MerahPutih.com - Peneliti utama uji klinis vaksin COVID-19, Profesor Kusnandi Rusmil menegaskan, hanya ada dua kemungkinan hasil dari penelitian vaksin yang sekarang sedang berjalan di Bandung. Hasil pertama, vaksin tersebut baik untuk melawan Covid-19. Hasil kedua, vaksin tersebut tidak baik.
Dokter spesialis dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK Unpad tersebut menegaskan, bakal akan menyampaikan hasil uji klinis vaksin sesuai faktanya. Dimana, uji klinis vaksin COVID-19 buatan Sinovac Biotech China masuk dalam penelitian fase 3 atau akhir. Uji klinis dilakukan Bio Farma dan FK Unpad terhadap 1.620 relawan suntik vaksin.
Kusnandi menjelaskan, setelah uji klinis selesai yang diperkirakan pertengahan 2021, maka keputusan selanjutnya ada di tangan pemerintah.
Baca Juga:
17 Relawan Vaksin COVID-19 di Bandung Mundur, ini Penyebabnya
“Saya melaporkan uji klinis baik atau tidak. Kalau baik ya baik. Kalau tidak baik ya tidak baik. Nanti itu kan dibandingkan dengan uji klinis di negara-negara lain. Nanti pemerintah, Badan POM, WHO yang mempertimbangkan,” papar Kusnandi, dalam webinar baru-baru ini.
Uji klinis vaksin Sinovac sendiri dilakukan di berbagai negara, antara lain, Brazil dan Turki. Di Indonesia, uji klinis dilakukan di Bandung. Pihaknya sebagai peneliti akan mengikuti prosedur penelitian. Sejauh ini, hasil penelitian vaksin di Bandung cukup menjanjikan.
“Saya kan bukan pertama kali melakukan uji klinis. Di atas 30 kalilah. Dan ini termasuk uji klinis yang aman selama ini dibandingkan dengan waktu saya melakukan uji klinis tifus, tetanus difteri, ini aman dibandingkan yang lain,” tutur Guru Besar FK Unpad ini. Sebelumnya, vaksin Covid Sinovac telah melewati uji pra klinis pada tumbuhan dan hewan, lalu masuk uji klinis fase 1 dan 2 di Wuhan, China. Uji klinis fase 1 dan 2 melibatkan relawan sebanyak 125 orang, kemudian 600 orang.

Dan hasil uji klinis fase 1 dan 2 itu menggembirakan sehingga bisa masuk ke tahap uji klinis akhir seperti sekarang ini.
Menurutnya, vaksin Sinovac bisa dibilang satu dari sekian vaksin yang menjadi harapan di tengah pandemi virus corona yang tak kunjung berkurang di dunia.
“Vaksin ini satu-satunya harapan kita cukup besar untuk membentengi supaya kejadian ini bisa berkurang,” katanya.
Ia menyebut, pandemi yang awalnya dari China itu sudah berlangsung sekitar 10 bulan. Sampai saat ini pandemi sudah menelan korban begitu banyak, yang sakit sekitar 30 juta lebih dan yang meninggal sekitar 3 juta.
“Pandemi ini benar-benar ‘istimewa’, dalam 10 bulan virusnya yang meninggal dunia begitu banyak. Sehingga kita sebagai petugas kesehatan harus mencari bagaimana mencegahnya dan bagaimana mengobatinya,” ungkap Kusnandi. (Iman Ha/Jawa Barat)
Baca Juga:
Bio Farma Dapat Suntikan Modal Rp2 Triliun Buat Produksi Vaksin COVID-19