SAAT ini tas-tas branded bukan lagi sekadar gengsi. Bagi sebagian orang tas mewah adalah barang investasi masa depan. Hal ini terlihat dari riset yang dilakukan Art Market Research (AMR), firma riset yang menganalisis pasar seni, barang antik, dan barang mewah yang dikoleksi.
Dilansir dari Antara, Selasa (16/3) selama dua tahun berturut-turut, tas mewah milik rumah mode Hermes menduduki puncak indeks, dengan harga naik 17 persen pada 2020. Sementara di tahun sebelumnya tas Hermes naik 13 persen.
Baca juga:
Sotheby Lelang Sneakers Kali Pertama Ditandatangani Michael Jordan
Peningkatan harga tas mewah ini tak lepas dari hadirnya lelang secara darling untuk kalangan atas yang ingin mendapatkan barang branded, terutama di wilayah Asia yang ditemukan banyak kolektor tas mewah.
View this post on Instagram
Peringkat ini juga tercatat oleh Indeks Investasi Barang Mewah Knight Frank (KFLII). Pada data ini juga disebutkan jika anggur berkualitas menempati posisi kedua di KFLII, dengan harga naik 13 persen. Sementara mobil klasik berada di urutan selanjutnya dengan kenaikan sebesar 6 persen.
Baca juga:
"Pasar barang barang mewah, yang sebagian besar profilnya bergantung pada pasar lelang, jelas sangat terpengaruh oleh pandemi COVID-19. Tapi beberapa sektor seperti tas justru menghadapi badai pandemi dengan lebih baik daripada aset seperti barang seni, di mana tidak ada lukisan yang terjual lebih dari 100 juta dolar untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun," kata Andrew Shirley, editor The Wealth Report di Knight Frank seperti dikutip dari Chanel News Asia.
View this post on Instagram
Selain tas Hermes, merek lain yang juga menjadi incaran kolektor ialah Chanel dan Louis Vuitton. Merek-merek di luar Hermes biasanya lebih populer bagi kolektor pemula kata laporan itu.
Sementara itu, indeks dari AMR menunjukan Chanel flap bag mengalami peningkatan nilai rata-rata 132 persen selama 10 tahun terakhir. Angka ini lebih tinggi dari indeks Hermes Birkin dan Kelly dalam periode yang sama. (Yni)
Baca juga: