Ternyata Kohesi Bukan Sebatas Komunikasi

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Kamis, 28 Juli 2022
Ternyata Kohesi Bukan Sebatas Komunikasi
Komunikasi tetap pentng namun jangan lupa faktor lain. (Foto: Unsplash-Etienne Boulanger)

SALAH paham bisa terjadi karena salah komunikasi. Miskomunikasi kerap terjadi di ranah digital. Pandemi bahkan memaksa banyak orang terkoneksi pada pelbagai platform digital, mulai dari webinar, media sosial, atau siaran langsung.

Baca juga:

Komunikasi Memperkuat Hubungan Ayah-Anak

Faktor miskomunikasi di ranah digital bisa macam-macam, terutama kendala jaringan, keliru konteks, atau tak utuh menangkap maksud dan tujuan lawan komunikasi. Maka, acap terjadi duel pendapat hingga sengit di media sosial. Duel pendapat pun terkadang merambat sampai dunia nyata.

Jika sebatas duel pendapat, sejatinya tak ada soal. Namun, ketika telah berubah jadi duel fisik itu sudah jadi tanda bahaya. Kerekatan antar-masyakarat memang harus terus ada dan dipupuk apalagi di masa pandemi sudah melandai lantas keinginan untuk saling berkomunikasi secara langsung kian meninggi.

Tingkatkan Kualitas Pribadi lewat Buku Erwin Parengkuan
Ilustrasi komunikasi. (Foto: Pixabay/geralt)

Semua pihak harus mengambil peran agar keharmonisan di tengah masyarakat terus terjadi. Begitu pun ILUNI UI. Menurut kandidat nomor urut 3 Pemila ILUNI UI, Didit Ratam, pentingnya komunikasi, heterogen, dan sinergi dalam mewujudkan peran ILUNI UI dalam kohesi kebangsaan.

“Kohesi berarti kerekatan. Namun, dalam perspektif lebih sederhana, kata kohesi bagi saya mempunyai tiga unsur dari tiga suku kata, untuk membangun, menguatkan, dan melestarikan kohesi kebangsaan,” katanya pada debat perdana Pemila ILUNI UI (28/7).

Ko pada Kohesi, menurutnya merupakan komunikasi sebagai kunci menemukan kesamaan arah tujuan, menemukan kesamaan pandangan, menemukan kesamaan langkah kedepan.

Lalu, He berarti heterogen atau Indonesia sebagai bangsa heterogen mempunyai empat pilar untuk mempersatukan bangsa, seperti Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 45.

Baca juga:

Teknologi Digital Mengubah Ekosistem Komunikasi Publik

iluni ui
Didit Ratam saat memaparkan visi dan misinya di Pemila ILUNI UI. (Foto: Didit Ratam)

"Ini adalah upaya para founding fathers untuk merajut persatuan. Perbedaan, yes. Namun membeda-bedakan, no. Yang ketiga, Si yaitu sinergi. Kita memerlukan kohesi karena kita perlu bersinergi untuk membawa manfaat untuk bangsa Indonesia. Kolaboratif, inklusif.” lanjut Didit.

ILUNI UI sebagai sarana bersua, berkarya, dan berdampak nyata, merupakan visi dibawa Didit dalam kontestasi PEMILA Ketua Umum ILUNI UI ini. Didit percaya melalui program kerja unggulananya, ILUNI UI dapat secara nyata membawa manfaat lebih melalui program kerja unggulan untuk tiga stakeholders, antara lain alumni, almamater UI, dan Indonesia tercinta.

“Kontestasi PEMILA ILUNI UI ini sesungguhnya salah satu wadah silaturahmi segenap alumni UI, dengan mengedepankan keguyuban, kebersamaan dan kekeluargaan sebagai sebuah keluarga besar. Para kandidat pun sekadar alumni yang mempunyai niat baik untuk berkomitmen untuk memberi dedikasi bagi rumahnya sendiri, Universitas Indonesia. Semoga keguyuban dan kesatuan ini dapat terus kita bangun bersama,” pungkasnya. (*)

Baca juga:

Bukan Introvert Atau Ekstrovert, Ini Uniknya Karakter Ambivert

#Gaya Komunikasi
Bagikan
Bagikan