Tantrum Juga Bisa Terjadi Pada Orang Dewasa
KETIKA mendengar kata tantrum, mungkin yang kita langsung mengingat anak kecil yang merengek di lantai sembari berteriak karena tidak dibelikan mainan. Anak-anak sering mengamuk karena mereka belum belajar mengendalikan emosi mereka, atau tidak tahu cara menyuarakan kebutuhan mereka. Tapi bagaimana jika perilaku ini terjadi pada teman, pasangan, atau rekan kerjamu yang sudah dewasa?
Baca juga:
Krisis dan serangan kemarahan pada orang dewasa dapat menyerupai tantrum, namun biasanya cenderung terjadi ketika seseorang tidak dapat lagi mengatasi ketegangan, atau emosi yang menyakitkan.
Bukan karena mereka menginginkan atau membutuhkan sesuatu. Ledakan marah pada orang dewasa dapat terjadi karena sejumlah alasan.
Sebenarnya sangat normal bagi orang dewasa untuk merasa marah dan sedih ketika harapan mereka tidak sesuai kenyataan. Namun, tanpa keterampilan regulasi emosional yang baik, beberapa orang akan mengalami kesulitan untuk mengelola emosi tersebut dengan cara yang tepat.Hasilnya, mereka akan mengalami depresi.
Kemarahan terkait depresi juga mungkin membuat seseorang merasakan kemarahan ekstrem dalam menanggapi masalah kecil, menjadi marah dan "meledak" ketika ada yang salah dan kesulitan mengelola emosi mereka.
Gangguan spektrum autisme juga dapat melibatkan krisis yang tampak seperti tantrum. Mereka mungkin akan menangis, berteriak, melempar atau mengamuk.
Tidak seperti amarah, autisme tidak terjadi karena seseorang mencoba mendapatkan apa yang mereka inginkan. Hal ini terjadi sebagai respons terhadap kewalahan ekstrem yang disebabkan oleh stres, kelebihan sensorik, perubahan dalam rutinitas atau kehilangan kendali atas situasi yang sudah tidak dapat diatasi.
Baca juga:
Untuk mengatasi tantrum pada orang dewasa, kamu tidak dapat merencanakan setiap keadaan yang akan memicu krisis atau serangan kemarahan. Namun, mengetahui jenis situasi apa yang cenderung membuat kamu marah atau kesal dapat membantu menghasilkan strategi untuk mencegah ledakan emosi.
Setelah mengidentifikasi pemicu potensial, kamu dapat mengembangkan strategi untuk menanganinya. Siapkan daftar kegiatan menenangkan, seperti meditasi atau musik. Cari juga cara lain agar kamu dapat mengekspresikan kemarahan kamu, seperti menggambar, menulis di jurnal,atau bermain musik.
Berlatih teknik relaksasi juga dapat membantu mengelola emosi. Strategi relaksasi yang bermanfaat untuk kemarahan meliputi relaksasi otot, pernapasan dalam, dan meditasi.
Ketika kamu benar-benar kesal, mungkin akan terasa memuaskan untuk berteriak atau menendang barang, tetapi tindakan ini tidak akan bisa membuat orang lain tahu mengapa kamu marah. Tindakan ini biasanya tidak akan berbuat banyak untuk menyelesaikan masalah juga.
Kamu hanya akan menyakiti diri sendiri atau orang lain. Hal yang harus kamu lakukan adalah meningkatkan komunikasi dan mengekspresikan kemarahan dengan cara yang lebih sehat. Ungkapkanlah kemarahan kamu agar orang-orang disekitarmu tahu apa yang mengganggumu. (Tel)
Baca juga: