WALAU Jepang merupakan negara yang maju dari sisi SDM, teknologi, serta pendidikan dan tak perlu diragukan lagi. Tapi ada satu masalah yang hingga kini masih menjadi momok untuk dunia pendidikannya. Momok yang dimaksud di sini adalah kultur di sekolahnya.
Dari perundungan atau ijime, standar di sekolahnya yang tinggi, hingga munculnya gangguan kecemasan yang dipicu oleh metode pengajaran guru di kelas yang terkesan harus memberikan hasil yang tinggi bagi para muridnya.
Baca Juga:
God of War dan Elden Ring Borong Penghargaan di 26th Annual DICE Awards

Kondisi inilah yang memicu banyaknya pelajar yang mengambil langkah putus sekolah alias drop out (DO). Menariknya, bagi mereka yang memutuskan DO terdapat secercah harapan untuk melanjutkan sekolah tapi bukan di institusi pendidikan konvensional.
Mereka yang menolak untuk sekolah atau school refusal di Jepang dikenal dengan istilah futoko dengan tak sedikit yang mengklaim hal ini sebagai fenomena yang timbul akibat kondisi dari sekolah itu sendiri sehingga menimbulkan efek layaknya fobia.
Sebagaimana dilansir dari BBC (23/12) di tahun 2018 tercatat ada 164.528 anak dari kalangan siswa SD-SMP yang absen tidak masuk ke sekolah selama 30 hari atau lebih. Kondisi ini biasanya kalau tak hati-hati berujung menjadi futoko yang putus sekolah. Salah satu contohnya adalah Wataru Yoshida.
Awalnya Yoshida bersekolah seperti biasa tapi ketika hantaman pandemi awal yang memicu Pemerintah Jepang memutuskan menutup sekolah hingga situasi terkendali, mendorongnya untuk belajar di rumah.
Namun ketika pertengahan tahun 2020, Jepang mulai kembali menerapkan kelas tatap muka. Yoshida mengatakan kepada ibunya bahwa ia tak mau lagi bersekolah karena merasa tak mendapat apa-apa. Sejak itulah ia putus sekolah.
Namun sebagaimana dilansir dari The New York Times (25/2), setelah lebih dari setahun ia DO, Yoshida akhirnya mau kembali ke sekolah. Namun, ia tak datang ke sekolah konvensional dan memilih mengenyam pendidikan di institusi yang memiliki kurikulum sejalan dengan hobinya, yaitu gaming.
Baca Juga:

Sekolah untuk gamer
Sekolah yang dimaksud adalah eSports High School alias SMA perdana di Negeri Sakura yang memang didirikan dalam rangka mengasah kemampuan para calon atlet eSports demi mengejar target sebagai gamer profesional.
Laki-laki berusia 16 tahun itu pun ikut mengeyam bangku pendidikan di sekolah gaming itu dengan puluhan siswa lainnya.
Seperti yang disinggung di atas, ketika dibuka di tahun 2022, sekolah ini awalnya memang dibuka untuk menghadirkan para atlet eSports yang siap bertanding di panggung turnamen global.
Di mana kurikulumnya menggabungkan pelajaran seperti SMA di Jepang pada umumnya dan dilanjutkan dengan pelatihan gaming selama berjam-jam. Dari sinilah pengamat pendidikan di Negeri Sakura memandang eSports High School dapat menjadi salah satu solusi menangani fenomen futoku.
Salah satu siswa DO lainnya yang sejalan dengan Yoshida adalah Torahita Tsutsumi yang menjadi futoku karena mengalami perundungan parah hingga dibayangi depresi dan memutuskan untuk putus sekolah.
Ia sempat tak mau bergaul sama sekali dan memilih menutup diri dengan bermain gim dan membaca manga setiap hari. Dia juga mengatakan pada ibunya bahwa hidupnya sudah tak berarti lagi.
Melihat kondisi ini, ibunya sempat ketakutan menyuruh anaknya kembali ke sekolah tapi ini berubah ketika Torahito melihat iklan sekolah eSports.
Perubahan positif juga terlihat di laki-laki berusia 17 tahun itu yang katanya setiap hari mau berangkat sekolah dan lebih optimis. Walau ia tak punya banyak teman seperti harapannya tapi setidaknya ia tidak menjadi futoku lagi.
Metode kurikulum yang menggabungkan antara sesi gaming intensif dan pelajaran reguler ini diharapkan memang dapat mendorong mereka yang putus sekolah mau kembali belajar.
Walau realitanya tidak semua siswa tetap mau duduk di kelas untuk setiap mata pelajarannya. Bagi pengajar di eSports High School ini tak masalah. Karena bagi para guru, aspek yang terpenting adalah mereka mau datang ke sekolah dan tak hanya berdiam di rumah saja seperti futoku pada umumnya. (aru)
Baca Juga: