The History of Java

The History of Sumatra, Inspirasi Raffles Menyusun Mahakarya Tentang Jawa

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Minggu, 05 November 2017
The History of Sumatra, Inspirasi Raffles Menyusun Mahakarya Tentang Jawa
The History of Sumatera. (history)

Dua hari selepas pasukan Inggris berhasil menguasai Meester Cornelis, karib sekaligus mentor orientalis Raffles, John Leyden meninggal akibat demam tinggi pada 28 Agustus 1811.

Raffles begitu berduka. Dia tak sekadar kehilangan sahabat karib, tapi lebih jauh, mentor berkait literatur Timur, terutama Jawa.

“Seandainya anda mengenalnya,” tulis Raffles kepada William Marsden, orientalis Inggris, surat tertanggal 5 Oktober 1811. “Anda tidak akan pernah berhenti menyesali kematiannya, literatur Timur dengan dorongan kuat telah hilang bersamanya”.

Sang Letnan Gubernur Jendral Jawa enggan menjadi petarung tunggal untuk mengarungi masa lalu Jawa. Dia berusaha mencari pengganti Leyden.

“Pengganti Leyden pertama dan paling jelas adalah William Marsden, ‘Dewa Keilmuan’ Inggris di Asia Tenggara,” tulis Tim Hannigan, Raffles dan Invasi Inggris ke Jawa.

Raffles bukan baru hitungan bulan mengenal Marsden. Jauh hari sebelum berduka, kala masih menjadi ‘pejabat rendah’ mengurusi berbagai admninistrasi di Penang, Raffles telah berkorespondensi dengan Marsden.

Dia sangat ingin mendapatkan publikasi sejarah, etnografi, dan pengamatan umum Marsden berkait Sumatra pada karya The History of Sumatra. “Saya berharap menjadi orang pertama penerima edisi baru anda tentang Sumatra,” tulis Raffles, dikutip Sophia Raffles, Memoir of The Life and Public Services of Sir Thomas Stamford Raffles, Particularly in The Government of Java 1811-1816, and of Bencoolen and Its Dependencies , 1817-1824.

Raffles sangat terpikat The History of Sumatra. Setelah membacanya, Raffles lantas berkorespondensi dengan Marsden, membahas secara luas literatur Melayu, kemudian isi surat membincang botani, bahkan setelah berbalas kirim, dia tak segan mengudar keluh personal, hingga berlanjut bertukar-pikiran mengenai pemerintahan, politik, struktur sosial, budaya dan sejarah Jawa.

Sang Letnan Gubernur Jawa lalu tertular ingin membuat karya serupa. Melalui surat tertanggal 18 September 1815, Raffles memberitahu Marsden akan seperti apa isi buku The History of Java.

Selain surat, Raffles acap menautkan hasil riset tentang bahasa, sastra, botani, benda antik dan purbakala, reruntuhan candi, dan sejarah Jawa kepada Marsden.

Bangga akan kemegahan koleksinya, Raffles pun menggoda Marsden, “Saya senang mengabarkan kepada anda, lantaran saya memiliki koleksi besar dan di beberapa poin terkoneksi dengan bidang studi favorit anda”.

Lambat laun, Marsden menjelma menjadi mentor akademis Raffles. Korespondensi mereka tak pernah putus meski karir Raffles di Jawa telah berakhir, lalu memutuskan pulang untuk menyusun karya epik tentang Jawa.

Raffles menumpuk hasil laporan administrasi dan militer selama invansi Jawa di atas meja kerjanya, Berner Street, London. Dia siap merampungkan kerja intelektualnya.

Tepat pada 29 Juli 1817, Raffles mempublikasi mahakarya The History of Java. Mahakarya tersebut sedikit banyak terpengaruh dari karya Marsden, The History of Sumatera. “Kerangka umum Raffles (The History of Java) dan langgam judul jelas telah disalin dari Marsden, The History of Sumatra,” tulis Anthony Forge, “Raffles and Daniell: Making The Image Fit”.

Satu keunggulan karya Raffles terletak pada ilustrasi. “Tapi soal ilustrasi Raffles lebih inovatif,” ungkap Forge.

Marsden tak memiliki ilustrasi pada publikasi The History of Sumatra, hingga terbitan ketiga tahun 1811. Ilustrasi pada terbitan itu pun berkisar tentang sejarah ilmu pengetahuan alam. Hewan dan tanaman.Meski ada pula dua ilustrasi senjata, lanskap, rumah dengan figur kecil manusia ditambah halaman muka bergambar pemuda anonim Sumatra.

Sementara Raffles, sambung Forge, memiliki sepuluh ilustrasi berwarna didominasi figur manusia dengan berbagai tingkatan sosial mengenakan kostum lengkap, dan halaman depan bergurat figur seorang pangeran, serta ilustrasi sejarah ilmu pengetahuan alam atau lanskap.

Jilid 3 edisi perdana The History of Java memiliki lebih 50 ilustrasi monokrom dan beberapa sketsa figur benda budaya buatan manusia.“Singkatnya, seluruh lempengan ilustrasi Raffles diarahkan untuk menampilkan figur Jawa dan produk peradaban Jawa”.

Tak heran bila pembaca, pengulas, serta kritikus membandingkan kedua publikasi tersebut lantaran gaya, kerangka, dan penyajian hampir serupa.

The Asiatic Journal, Agustus 1817, membuat resensi begitu luas publikasi Raffles sembari membandingkannya dengan karya Marsden, “ruang lingkup jauh lebih luas The History of Java,” tapi keunggulan tetap berada pada “penulis elegan The History of Sumatra”. (*)

#Thomas Stamford Raffles #The History Of Java #Sejarah Jawa
Bagikan
Bagikan