Jejak Kartini

Tiara Savitri, Kartini Tangguh Pematah Stigma Odapus

Dwi AstariniDwi Astarini - Minggu, 22 April 2018
Tiara Savitri, Kartini Tangguh Pematah Stigma Odapus
Tiara Savitri taklukkan gunung meski mengidap lupus. (foto: istimewa)

“KUNCINYA ialah yakin dan tidak mengalah pada keadaan,” ujar Tiara.

USIANYA mungkin tak lagi muda, tapi semangat Ketua Yayasan Lupus Indonesia Tiara Savitri masih terus berkobar. Dengan tubuh yang bugar dan langkah yang tegap, ia memberi semangat dan dukungan bagi pengidap autoimun dan keluarga mereka. Namun siapa sangka, bahwa ia pun mengidap penyakit serupa lebih dari 30 tahun. Ya, perempuan kelahiran Beograd 50 tahun silam tersebut merupakan penyintas lupus.

Begitu banyak informasi keliru mengenai mereka yang mengidap penyakit lupus. Mereka yang didiagnosis mengidap lupus dilarang melakukan aktivitas fisik, terkena paparan sinar matahari, bahkan harus menghindari makanan tertentu. Stigma tersebut dipatahkan Tiara Savitri. Penyakit autoimun tersebut tak menjadi penghalang baginya untuk melakukan berbagai aktivitas fisik.

Ia bahkan sukses menaklukkan 11 gunung di Indonesia. Tak hanya itu, ia juga mencatatkan diri dalam sejarah sebagai penyintas lupus pertama pertama yang berhasil mendaki Gunung Himalaya. “Saya ingin mematahkan paradigma yang membatasi gerak Odapus (Orang Dengan Penderita Lupus). Kami juga bisa beraktivitas layaknya orang normal,” ucap Kartini modern ini.

Tak main-main, ucapan tersebut ia wujudkan. Ia memberanikan diri untuk mendaki Gunung Klabat, Sulawesi Utara, pada 2012. Kala itu, ada program perempuan pendaki yang terdiri dari para perempuan sehat yang peduli dengan lupus. Mereka berencana melakukan pendakian ke 12 gunung dalam waktu setahun. Di sana, para pendaki perempuan tersebut menyosialisasikan penyakit Lupus di sejumlah wilayah di Indonesia sebelum atau sesudah pendakian.

“Saya memberanikan diri untuk ikut melakukan pendakian karena ingin turun langsung melihat kondisi orang autoimun di sana,” tuturnya kala mengingat kejadian enam tahun silam. Keinginannya tersebut mendapat respons yang kurang memuaskan dari para perempuan pendaki tersebut. Mereka menyangsikan kondisi perempuan yang kerap disapa Tiara tersebut.

Membuat program Lupus Goes to Nature. (foto: Istimewa)

Kondisi Tiara sebagai seorang Odapus membuat mereka berpikir bahwa pendakian tersebut tak memungkinkan bagi Tiara. Selain itu, Tiara tak pernah mendaki gunung sebelumnya sepanjang hidupnya. Kendati demikian, Tiara meyakinkan orang-orang bahwa ia akan baik-baik saja.

Meskipun ingin mengubah paradigma orang-orang terhadap Odapus, Tiara tak ingin sembrono. Ia tetap tahu aturan dan tak melakukan tindakan ekstrem yang dapat membahayakan dirinya. Sebelum melakukan pendakian, Tiara melakukan latihan fisik seperti latihan kardio dan latihan untuk otot. Paparan sinar matahari kurang bersahabat dengan para Odapus. HaI tersebut membuatnya memakai tabir surya dan pakaian panjang. Ia juga tak lupa membawa sejumlah obat.

“Saya bahkan pernah membawa obat hingga sekilo lo,” jelasnya. Ia menuturkan bahwa langkah tersebut ia lakukan sebagai bentuk antisipasi. Ia merasa bahwa yang paling memahami kondisinya ialah dirinya sendiri. Untuk itu, dia membawa berbagai keperluannya sendiri.

Pengalaman pertamanya tersebut rupanya memberi kesan mendalam bagi Tiara. Ia pun memberanikan diri untuk melakukan serangkaian kegiatan bersama para perempuan pendaki tersebut hingga ke 10 gunung lainnya.

