TNI Diminta Tingkatkan Kemampuan dan Persenjataannya Hadapi CBRN

Angga Yudha PratamaAngga Yudha Pratama - Senin, 05 Oktober 2020
TNI Diminta Tingkatkan Kemampuan dan Persenjataannya Hadapi CBRN
Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas NH Kertopati. Foto: Net

Merahputih.com - Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati meminta TNI meningkatkan kemampuan dan persenjataannya menghadapi ancaman hibrida, yakni ancaman senjata kimia, biologi, radiasi, dan nuklir.

Hal itu disampaikannya dalam memperingati HUT ke-57 Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang jatuh pada 5 Oktober ini.

"Melalui peringatan HUT ke-75 ini, TNI diharapkan segera meningkatkan kemampuan dan persenjataannya untuk menghadapi ancaman CBRN (chemical, biology, radiation, and nuclear). Ini dikenal sebagai ancaman hibrida dan telah mengubah perspektif ancaman di masa mendatang," kata wanita yang biasa disapa Nuning ini dalam keterangan tertulisnya, Senin (5/10).

Baca Juga:

Digelar Secara Virtual, Perayaan HUT TNI Ke-75 Jadi Momentum Tingkatkan Profesionalisme



Selain itu, dalam operasi militer selain perang (OMSP), TNI juga menghadapi tantangan baru, yakni ikut menanggulangi bencana non-alam, yakni pandemi COVID-19. Pandemi COVID-19 merupakan ancaman nirmiliter, yang berbeda dengan ancaman militer dan ancaman nonmiliter.

Menurut dia, ancaman senjata nuklir, senjata kimia, dan senjata radiasi juga memiliki skala tinggi untuk dideteksi dan ditangkal

"Senjata biologi dan pertahanan negara anti senjata biologi merupakan ilmu pengetahuan yang harus dikuasai TNI," jelas dia.

Menurut Nuning, HUT TNI tahun ini terbilang cukup unik karena kondisi negara yang masih berjuang menghadapi Pandemi COVID-19.

"Sejak Maret 2020, TNI bersama kementerian dan instansi pemerintah yang lain serta seluruh komponen bangsa bahu membahu menangani korban yang terinfeksi sekaligus berusaha memutus rantai penularan," beber dia.

Susaningtyas Kertopati



TNI juga dituntut mampu merespon bencana non-alam ini secara terukur dan sistematis.

Pengalaman TNI selama beberapa tahun terakhir menghadapi bencana alam kini diproyeksikan menghadapi bencana non-alam. Operasi Militer Selain Perang (OMSP) menghadapi bencana non-alam menghadapi Pandemi COVID-19 merupakan pelajaran berharga untuk mengantisipasi terulangnya kembali pandemi.

"Dari Perspektif Sistem Pertahanan Negara, maka OMSP menghadapi Pandemi COVID-19 juga dapat diterapkan menghadapi ancaman senjata biologis," ujar Nuning.

Baca Juga:

75 Tahun TNI, Begini Catatan Kontras

Dengan parameter dan indikator yang sama, maka kemampuan TNI menghadapi ancaman senjata biologis pada gilirannya juga bisa diimplementasikan untuk menghadapi Senjata Pemusnah Massal (Weapon of Mass Destruction) lainnya.

"Melihat semakin luasnya ancaman dalam kurun waktu ke depan TNI membutuhkan peningkatan kualitas sumber daya manusianya sebagai bagian modernisasi Alutsista sehingga dibutuhkan kemampuan manajemen tempur dan diplomasi militer yang handal," demikian Susaningtyas Kertopati. (Pon)

#Susaningtyas Kertopati #Pengamat Intelijen Susaningtyas
Bagikan
Bagikan