Teknologi Ini Sulap Limbah Jadi Air Bersih

Alwan Ridha RamdaniAlwan Ridha Ramdani - Kamis, 05 Agustus 2021
Teknologi Ini Sulap Limbah Jadi Air Bersih
Teknologi penyaringan air. (Foto: NEWRI)

MerahPutih.com - Water Research Institute (NEWRI), sebuah lembaga penelitian luar negeri, menjalin kerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk membangun teknologi bioreaktor di Indonesia.

Bioreaktor merupakan teknologi yang mampu mengubah air limbah dengan konsentrasi COD tinggi menjadi biogas.

Direktur Eksekutif Nanyang Environment &amp NEWRI Shane A. Snyder memaparkan berbagai teknologi yang digunakan pihaknya dalam menyaring dan menciptakan air bersih. Salah satunya menggunakan embrio zebrafish untuk memonitoring kualitas air, dan mendeteksi apakah ada racun dalam air.

Baca Juga:

Air Bersih Sangat Penting, Jaga Agar Tidak Tercemar

NEWRI telah menggunakan embrio tersebut pada sungai di Nepal tepat sebelum pandemi Covid-19 terjadi dalam upaya membantu India dalam membangun sistem pengelolaan air bersih.

NEWRI juga telah membangun dan mengomersilkan teknologi membran biomimetik pertama di dunia, yaitu suatu membran yang meniru cara kerja akuaporin. Membran tersebut membendung arus masuk garam ke dalam membran dan mendaur ulang air dengan mengonsumsi sedikit energi.

"Tak ayal, pengembangan teknologi membran ini akan mengarah pada penemuan nanofiltrasi—suatu membran yang bisa menghilangkan seluruh zat kotor dalam air, terkecuali sodium klorida pada level atomik,” ucap Shane.

Teknologi tersebut dipercaya mampu menghemat biaya saat melakukan desalinasi air laut. Di sisi lain, NEWRI juga telah mengembangkan teknologi membran inorganik untuk pengembangan teknologi pengelolaan air secara keseluruhan. Teknologi ini akan sangat berguna bagi komunitas terdampak air limbah.

Shane kemudian menceritakan bahwa teknologi sensor dan pemodelannya turut digunakan dalam memantau kualitas air laut. Di Indonesia sendiri, NEWRI memasang teknologinya di Jakarta dalam rangka mengidentifikasi kemurnian air imbas dari gempa bumi.

Dalam paparannya selama nyaris dua jam, Shane menekankan, betapa bermanfaatnya teknologi pengelolaan air pada komunitas terdampak. Mereka yang semula tidak mampu menikmati air bersih, kini bisa merasakan manfaatnya secara penuh.

Air bercampur limbah. (Foto: PAM Jaya)
Air bercampur limbah. (Foto: PAM Jaya)

Seperti peribahasa ada kesempatan dalam kesempitan, Shane berujar di tengah masalah tersebut tinggal bagaimana tantangan-tantangan pada pengelolaan air ini dijadikan kesempatan emas dalam menciptakan air bersih.

Ia menegaskan, keberadaan air bersih beserta pemanfaatannya menentukan kemajuan suatu komunitas. Ada pun ketersediaan air dipengaruhi oleh perubahan iklim.

"Dengan demikian, apakah kita bisa membangun sistem dan teknologi pemanfaatan air yang fluktuatif terhadap perubahan iklim ini sehingga bisa menolong komunitas yang terkena dampak perubahan iklim?" ujar Shane. (Imanha/Jawa Barat)

Baca Juga:

Pentingnya Fasilitas Air Bersih Di Tengah Pandemi Corona

#Limbah #Inovasi #LIPI
Bagikan
Bagikan