UEA Sepakati Proyek Ratusan Triliun, Bukti Indonesia Mampu Tarik Investor
MerahPutih.com - Pemerintah Uni Emirate Arab (UEA) setuju menggelontorkan investasi bernilai ratusan triliun kepada Indonesia. Hal ini didapat saat menerima kunjungan kenegaraan Presiden Jokowi beberapa waktu lalu.
Dana investasi tersebut tercantum dalam perjanjian antara BUMN dengan beberapa perusahaan di UEA. Penndatangan kesepakatan itu menjadi bagian dari 11 perjanjian proyek dengan nilai USD 22,89 miliar (setara Rp 314,9 triliun)
Baca Juga
Indonesia Bakal Diguyur Investasi dari UEA, Nominalnya Ratusan Triliun
Menaggapi hal ini, Direktur Executive Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan apa yang sudah dilakukan ini menjadi bukti bahwa Indonesia masih menjadi negara dengan tujuan investasi terbaik di dunia.
"Berbagai komitmen yang sudah ditandatangani itu menjadi bukti, meski ekonomi global lagi bergejolak namun Indonesia masih menarik perhatian dunia untuk berinvestasi," ucap Mamit dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (15/1).
Soal perjanjiannya, pada bidang energi, investasi UEA akan ditanamkan pada pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung di Waduk Cirata, Jawa Barat.
Perusahaan energi baru terbarukan (EBT) Masdar, yang berbasis di Abu Dhabi, nantinya akan bermitra dengan PT Pembangkit Jawa Bali Investasi (PJBi) membangun PLTS Terapung Cirata sebesar 145 Mega Watt Peak (MWp).
Baca Juga
Investasi di pembangkit ini diperkirakan mencapai Rp1,8 triliun. PLTS Terapung Cirata diproyeksikan memecahkan rekor pembangkit bertenaga surya terbesar di ASEAN setelah PLTS di Filipina, Cadiz Solar Powerplant sebesar 132,5 MW.
Selain pengembangan Energi Baru Terbarukan, ditandatangani pula kesepakatan bisnis sejumlah proyek migas seperti pengembangan Refinery Development Master Plan (RDMP) RU V Balikpapan antara Pertamina dengan Mubadala, potensi minyak mentah di Balongan antara Pertamina dengan Abu Dhabi National Oil Company (ADNOC), hingga penyediaan Liquefied Petroleum Gas (LPG) antara ADNOC dengan Pertamina.
Pada subsektor mineral, ditandatangani pula kerja sama Emirates Global Aluminium (EGA) dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dalam rangka penambahan produksi ingot alloy dan billet.
Pada masa uji coba penambahan produksi direncanakan sekitar 20 ribu ton, di mana kapasitas produksi normal saat ini mencapai 250 ribu ton.
"Berbagai proyek hasil kerjasama ini akan menjadi upaya BUMN dalam melakukan transfer knowladge. Dengan begitu ke depan daya saing BUMN kita juga bakal lebih baik," ucapnya.
Baca Juga
Meski masih dalam tahap komitmen investasi, Mamit mengaku masih ada hal penting yang harus dikerjakan pemerintah untuk meningkatkan status menjadi realisasi investasi. Hal itu adalah penyederhanaan regulasi.
"saya rasa apa yang sudah dilakukan dengan menggandeng perusahaan internasional itu sudah cukup bagus. Hanya saja penyederhanaan regulasi harus terus dilakukan. Karena selama ini semua mentok di tahap ini," pungkas Mamit. (Knu)