Selain Gunung Klabat, gunung lainnya yang berhasil ia taklukkan, yakni Gunung Tambora (NTT), Gunung Slamet (Jawa Tengah), Gunung Semeru (Jawa Timur), Gunung Rinjani (NTB), Gunung Agung (Bali), Gunung Gede Pangrango (Jawa Barat), Gunung Kerinci (Sumatra Barat), Gunung Singgalang (Sumatra Barat), dan Gunung Bawakaraeng (Sulawesi Selatan),

Dari pengalaman tersebut, ia merasa sejumlah manfaat. “Selain saya bisa membuktikan kepada orang banyak, tubuh saya lebih sehat dan tidak pernah sakit,” ungkapnya,

Keberhasilan tersebut membuatnya tergugah untuk mengajak sesama pengidap lupus untuk merasakan pengalaman serupa. Ia ingin memotivasi para Odapus bahwa mereka juga bisa melakukan aktivitas yang biasa dilakukan orang dengan kondisi fisik yang sehat.

Pada 2013, ia pun mengggagas Lupus Goes to Nature. Sebanyak 120 Odapus tergerak untuk mengikuti langkahnya. Dengan persiapan matang, ia dan 120 Odapus dari berbagai usia dan kalangan menginap di bawah kaki Gunung Gede.

“Ketika saya mengajak mereka, tentunya saya memerhatikan kondisi mereka dan memastikan kenyamanan mereka,” ucapnya. Walaupun mereka menginap di sebuah tenda, tenda tersebut didesain senyaman mungkin. Di dalam tenda tersebut terdapat kasur dan colokan.

“Mereka bisa merasakan sensasi alam yang sesungguhnya,” imbuh Tiara.

Tiara pun mendesain kegiatan yang cocok dan sesuai kondisi setiap peserta. Ia menyediakan tracking sejauh 5 km. Bagi mereka yang tak kuat dengan pendakian tersebut, ia menyediakan perjalanan ke danau. Perjalanan ke danau cukup jauh, tetapi tak curam. Bagi mereka yang tak mampu melakukan perjalanan, Tiara menyediakan sejumlah kegiatan di perkemahan, seperti membatik, dan merajut.

Mendesain kegiatan bagi para Odapus. (foto: istimewa)

Selain itu, Tiara juga menyediakan tenaga medis dan mobil Land Rover. Mobil tersebut ditujukan bagi mereka yang merasa tak kuat saat pendakian. “Mereka semua hebat-hebat. Dari berangkat hingga pulang tak ada satu pun yang naik ke mobil,” jelasnya, menekankan betapa kuatnya para Odapus.

Dari perjalanan tersebut, ia membeberkan bahwa para Odapus menemukan bakat terpendam mereka. Kini, beberapa di antaranya berhasil membuat karya seni hingga tembus ke mancanegara dan ada pula yang membuka restoran. Mereka pun menemukan kepercayaan dirinya setelah melakukan pendakian. “Ada yang datang pakai tongkat, begitu melakukan pendakian tongkatnya dilepas,” katanya.

Kecintaannya akan dunia mendaki semakin terasa setiap tahun. Di tahun berikutnya, tepatnya Mei 2014, ia menerima tantangan untuk melakukan pendakian ke Gunung Himalaya. Ia tak sendiri, ada dua Odapus lain bernama Kemal dan Vina yang ikut serta. Kedua Odapus tersebut memiliki kondisi yang cukup memprihatinkan. Kemal memiliki masalah dengan paru-parunya, sedangkan organ limpa Vina telah diangkat. Keterbatasan tak menghalangi ketiganya untuk menaklukkan Himalaya.

Sebelum melakukan pendakian, ketiganya melakukan latihan fisik selama enam bulan. Kondisi kesehatan mereka pun dicek di laboratorium. Tak lupa, setiap orang membawa obat-obatan yang dibutuhkan.

Taklukkan Himalaya. (foto: Istimewa)

Pendakian ke Gunung Himalaya mereka berjalan sukses. Ketiganya bahkan mencatatkan diri sebagai Odapus pertama di dunia yang berhasil menaklukkan Himalaya.(Avi)

#Jejak Kartini
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul
Bagikan