Teknologi

Teknologi IVF Membantu Pasangan yang Ingin Punya Anak

P Suryo RP Suryo R - Sabtu, 25 Agustus 2018
Teknologi IVF Membantu Pasangan yang Ingin Punya Anak
Program bayi tabung membantu pasangan mendapatkan anak. (Foto: Pixabay/smpratt90)

BELAKANGAN ini IVF (In Vitro Fertilisation) cukup digandrungi pasangan-pasangan yang sulit memiliki keturunan. IVF adalah pengobatan teknologi reproduksi berbantu yang membutuhkan ilmu reproduksi modern. Sejumlah selebriti tanah air pun memilih program bayi tabung untuk mendapatkan anak. Misalnya, Surya Saputra dan Chynthia Lamusu, Tya Ariestya, dan lain-lain.

Dengan teknologi tercanggih, sel telur,sperma dan embrio yang diambil tetap bisa disimpan dalam tabung khusus. Tingkat keberhasilan program bayi tabung dengan teknologi IVF pun jauh lebih tinggi.Dalam program IVF ada sejumlah tahapan yang dikenal dengan istilah Bioteknologi Embrio dan harus dilewati pasangan suami istri. Berikut tahapan IVF:

1. Men's Room


Pada tahapan ini, pria masuk ke sebuah ruangan khusus yang diberi nama Men's Room. Masing-masing ruangan hanya ditempati satu pria. Ruangan tersebut didesain senyaman mungkin sehingga pria bisa lebih rileks. Di dalam ruangan tersebut, para pria diminta untuk menstimulasi diri sendiri sehingga ejakulasi. "Pada saat ejakulasi, cairan yang keluar terdiri dari plasma seminal (cairan sperma) dan sperma. Sementara yang akan digunakan untuk proses pembuahan adalah sperma. Untuk itu sperma akan dibersihkan untuk memisahkan dari plasma seminal," urai embriologis, Prof. Arief Boediono, PhD saat ditemui di salah satu restoran di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Jumat, (24/8). Idealnya jumlah sperma sebanyak 15 juta mili.

bayi
Teknologi saat ini membuat pasangan lebih mampu mendapatkan anak. (Foto: Pexels/Daria Shevtsova)

2. PESA


Apabila dari ejakulasi tidak mendapatkan sperma langkah yang dilakukan adalah Percutaneous Epidymal Sperm Aspiration (PESA). Sebuah studi yang dilakukan oleh GI Meniru dan kawan-kawan, dari 181 siklus perawatan ICSI yang dilakukan setelah PESA memiliki tingkat keberhasilan sebanyak 83%. Hal tersebut membuktikan bahwa metode pengambilan sperma dengan PESA lebih efektif daripada cara lain. Sementara TESA adalah melakukan ekstraksi pada sperma pria karena yang dibutuhkan hanya satu sperma.

3. ICSI


Intracytoplasmic Sperm Injection (ICSI) adalah proses menangkap sperma untuk selanjutnya ditusukkan ke dalam sel telur.

4. Intracytoplasmic Morphologically-Selected Sperm Injection (IMSI)


Setelah sperma diambil, kita bisa memilih sperma yang baik untuk ditanamkan ke rahim. Teknologi yang digunakan yakni pre implantation genetic screening. Pada proses ini, para embriologis akan memilih sperma dengan kualitas terbaik. "Pilihlah sperma yang terlihat paling gesit, kokoh, dan memiliki permukaan bagus. Jangan pilih sperma yang bolong-bolong karena sulit menempel di dinding rahim," tutur Profesor Arief. Pada tahapan ini kita bisa mengetahui kromosom dari masing-masing sperma. Keuntungannya adalah kita memiliki bayi yang sehat. Kita bahkan bisa mengetahui jenis kelamin yang ada di embrio-embrio tersebut. Kendati demikian, para embriologis Indonesia sepakat untuk tidak memperkenankan pasien untuk memilih jenis kelamin anak.

bayi
Sel telur dan sperma diambil dan kemudian disimpan. (Foto: Pexels/Pixabay)

5. Pengambilan Sel Telur


Selanjutnya, sel telur diambil dan disimpan dalam tabung khusus. Pengambilan sel telur dikenal dengan istilah Ovum Pick Up (OPU). Selain itu, kondisi sel telur harus dicek terlebih dahulu dan assisted hatching. Proses ini adalah membuka cangkang sel telur agar sperma dapat menempel di dalam rahim. "Untuk membuka cangkang telur tersebut menggunakan laser khusus," jelas Profesor Arief.

6. Timelapse incubator


Timelapse incubator adalah proses mengecek perkembangan embrio di dalam inkubator. Microskop dimasukkan ke dalam inkubator tanpa harus membuka inkubator. Pengecekan bisa dilakukan dengan smartphone yang telah dihubungkan dengan timelapse incubator.

Laboratorium embryology dirancang secara khusus. Ruangan tersebut dibuat redup karena mengasumsikan sel telur ada di dalam rahim. Dalam melakukan inseminasi, dokter tak boleh sendiri. Harus ada pihak lain yang berugas sebagai saksi. "Tugasnya untuk mengetahui kecocokan suami istri," ucapnya.

Selanjutnya, sperma dan embrio yang diambil bisa dibekukan dan di inseminasi kembali kapanpun sesuai kehendak pasangan. (avia)

#Bayi
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul
Bagikan