MEMBUAT daging dari udara mungkin terdengar seperti teknologi yang hanya ada di film fiksi ilmiah. Namun menurut startup Air Protein, hal itu sangat nyata dan layak. Air Protein didirikan oleh DR. Lisa Dyson, ahli fisika, konsultan strategi peraih penghargaan, dengan tujuan menghasilkan alternatif daging.
Alternatif daging nabati seperti Impossible Foods atau Beyond Meat akhir-akhir ini sangat populer, dan disebut-sebut sebagai masa depan industri daging yang berkelanjutan. Air Protein membawa konsep keberlanjutan ini pada tingkat yang sama sekali baru, dengan protein yang bersumber dari udara.
Baca Juga:

Pada dasarnya, tim Air Protein mengandalkan sekelompok mikroba yang mampu mengubah CO2 menjadi asam amino. Dengan produk akhir berupa tepung berbasis protein, yang bisa digunakan untuk membuat produk tanpa daging.
"Ini fermentasi, Ini ditata ulang dengan cara yang membuatnya menjadi negatif karbon. Saat kamu melakukan fermentasi hari ini, sebenarnya menghasilkan CO2. Sebaliknya, budaya kita mengonsumsi unsur udara dan mampu membuat tepung bergizi yang bebas karbon," jelas CEO Air Protein, Lisa Dyson, seperti yang dikutip dari laman Odditycentral.
Air Protein merupakan satu-satunya startup yang kini terlibat dalam pembuatan protein dari udara. Teknologi mereka itu terinspirasi oleh penelitian yang pernah dilakukan NASA pada tahun 1960-an.
Kala itu, NASA mencoba menemukan cara agar astronot bisa menumbuhkan makanan mereka sendiri ketika perjalanan luar angkasa. Mereka menemukan mikroba bernama hidrogentrof, yang dalam keadaan yang tepat, memakan CO2 lalu menghasilkan asam amino.
"Kami memikirkan masalah yang sama, minim ruang, minim waktu untuk membuat makanan, tapi dalam konteks yang berbeda. Itulah yang memungkinkan kami untuk melihat bahwa pendekatan yang sangat berbeda ini adalah sesuatu yang benar-benar dapat menjawab apa yang dibutuhkan dunia saat ini. Kami mampu memanfaatkan pemikiran para ilmuwan NASA dalam konteks yang sama sekali berbeda," jelas Dyson.
Mengenai pembuatan daging berbasis udara itu, proses di balik layar lebih rumit dibanding yang diungkapkan Air Protein sejauh ini. Namun, perusahaan mengklaim bahwa hal itu pun merupakan upaya berkelanjutan untuk memproduksi protein saat ini.
Baca Juga:
Keajaiban terjadi di tangki vertikal raksasa yang memakan lebih sedikit lahan, daripada penggembalaan ternak, penanaman tanaman, dan energi yang dibutuhkan untuk proses fermentasi berasal dari sumber terbarukan. Jadi, menurut Dyson jauh lebih murah dan berkelanutan dibanding alternatif daging lainnya.
"Salah satunya adalah bahwa input utama adalah elemen udara yang kita hirup, sehingga jumlahnya melimpah dan ada di sekitar kita," ungkap Dyson.
Kemudian, Dyson menjelaskan, apabila ingin membandingkan proses produksi Air Protein dengan salah satu produksi kedelai. Maka dibutuhkan pertanian kedelai seukuran Texas, negara bagian yang sangat luas di AS, untuk memberimu jumlah protein yang sama dengan peternakan protein udara seukuran Walt Disney World.
Keuntungan lain yang dimiliki protein yang bersumber dari udara dibanding daging konvensional, yakni waktu produksi. Tepung kaya protein dapat diproduksi dalam hitungan hari. Itu berbeda dengan daging konvensional yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk memelihara hewan ternak, dan waktu berulan-bulan untuk bercocok tanam.
Air Protein menggambarkan produknya sebagai "sangat bergizi, berkelanjutan, dan lezat". Namun, belum terbayangkan apa yang akan dipikirkan masyarakat ketika produk tersebut sudah terdapat di toko-toko, restoran atau pusat perbelanjaan. (Ryn)
Baca Juga:
Deretan Fakta Unik Tentang Se'i, Kuliner Khas NTT yang Bikin Nagih