Abaikan Vulvitis

Biasanya dokter akan melakukan serangkaian tes untuk melihat bagaimana refleks otot di area leher rahim. Jika ternyata hasilnya positif vaginismus, kamu akan segera dirujuk ke psikiater untuk melakukan terapi.

Cedera atau trauma pasca melahirkan berpotensi menimbulkan vaginismus. (Foto: Pixabay/WenPhotos)

3. Muncul setelah biasanya tak mengalami masalah berhubungan intim

Apakah vaginismus hanya menyerang orang-orang yang baru saja mulai melakukan hubungan intim? Tentu saja tidak. Penyakit vaginismus bisa menyerang siapa saja dan kapan saja selama refleks otot area intim masih aktif bekerja. Setelah sebelumnya tidak ada masalah dalam berhubungan intim, setiap perempuan tetap berpotensi untuk mengalami vaginismus.

4. Trauma

Vaginismus bisa tiba-tiba muncul karena disebabkan oleh berbagai faktor. Biasanya korban pelecehan seksual akan kesulitan untuk melakukan hubungan intim karena rasa trauma yang besar, sehingga ketakutan untuk melakukan penetrasi seksual.

Selain itu, orang yang menderita gangguan kecemasan juga berpotensi besar untuk mengidap vaginismus karena ketakutan untuk melakukan penetrasi seksual bersama pasangannya. Cidera pasca melahirkan juga sangat berpotensi membuat perempuan ketakutan untuk berhubungan intim, sehingga akhirnya mengalami vaginismus dan kesulitan untuk berhubungan intim. (mar)

Baca Juga:

Selain Segar, Air Dingin Ternyata Baik untuk Kesehatan

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Maria Theresia

Your limitation -- it's only your imagination.
Bagikan