Hari Pangan Sedunia

Urban Farming, Cara Baru Menghasilkan Bahan Makanan

Dwi AstariniDwi Astarini - Rabu, 16 Oktober 2019
Urban Farming, Cara Baru Menghasilkan Bahan Makanan
Urban farming memungkinkan kamu menghasilkan bahan makanan secara mandiri. (foto: greensgrow.org)

BERTANI tidak melulu dilakukan di lahan sawah yang luas. Kamu yang bermukim di perkotaan juga bisa bertani secara mandiri dengan memanfaatkan lahan terbatas, seperti di pekarangan rumah maupun kantor. Konsep bertani itu disebut dengan istilah urban farming.

Disebut kegiatan bertani mandiri, karena hasil pertaniannya akan kamu olah untuk dikonsumsi sendiri. Atau bisa juga kamu distribusikan ke tempat lain. Kegiatan urban farming juga sama seperti bertani pada umumnya, yaitu menanam sayur-sayuran, jamur, umbi-umbian, dan buah-buahan. Urban farming juga bisa dilakukan dalam bentuk beternak hewan, semisal unggas, sapi, kambing, domba, dan kelinci.

BACA JUGA: Rekayasa Genetik, Solusi atau Masalah untuk Ketahanan Pangan?

Nah, menurut laman Alodokter, urban farming memiliki berbagai macam manfaat. Pertama, urban farming bisa memenuhi kebutuhan pangan yang berkualitas. Apalagi di wilayah padat penduduk. Urban farming akan membantu ekonomi rumah tangga yang lemah dalam memperbaiki kualitas pangan.

Hasil urban farming juga lebih segar. Hal itu disebabkan tidak ada proses pengamanan, penyimpanan, dan pendistribusian yang biasanya memakan waktu berhari-hari. Lebih baik lagi, urban farming dapat memperbaiki keamanan pangan yang beragam, bergizi, seimbang, dan aman (B2SA).

urban farming
Dilakukan dengan memanfaatkan lahan yang tersedia di sekitar rumah. (foto: Instagram @vanleerzimbabwe)

Urban farming tidak sekadar tren gaya hidup masyarakat urban. Kegiatan ini dapat menjadi peluang bisnis. Tentunya kegiatan ini turut menciptakan lapangan pekerjaan baru dan pendapatan untuk masyarakat yang hidup di perkotaan.

Karena urban farming, masyarakat sekitar jadi lebih sering mengonsumsi buah dan sayuran yang segar dari hasil urban farming. Hasil urban farming bisa diakses dengan mudah dan cepat. Kegiatan urban farming pun dapat dimanfaatkan sebagai sarana melatih fisik menjadi lebih kuat dan membuat tubuh kamu jadi lebih bugar. Dengan begitu, kamu bisa dapat manfaat kesehatan, seperti menghilangkan stres serta menjaga kesehatan mental secara keseluruhan.

Selain itu, urban farming termasuk wujud upaya merevitalisasi lingkungan dan menciptakan lahan hijau. Hawa panas dan polusi udara dapat berkurang karena urban farming. Begitu pula risiko banjir dan tanah longsor. Lanskap pertanian, perairan, dan bangunan yang dekoratif dari urban farming akan membuat pemandangan kota lebih terlihat indah.

Melakukan urban farming tidak sulit kok. Dengan memanfaatkan lahan kecil seperti di balkon, teras, atau atap rumah, kamu bisa membuat taman mikro. Kamu bisa menanam pohon di tanah langsung atau menggunakan wadah berupa pot, botol, ember bekas, hingga ban bekas.

urban farming bahan makanan
Bercocok tanam sayuran siap makan di urban farming. (foto: pixabay/Jerzy Gorecki)

Untuk media tanam, gunakan tanah kebun atau mengganti tanah kebun dengan benda-benda substrat, seperti kulit kacang, sabut kelapa, sekam padi, atau tanah. Kalau tidak ada substrat, alternatifnya bisa dengan air yang tercampur dengan pupuk.

Saat proses pengairan, kamu bisa memanfaatkan air hujan atau air sisa yang masih layak pakai. Air yang diperlukan untuk menyiram tanaman tidak perlu banyak. Sebagai contoh, untuk taman seluas 1 meter persegi, kamu hanya membutuhkan kurang dari 3 liter air per hari.

Di taman mikro untuk urban farming, kamu bisa menanam berbagai sayuran siap saji. Contohnya seperti kol, selada, mentimun, tomat, dan bawang. Supaya lebih variatif, tidak ada salahnya kamu menjajal menamam tanaman herba, seperti kunyit, jahe, dan lengkuas.

Bagaimana sahabat Merah Putih, tertarik melakukan urban farming? (ikh)

BACA JUGA: 5 Makanan Pokok Lokal Pengganti Nasi yang Tak Kalah Bergizi

#Lampu Kuning Oktober
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.
Bagikan