MerahPutih.com - Abdul Qodir, warga Mekar Jaya, Kota Bandung, harus semakin mengencangkan ikat pinggangnya pada masa kenaikan harga BBM ini. Padahal sebelumnya, ia mengalami susahnya mencari penghasilan saat pemberlakuan pematasan aktivitas akibat pandemi COVID-19.
Sehari-hari ia bekerja mencari rongsokan ke kompleks-kompleks perumahan. Kadang menjadi pekerja serabutan untuk membersihkan rumah, pendapatannya terus menurun.
"Biasanya suka dipanggil juga, disuruh bersih-bersih rumah di kompleks," tutur Qodir, Kamis (22/9).
Baca Juga:
Momen Prabowo Dampingi Jokowi Salurkan Bansos hingga Temui Nelayan
Sebelum pandemi COVID-19, ia biasa berjualan ikan mas keliling. Namun, sejak pandemi usahanya sangat terdampak.
"Kalau dulu dapat Rp 20.000 - Rp 25.000 sehari. Sekarang susah," ungkapnya.
Di tengah keterbatasannya, ia harus menghidupi istri dan dua orang anaknya yang masih duduk di bangku SD dan SMA.
"Bahan-bahan pada naik, anak juga sudah mau lulus. Katanya mau lanjut kuliah," akunya.
Abdul sedikit bisa bernapas lega karena bisa mengikuti program padat kerja. Meski bersifat sementara, program padat kerja ini diharapkan bisa menyambung hidup.
"Semoga kerja lewat program ini jadi salah satu rezekinya buat kuliah anak," harapnya.
Program padat karya untuk mengurangi dampak kenaikan harga BBM mulai digulirkan di Bandung. Program yang digarap Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Bandung ini mulai berjalan, Kamis, 22 September 2022.
Salah satu lokasi yang mulai berkegiatan yaitu Kecamatan Rancasari. Rencananya Padat Karya berlangsung dari 22 September - 2 Oktober 2022.
Sebanyak 40 orang turun secara serentak selama 10 hari ke depan. Mata pencarian mereka sebelumnya rata-rata pekerja lepas harian di orang lain atau pabrik.
Camat Rancasari, Hamdani menyampaikan, ada tiga kategori peserta yang dipilih untuk terlibat dalam program tersebut.
"Yakni terdaftar dalam DTKS, mereka yang diputus kerja atau dirumahkan, dan warga yang belum mendapatkan kesempatan bekerja," jelas Hamdani saat ditemui di kantornya.
Sasaran lokasi yang diprioritaskan adalah wilayah selatan Rancasari yang berbatasan langsung dengan kabupaten lain. Sebab di sana terdapat aliran sungai kecil yang ujungnya bermuara di kawasan Rancasari.
"Ada dua sungai besar yang melintasi dua kelurahan di wilayah ini, Sungai Cidurian dan Cipamokolan. Sehingga kami membagi menjadi dua kelompok besar sejumlah 22 orang dan 18 orang," paparnya.
Hamdani menjabarkan, kegiatan Padat Karya yang dilakukan selama 10 hari antara lain pengerukan, pembersihan sampah, dan penormalisasi sungai kecil atau drainase.
"Kami memprioritaskan drainase-drainase yang tersumbat dan bergulma. Kita keruk dan normalisasi saluran air. Saluran ini menjadi kewenangan pemeliharan camat dan lurah," jelasnya.
Ia mengatakan, pembayarannya akan dilakukan setelah semua pekerjaan selesai. Tiap warga mendapatkan Rp 1,3 juta. Selain Padat Karya dari Disnaker beberapa program bantuan dampak inflasi dan kenaikan BBM yang sudah dilakukan pihaknya.
Pertama, ada Bantuan Langsung Tunai (BLT) PKH sebanyak Rp 600.000 dan Rp 200.000 yang sudah disalurkan bulan ini. Lalu, program untuk mengefektifkan UMKM melalui Pasar Murah. Selain menjual bahan pokok yang harganya di bawah pasaran, masyarakat juga disediakan stan untuk berjualan produk UMKM. (Imanha/Jawa Barat)
Baca Juga:
Pemprov DKI Tengah Menggodok Formula Bansos Dampak dari Naiknya Harga BBM