Tingkat Kepatuhan Warga Jakarta Pakai Masker Jeblok, Lebih Rendah dari Bali dan Jabar
Merahputih.com - Kepatuhan warga DKI Jakarta dalam menggunakan masker tak terlalu baik.
Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Airlangga Hartarto mengatakan, baru 65 persen warga DKI Jakarta yang patuh memakai masker.
"Arahan bapak Presiden (Joko Widodo) untuk mengumumkan tingkat kepatuhan masyarakat, dilihat bahwa tingkat kepatuhan masyarakat menggunakan masker yang tadi disampaikan," katanya usai mengikuti rapat terbatas bersama Presiden di Kantor Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin (24/5).
Tidak hanya DKI Jakarta yang masyarakatnya belum patuh mengenakan masker. Airlangga menyebut Riau dan Sumatera Utara pun perlu perhatian agar patuh menggunakan masker.
"Riau 67 persen, Kepri 70 persen, dan Sumatera Utara 62,76 persen. Jadi ini yang harus diingatkan nanti pak kepala Satgas akan menyampaikan terkait hal tersebut," bebernya.
Airlangga menyebutkan daerah dengan tingkat kepatuhan memakai masker tertinggi. Bali sudah mencapai 89 persen. Sedangkan Jawa Timur mencapai 87 persen. Disusul Jawa Barat 73 persen. Ketidakpatuhan menggunakan masker memengaruhi tren peningkatan kasus penyebaran COVID-19.
Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan ada dua penyebab kenaikan kasus COVID-19 beberapa hari terakhir yakni mobilitas masyarakat yang meningkat saat Lebaran dan mutasi varian baru.
"Pada empat hari terakhir terjadi peningkatan kasus baru di atas 5 ribu, ini menunjukkan mobilisasi pasca Lebaran dan Ramadan itu sudah mulai terlihat," kata Dante.
Dari kalkulasi pemerintah, peningkatan kasus akan terjadi hingga pertengahan Juni. Lalu, dari faktor endogen terkait dengan mutasi varian baru Corona asal India, Inggris, dan Afrika Selatan yang sudah ada di Indonesia.
Ketiga varian tersebut masuk dalam varian of concern WHO yang disebut-sebut memiliki tingkat penularan yang tinggi. Dari hasil identifikasi Kementerian Kesehatan, ada 54 kasus varian baru Corona yang menyebar.
Dengan rincian 35 varian baru kasus Corona dari imigran atau dari luar Indonesia dan 19 kasus dari Indonesia. "Kombinasi antara faktor eksternal dan endogen berupa mobilisasi dan mutasi virus menyebabkan kasus meningkat beberapa minggu ke depan," kata Dante.
Pria dengan latar belakang dokter spesialis penyakti dalam konsultan ini mengingatkan masyarakat untuk menekan laju penularan COVID-19 dengan menegakkan protokol kesehatan. (Knu)