Merahputih.com - Pengamat Intelijen, Stanislaus Riyanta menyebut sel-sel teroris seperti JAD masih aktif dan menyebar hampir merata di Indonesia. Pemahaman ajaran agama yang benar, diperlukan untuk mencegah aksi teror serupa terulang kembali.
Menurutnya, penangkapan terhadap 24 anggota JAD asal Sulawesi Selatan memicu insiden bom bunuh diri kemarin (28/3).
Baca Juga
Dugaan kuat pelaku pemboman Gereja Katedral Makassar juga akan tertangkap. Sehingga mereka memilih untuk melakukan aksi bom bunuh diri.
"Pemboman tersebut diyakini terjadi karena dilatarbelakangi tiga motif, yakni balas dendam, mencapai tujuan ideologi, dan eksistensi," jelas Stanislaus kepada wartawan, Selasa (30/3).
Penangkapan 24 terduga teroris di Sulawesi Selatan dilakukan pada Januari 2021.

Pelaku meyakini bahwa aksi itu adalah aksi yang benar dan mendapat kemuliaan. Mereka juga mengajak orang terdekatnya untuk mencapai kemuliaan sesuai keyakinannya. "Selanjutnya adalah tujuan kelompok, menunjukkan bahwa kelompok JAD masih eksis,” tambahnya.
Direktur Eksekutif Pusat Studi Politik dan Kebijakan Strategis Indonesia ini meyakini keputusan pelaku memilih momen ibadah Misa Palma karena mereka sudah terdesak dan faktor keamanan gereja yang tidak terlalu ketat.
"Jadi memang ada momentum yang bersamaan," jelas dia.
Baca Juga
Satu Unit Motor Terbakar di Gereja Katedral Makassar saat Bom Bunuh Diri
Ia melihat, para pelaku selama ini bukanlah 'sel tidur', melainkan bersembunyi. "Semakin besar tekanan, ada dua kemungkinan mereka akan menghilang, menyembunyikan diri atau mereka melakukan aksi balasan yang dipercepat," tutup Stanislaus. (Knu)