KURA-KURA sekarang termasuk kelompok hewan vertebrata paling terancam keberadaannya di Bumi. Dari tujuh spesies penyu di dunia, enam di antaranya terancam punah. Ilmuwan terus berusaha mencari cara-cara kreatif untuk melindungi spesies tersebut.
Baca juga: Cara Unik agar Kamu Semangat Hadapi Hari Senin, Penting Banget Buat Ditiru
Melansir laman VICE, Kim Williams-Guillen, salah satu penulis cum peneliti merancang desain telur palus pada kontes Tantangan Teknologi Kejahatan Margasatwa gelaran USAID tahun 2015. Terinspirasi episode serial TV terkenal Breaking Bad mengulas kisah petugas Drug Enforcement Administration menempatkan pelacak GPS pada tong bahan kimia digunakan untuk membuat metamfetamin, Williams-Guillen menggabungkan konsep tersebut dengan konsep salah satu episode acara The Wire, selaik sebuah bola tenis berisi alat pendengar, digunakan untuk mengawasi karakter yang mengedarkan narkoba.

Telur-telur palsu ini telah membantu para ilmuwan mengidentifikasi rute perdagangan ilegal di Kosta Rika, tempat empat spesies penyu bersarang setiap tahun. Kenapa Kosta Rika? Mengutip The Guardian, Williams-Guillen menggambarkan perburuan sarang penyu di Kosta Rika tidak terkendali, tidak diatur, ekstensif, dan diperebutkan. Situasinya sangat buruk bahkan pantai paling dilindungi pun dijarah dan turis bisa melihat pemburu liar menggali sarang hanya beberapa meter dari tempat mereka saat sedang menyaksikan penyu bertelur di malam hari.
"Bahkan dengan penjaga bersenjata, jumlah pemburu membanjiri personel militer dengan 10 atau 20 banding satu. Meskipun banyak pemburu merupakan penduduk lokal dengan sumber daya terbatas, selama ini bermunculan gerombolan pemburu dari kota-kota besar di luar komunitas lokal yang berkecukupan," kata Williams-Guillen kepada The Guardian. Jadi, tujuan pelacakan perdagangan telur ilegal ini bukanlah untuk mengidentifikasi pemburu. Sebaliknya, mereka mencoba memetakan jaringan perdagangan bawah tanah untuk menghentikan perdagangan dari atas ke bawah.

Peneliti menempatkan satu telur palsu ke dalam 101 sarang penyu. Salah satu telur menempuh jarak hanya 1 km dari penempatan awalnya, berakhir di bar lokal untuk disajikan sebagai makanan lezat dan afrodisiak, sementara yang lain dipindahkan lebih dari 100 km dari pantai ke pedalaman Kosta Rika. Helen Pheasey mengatakan kepada BBC, studi ini menunjukkansangat mungkin untuk melacak telur diambil secara ilegal dari pantai ke konsumen terakhir seperti ditunjukkan jalur terpanjang distribusi ilegal mengidentifikasi seluruh rantai perdagangan mencakup 137 kilometer.

"Mengetahui banyak telur tersisa berada di wilayah setempat, membantu kami menargetkan upaya konservasi kami. Sekarang kami dapat fokus pada peningkatan kesadaran di komunitas lokal dan penegakan hukum langsung ke masalah lokal ini," kata Pheasey, kepada BBC. Namun, tidak semua telur palsu itu berhasil. BBC melaporkan enam dari telur palsu ditemukan di pantai, menunjukkan telur tersebut telah digemari dan dibuang. Tercatat 32% telur tidak berhasil diambil karena air menembus segel pada telur dan merusak perangkat GPS.
Baca juga: Larangan Pakai Baju Hijau di Pantai Selatan, Benarkah karena Ratu Pantai Selatan?
Dari telur diambil, beberapa di antaranya dibawa ke daerah sinyal GPS tidak dapat dilacak. Namun, para peneliti mengatakan cara itu meningkat seiring berkembangnya teknologi di pantai Karibia. Penemu Kim Williams-Guillén berharap teknologi InvestEGGator dapat digunakan untuk membantu melindungi lebih banyak populasi penyu di masa depan, serta berpotensi diadaptasi untuk memantau pencurian telur dari hewan lain seperti sarang buaya dan burung beo, serta perdagangan sirip hiu ilegal. (lev)
Baca juga: Pantai Sukamade, Surga Bagi Para Penyu