PDIP Harus Waspada dengan Kutukan 'Kekuasaan'

Andika PratamaAndika Pratama - Kamis, 05 Januari 2023
PDIP Harus Waspada dengan Kutukan 'Kekuasaan'
PDIP gelar FGD dengan sejumlah tokoh pemuka pendapat di kantor pusat partai di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Kamis (5/1). Foto: Humas PDIP

MerahPutih.com - Jelang perayaan HUT ke-50 pada 10 Januari 2024, DPP PDI Perjuangan (PDIP) menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan sejumlah tokoh pemuka pendapat (opinion leader) yang digelar di markas partai di Jalan Diponegoro, Jakarta, Kamis (5/1).

Jajaran DPP PDIP dipimpin oleh Sekretaris Jenderal Hasto Kristiyanto. Hadir sejumlah Ketua DPP PDIP seperti Ahmad Basarah, Tri Rismaharini, Djarot Saiful Hidayat, Yasona Laoly, Rudianto Tjen, Sukur Nababan, dan Mindo Sianipar.

Baca Juga

Kepemimpinan Megawati Jadi Kunci Kemenangan PDIP

Turut hadir Ketua Dewan Pakar Balitpus PDIP Sonny Keraf, Anggota DPR PDIP Andreas Pareira dan Deddy Yevri Sitorus. Lalu Sekjen dan Ketua DPP Taruna Merah Putih (TMP) Restu Hapsari serta Hanjaya Setiawan.

Sementara opinion leader yang hadir adalah Fachry Ali, Ubeidilah Badrun, Airlangga Pribadi Kusman, Philip J Vermonte, Yudi Latif, Adi Prayitno, Arya Fernandez, dan Pangi Syarwi Chaniago.

Hasto menjelaskan pertemuan dengan opinion leader itu dilakukan dalam rangka perayaan HUT ke-50 PDIP pada 10 Januari mendatang.

“Usia ke-50 tahun ini PDI Perjuangan melakukan kritik dan otokritik, mendengarkan masukan para pakar, agar bisa lebih mantap di dalam melakukan pelembagaan Partai, memperkuat komitmen pada wong cilik dan juga tanggung jawab bagi masa depan. Itulah motivasi utama pertemuan ini,” ujar Hasto.

Dengan hadirnya para opinion leaders, PDIP ingin mendapat saran dan masukan bagi kiprah partai ke depan, khususnya menyongsong Pemilu 2024 dan Indonesia Emas 2045.

Di dalam pertemuan itu, Fachry Ali mengatakan modal paling besar bagi PDIP adalah modal budaya yang berkembang di tengah masyarakat, yakni simpati di hati sanubari masyarakat terhadap partai berlambang kepala banteng itu. Rasa cinta itu sudah terbangun sejak era Sukarno dan kemudian di era Megawati Soekarnoputri yang direpresi di masa Orde Baru.

“Hal ini penting untuk dikemukakan karena pada pemilu 2004 saat PDIP kalah, modal cultural itu disia-siakan,” kata Fachry Ali.

Baca Juga

DPC PDIP Solo Berangkatkan 500 Satgas ke Jakarta

Baginya PDIP harus waspada dengan kutukan “kekuasaan” dalam artian siapapun yang berkuasa, ia harus menjaga rasa cinta rakyat karena itulah modal terkuat partai politik.

Selain itu, Fachry juga menyatakan bahwa PDIP adalah partai politik yang bisa disebut sebagai pahlawan demokrasi.

“Yakni ketika Mbak Mega menolak gagasan pemunduran pemilu dan menolak gagasan tiga periode presidensi,” imbuh Fachry Ali.

Dan jelang umur 50 tahun, PDIP terlihat selalu bergerak secara konstitusional dan minus manuver politik. Karenanya dia menyarankan PDIP agar lebih sering melakukan manuver politik.

“Terkesan PDIP selalu defensif, yang sebenarnya dalam konteks berpolitik, itu kurang positif. Dalam konteks visi misi presiden nanti, sikap defensif PDIP ini menurut saya harus dihilangkan dulu,” kata Fachry Ali.

Connie Rahakundini Bakrie mengatakan sebagai parpol terbesar di Indonesia, PDIP memiliki peran strategis dalam menentukan arah masa depan bangsa Indonesia. PDIP dinilainya akan menjadi salah satu faktor penting yang, misalnya, bisa merubah paradigma pertahanan dan diplomasi politik luar negeri Indonesia dari yang saat ini defensif menjadi lebih ofensif.

“Saya percaya PDIP mampu mewujudkan organisasi politik yang solid, punya bilai, dan teguh memegang ideologinya untuk membawa Indonesia maju sebagai negara yang kuat,” kata Connie.

Yudi Latif mengatakan ada sejumlah tantangan global yang urgen untuk dihadapi. Yakni tantangan menghadapi diverse democracy, seluruh masyarakat demokrasi dunia tergagap meresponsnya.

Tantangan kedua adalah menghadapi stagnasi dan krisis ekonomi di dalam situasi kesenjangan ekonomi yang lebar. Situasi saat ini butuh empati dan solidaritas tinggi, namun nyatanya yang berkembang adalah saling benci dan menyangkal.

Tantangan ketiga adalah bagaimana mengembangkan kemajuan peradaban dalam konteks global order yang juga ramah terhadap perubahan ekosistem lingkungan global. Jadi, kata Yudi Latif, bagaimana dunia maju teknologi tapi juga harmoni dengan lingkungan.

Yudi menegaskan, sebenarnya semua tantangan global itu sudah direspons oleh Pancasila. Sayangnya, orang Indonesia kerap tak sadari soal Pancasila dan justru berkiblat kepada demokrasi model AS, misalnya.

“PDIP adalah jangkar atau pasak bumi bagaimana mengembangkan demokrasi dalam masyarakat multikultur," ujarnya.

Cara Indonesia menyelesaikan masalah keragaman, misalnya. Sehingga, kata Yudi Latif, masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim bersedia memberikan hak yang sama kepada minoritas.

“Saya melihat modal dasar itu belakangan tergerus karena munculnya politik identitas akibat pengaruh global. Bagaimana ke depan kita kendalikan tendensi eksplosif politik identitas dan PDIP ada terdepan menyangkut masalah itu,” kata Yudi Latif. (Pon)

Baca Juga

Ketua DPP Temui Heru Budi Bahas HUT PDIP 10 Januari Mendatang

#PDIP #Hasto Kristiyanto
Bagikan
Ditulis Oleh

Ponco Sulaksono

Bagikan