PENYAKIT ginjal kronik masih menjadi salah satu isu kesehatan di Indonesia. Angka prevalensi pengidap gagal ginjal kronik di Indonesia mencapai 10% pada orang dewasa.
Gagal ginjal kronik tidak bisa disembuhkan dengan diet rendah protein semata. Perlu ada penanganan lebih lanjut supaya pasien bisa memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
Ketua Tim Transplantasi Ginjal RS Siloam, Profesor Dr. dr Endang Susalit Sp.PD-KGH FINASIM menyebutkan salah satu pengobatan gagal ginjal kronik yang ideal yakni melalui transplantasi.
Lewat transplantasi, pasien bisa mendapatkan kuantitas dan kualitas hidup yang lebih baik, diet lebih bebas, dapat melakukan perjalanan jauh dan merasa lebih sehat.
Baca juga:

Lalu, darimanakah kita bisa mendapatkan ginjal yang sehat? Pertama lewat donor kadaver (jenazah), donor hidup sedarah (kakak, adik, ibu/bapak, anak) dan donor hidup tidak sedarah (istri/suami, saudara jauh, atau teman).
Hal yang perlu diperhatikan oleh calon resipien (penerima) dalam mencari pendonor yang tepat adalah memastikan golongan darah ia dengan calon pendonor compatible.
Lalu calon pendonor juga harus memeriksa fungsi ginjal (ureum dan creatinine) normal dan tidak menderita diabetes mellitus. Jika calon resipien sudah mendapatkan calon pendonor, mereka bisa menemui koordinator transplantasi ginjal, lalu berkonsultasi dengan dokter spesialis nefrologi.
Selanjutnya, calon pendonor dan resipien bisa advokasi donor oleh tim advokasi rumah sakit. "Tim advokasi yang ada di RS Siloam Hospital ASRI antara lain spesialis psikiatri, spesialis forensik etikolegal, spesialis forensik medikolegal, dan biro hukum," ujar Ketua ASRI Urology Center, Dr. dr. Nur Rasyid, Sp.U(K).
Pada saat advokasi donor, dilakukan screening secara komprehensif oleh psikiater forensik. Bila disetujui, dilakukan full board meeting dengan advokasi donor.
Baca juga:

Nur Rasyid menyebut bahwa proses screening tersebut tidak bisa dimanipulasi oleh oknum. "Psikiater yang terlibat punya jam terbang tinggi, mereka tentu bisa membedakan yang mana asli yang mana manipulasi," tuturnya.
Berikutnya, perlu dilakukan screening medis dan toleransi operasi diikuti dengan full board meeting dengan tim dokter multidisiplin. Setelah melewati rangkaian pemeriksaan, barulah dilakukan operasi transplantasi ginjal.
Pengawasan tidak hanya dilakukan sebelum tindakan operasi tetapi juga pascaoperasi. "Setelah operasi perlu dilakukan kontrol rawat jalan dan konsumsi obat secara berkala," terang Nur Rasyid.
Jika tempat tinggal pasien jauh dari dokter yang menangani, maka bisa dilakukan kontrol jarak jauh. "Pasien (pendonor dan resipien) bisa update perkembangan kesehatannya secara daring," tukasnya. (avia)
Baca juga:
Alodokter Berbagi Cara Hadapi Kasus Gagal Ginjal Akut pada Anak