Ternyata, Ada Penjelasan Ilmiah di Balik Kepercayaan pada Teori Konspirasi

Dwi AstariniDwi Astarini - Rabu, 06 Mei 2020
Ternyata, Ada Penjelasan Ilmiah di Balik Kepercayaan pada Teori Konspirasi
Ada penjelasan di balik kepercayaan akan teori konspirasi.(foto: pixabay/comfreak)

SEJAK pandemi virus corona merebak, tak sedikit yang memercayai bahwa wabah ini muncul karena adanya konspirasi. Di internet pun banyak dibagikan teori konspirasi di balik pandemi ini. Semakin gencar teori itu disuarakan, makin banyak pula yang percaya. Terlebih jika yang menyuarakan teori konspirasi itu ialah seorang figur publik.

Dilansir Hellosehat, ada banyak alasan yang membuat seseorang atau kelompok mudah memercayai teori konspirasi. Penelitian dalam jurnal Current Directions in Psychological Science memberikan beberapa alasan di balik kepercayaan tersebut. Namun, pada dasarnya, ada tiga motif berikut yang mendasari kepercayaan pada teori konspirasi.

BACA JUGA: 4 Fakta Parasit Toxoplasma Gondii dapat Mengontrol Pikiran


1. Keinginan untuk paham dan mengetahui secara pasti

woman
Jawaban cepat bisa menyesatkan. (foto: pixabay/nicolagiordano)


Secara alamiah, manusia ingin memahami penjelasan di balik suatu hal atau peristiwa. Selama bertahun-tahun, keingintahuan itulah yang membawa manusia pada penemuan-penemuan baru dan adaptasi.

Namun sayang, orang cenderung mencari jawaban yang cepat, bukan jawaban dari penelitian ilmiah yang sulit dicerna dan bisa berubah bila ada penelitian baru. Jawaban cepat itu bisa memberikan rasa nyaman dan kesan menyeluruh sehingga membuat tenang. Namun, belum tentu jawaban itu benar dan faktual.

Contohnya nih, kamu mungkin merasa tidak nyaman saat tidak tahu apa pun tentang COVID-19. Berita yang simpang-siur membuatmu kian bingung dan waswas. Pada saat galau itu, teori konspirasi bisa muncul sebagai penghilang rasa tidak nyaman tersebut.

Awalnya kamu akan mencari informasi dari internet, buku, atau siaran yang mendukung teori tersebut. Lambat laun, teori itu malah membekas dalam pikiran. Meskipun tidak benar, setidaknya kamu kini mengetahui sesuatu yang lebih pasti.

Padahal nih, sesuatu yang pasti tersebut mungkin saja menyesatkan kamu. Apalagi jika tidak dibarengi informasi dari sumber yang tepercaya.

2. Keinginan untuk memegang kendali dan merasa aman

hoaax
Hoaks bisa menyesatkan. (foto: pixabay/geralt)


Selain senang bertanya, manusia juga senang memegang kendali atas hidupnya. Hal itu untuk merasa aman, stabil, dan tenang menjalani kehidupan sehari-hari. Pada kasus ini, kendali yang kamu cari berbentuk informasi.

Dalam proses mencari, kamu bisa saja menemukan teori konspirasi yang membuat kamu merasa nyaman dan bisa memegang kendali. Biasanya hal itu kentara ketika teori konspirasi tersebut berkaitan dengan hal-hal yang mengancam kesejahteraan diri.

Contohnya, saat kamu ingin tahu lebih banyak tentang pemanasan global. Kamu menemukan hal itu disebabkan kegiatan manusia. Itu berarti kamu harus mengubah gaya hidup untuk mencegahnya semakin parah. Bagi beberapa orang, perubahan itu mungkin terasa sulit, tidak nyaman, dan merepotkan.

Nah, agar tak repot mengubah gaya hidup, orang malah memilih untuk mencari pembenaran bahwa pemanasan global merupakan hoaks yang dikarang para elite politik penguasa dunia. Keyakinan itu memberikan rasa aman dan kendali atas hidup.


3. Ingin terlihat positif

man
Ingin punya citra positif dengan memberi informasi baru. (foto: pixabay/vitabello)

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang merasa terpinggirkan atau tidak dianggap cenderung percaya pada teori konspirasi. Hal itu disebabkan karena mereka ingin memiliki peran dalam masyarakat dan ingin terlihat positif bagi orang lain.

Citra positif seseorang biasanya berasal dari perannya, entah dalam bentuk pekerjaan atau hubungan sosial. Ketika merasa memberikan sesuatu, termasuk informasi, kepada orang lain, kamu merasa lebih bahagia dan berguna.

Sebaliknya, kamu tidak merasakan hal itu bila opinimu tidak pernah didengar. Ketika menemukan teori konspirasi, kamu merasa memiliki pengetahuan baru. Selanjutnya, kamu menggali lebih dalam tentang teori konspirasi yang kamu temukan.

Sayangnya, sering kali hal itu tidak diimbangi fakta-fakta dari sumber ilmiah karena kamu sudah telanjur percaya pada teori konspirasi tersebut.

Pada dasarnya, orang-orang meyakini teori konspirasi karena mereka ingin memahami dunia, merasa aman dan punya kendali, serta memiliki citra diri yang baik. Mereka ingin mencari kebenaran, seperti halnya ilmuwan dengan pertanyaan-pertanyaan mereka.

Bedanya, penganut teori konspirasi hanya melihat suatu hal atau kejadian dari sisi yang ia yakini. Padahal, ilmu pengetahuan terus berkembang. Guna mencari kebenaran yang sesungguhnya, manusia tentu harus terus belajar hal baru dari waktu ke waktu.(*)

BACA JUGA: Bioskop Drive-in, The New Normal Nonton Film ala Jerman

Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.
Bagikan