SEBAGIAN masyarakat mungkin sudah terbiasa dengan sistem hybrid work atau model kerja hibrida. Meski meningkatkan kesejahteraan karyawan secara kesluruhan, namun studi terbaru dari Cisco mencatat perlunya perbaikan dari perusahaan agar model kerja itu lebih inklusif.
Sekadar informasi, bekerja secara hibrida merupakan kombinasi antara bekerja dari kantor dan bekerja dari rumah atau jarak jauh. Studi Cisco yang berjudul Employees are ready for hybrid work, are you? itu melihat dampak pekerjaan hibrida pada lima kategori kesejahteraan, yaitu kesejahteraan emosional, keuangan, mental, fisik, dan sosial, seperti dikutip ANTARA, Kamis (19/5).
Baca juga:

Studi yang dilakukan antara Januari hingga Maret 2022 itu diberikan kepada 28 ribu karyawan dari 27 negara, termasuk lebih dari 1.050 responden dari Indonesia. Hasilnya, lebih dari satu dari dua karyawan (56,4 persen) di Indonesia percaya bahwa kualitas kerja telah meningkat dengan menerapkan model kerja hibrida. Sebanyak 85,3 persen karyawan di Indonesia mengatakan bahwa kemampuan untuk bekerja dari mana saja membuat mereka lebih bahagia.
Pekerjaan hibrida juga disebut-sebut meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan, 86,5 persen merasa lebih menghemat uang dalam satu tahun terakhir dan 79,1 persen menjadi lebih sehat secara fisik.
Managing Director Cicso Indonesia Marina Kacaribu menilai bahwa karyawan dan perusahaan di Indonesia merasakan manfaat nyata pada situasi pekerjaan hibrida. Namun menurutnya, pekerjaan hibrida juga lebih dari sekadar mendukung kerja jarak jauh atau kembali ke kantor dengan aman.
Baca juga:
Microsoft Luncurkan Viva, Platform Masa Depan untuk Work From Home

“Para pemimpin perusahaan perlu memikirkan kembali cara menumbuhkan budaya inklusif, menempatkan karyawan–pengalaman, keterlibatan, dan kesejahteraan mereka–di pusat, dan memodernisasi jaringan dan infrastruktur keamanan mereka untuk memberikan pengalaman karyawan yang lancar, aman dan inklusif," kata Marina.
Dalam studinya, hanya 25 persen karyawan Indonesia yang berpikir bahwa perusahaan mereka "sangat siap" untuk masa depan dengan pekerjaan hibrida. Teknologi juga tetap berperan penting untuk mendukung pekerjaan mereka.
Sebanyak 67 persen responden percaya bahwa memiliki masalah konektivitas secara teratur membatasi karier bagi pekerja jarak jauh. 93,2 persen lainnya mengatakan infrastruktur jaringan sangat penting untuk pengalaman bekerja dari rumah yang mulus.
Direktur Keamanan Siber Cisco ASEAN Juan Huat Koo mengatakan, teknologi merupakan pendorong utama pertumbuhan di tempat kerja hibrida dan perlu didukung oleh keamanan terintegrasi dari ujung ke ujung.
“Organisasi harus memprioritaskan postur keamanan yang kuat yang menopang setiap upaya digitalisasi dan memastikan bahwa keamanan siber adalah inti dari arsitektur teknologi mereka,” tutup Juan. (and)
Baca juga: