PENIKMAT game arcade tentu rindu bermain game capit boneka atau sekadar main game bertarung. Meski beberapa mal Indonesia diizinkan membuka tempat arcade sesuai protokol kesehatan, agaknya bermain game di rumah tetap paling aman selama pandemi.
Kasus ini mungkin wajar saja dengan standar PSBB yang ada. Akan tetapi kasus ini berbeda dengan Jepang yang notabenenya laku keras dunia arcade hingga menjadi bisnis. Ternyata pandemi membawa petaka hingga membuat rugi bandar di beberapa kawasan turis.
Baca juga:
Dilansir dari laman Kotaku, pandemi membuat Jepang menutup lebih awal tempat wisata arcade pada pukul 8 malam. Alhasil beberapa tempat arcade yang diperuntukkan oleh orang-orang atau wisatawan yang ingin menikmati game-game arcade Jepang merugi hingga lebih dari setengahnya.

Yasushi Fukamachi, salah satu manager di kedai arcade legendaris Mikado di Tokyo menceritakan keluh kesahnya akan state of emergency, istilah PSBB di Jepang. Ia mengklaim jam 8 malam merupakan waktu larisnya kedai tersebut. Penutupan lebih awal oleh pemerintah Jepang membuat Mikado tidak mendapatkan keuntungan sesuai ekspektasinya.
"Biasanya dari jam 6 hingga tengah malam adalah jam-jam paling ramai pengunjung. Sekarang dengan tutupnya jam 8 malam kita sudah kehilangan jam-jam yang paling menguntungkan. Pemerintah sama sekali tidak membantu kami di situasi ini," ujar Fukamachi.
Baca juga:
Selain itu, ada tiga tempat wisata arcade di kota besar Jepang yang gulung tikar pada awal pandemi COVID-19 2020 lalu. Di antaranya SEGA Building 2 dan Adores Akihabara yang dekat dengan stasiun Akihabara. Lalu Silk Hat Arcade di Ikebukuro yang terpaksa tutup 11 Januari 2021 lalu.
Beberapa kedai arcade di Jepang melarang turis untuk mengunjungi kedai tersebut karena COVID-19. Berbeda dengan Mikado yang ingin merangkak dari keterpurukan akibat pandemi ini. Kedai milik Fukamachi tersebut direnovasi kembali dengan bilik di tiap kabin dan menyemprotkan disinfektan serta menerapkan protokol kesehatan.

Sebelum pandemi pun, bisnis arcade di Jepang masih berusaha keras demi bisa bertahan hingga dekade ini. Sebuah data menunjukkan sejak 1989 Jepang memiliki 22.000 kedai dan berkurang hingga 4.000 sejak 2019.
Hingga saat ini, Mikado tetap bertahan dengan memulai crowdfunding dan iklan dari kanal YouTube. Fukamachi sadar harus tetap bertahan meski pemasukan tidak sesuai ekspektasi.
Pandemi COVID-19 tentu masih ada dan mewabah di beberapa negara termasuk Indonesia. Menjaga kesehatan, pergi ke luar bila perlu, serta karantina dini bila sakit adalah tiga cara ampuh untuk memutuskan rantai penularan virus. (dnz)
Baca juga:
Konsultan Desain Interior Dibayar Mahal di Game Animal Crossing