Tujuh Kritik SBY dan Partai Demokrat untuk Pemerintahan Jokowi-JK

Eddy FloEddy Flo - Sabtu, 11 Juni 2016
Tujuh Kritik SBY dan Partai Demokrat untuk Pemerintahan Jokowi-JK
SBY dan Partai Demokrat berikan tujuh catatan terhadap pemerintahan Jokowi-JK (Foto: Fanpage Facebook Soesilo Bambang Yudhoyono)

MerahPutih Politik - Partai Demokrat hari Jumat (10/6) melakukan kegiatan silaturahmi kader di kediaman Ketua Umum Partai Demokrat Soesilo Bambang Yudhoyono di Cikeas, Bogor, Jawa Barat.

Dalam temu kader tersebut, Partai Demokrat memberikan sejumlah catatan terhadap beberapa isu yang berkembang selama pemerintahan Jokowi-JK.

Catatan terhadap pemerintahan Jokowi-JK disampaikan langsung oleh SBY yakni meliputi situasi perekonomian, kondisi kehidupan masyarakat dari sisi sosial dan ekonomi, upaya penegakan hukum, dan kedaulatan partai politik. Selain itu, SBY juga menyoroti persoalan TNI/Polri dalam menjalankan tugas pokoknya, pergerakan komunis, hingga peranan pers.

"Kami memberanikan diri untuk menyampaikan kritik, koreksi sekaligus solusi yang kami sarankan,” kata SBY.

Di sektor ekonomi, Presiden RI keenam itu mengatakan, kondisi ekonomi yang lemah berimplikasi terhadap pertumbuhan yang rendah.Kondisi tersebut juga berdampak negatif terhadap pendapatan dan daya beli masyarakat.

“Ketika ekonomi Indonesia melemah, perekonomian dunia dan kawasan juga memiliki pelemahan pertumbuhan. Artinya, pemerintah harus sangat serius dan tepat di dalam mengelola perekonomian kita," kata SBY.

"Kalau tidak, harapan ekonomi tahun 2016 ini lebih baik dari ekonomi tahun 2015 akan sirna,” ujarnya.

Partai Demokrat, kata SBY, juga mengingatkan kebijakan pemotongan anggaran dan keinginan pemerintah untuk menjadikan pengampunan pajak sebagai sumber pemasukan di dalam APBN.Menurut SBY, menghitung penerimaan negara dengan memasukkan perolehan dari pengampunan pajak juga sebuah asumsi yang rapuh.

"Sementara, pemotongan anggaran, sepanjang jumlahnya tepat dan bukan pada sektor yang akan membawa dampak negatif pada kehidupan rakyat adalah sebuah alternatif yang bisa dilakukan," papar SBY.

SBY juga menyoroti, turunnya daya beli masyarakat. Berdasarkan data statistik, kata dia, terjadi penurunan pendapatan per orang dari 2014 ke 2015 yang lalu sebesar Rp 2.150.000.

"Tahun 2016 ini bisa lebih rendah lagi. Sementara, di lapangan tercermin juga menurun tajamnya pembelanjaan masyarakat,” terangnya.

Sorotan menarik justru pada bidang hukum, SBY melihat saat ini transparansi penegakan hukum relatif menurun.Dalam sejumlah kasus, ada peranan “tangan tak terlihat” yang mengendalikan upaya penegakan hukum. Namun, SBY tak menyebut kasus apa yang dimaksud. SBY mengingatkan, agar penegak hukum tidak pandang bulu dalam menjalankan tugasnya.

"Hukum sebagai panglima dan bukan politik, atau kekuasaan. Mestinya para pemegang kekuasaan takut kepada KPK dan penegak hukum lainnya," pungkas SBY.

BACA JUGA:

  1. SBY: Pancasila Ideologi Alternatif antara Komunisme dan Kapitalisme
  2. BPK Sebut Proyek 10.000 MW Warisan SBY Bermasalah
  3. SBY Tampil Sebagai Tokoh Berpengaruh Dunia di Shanghai Forum
  4. SBY Serukan Perdamaian Dunia Islam dari Jeddah
  5. SBY Berpidato di Markas PBB

 

#Pemerintahan Jokowi-JK #Partai Demokrat #SBY
Bagikan
Ditulis Oleh

Eddy Flo

Simple, logic, traveler wanna be, LFC and proud to be Indonesian
Bagikan