Tantangan Bangsa dan Mobil Kepresidenan dalam Pameran 'Indonesia Menjawab'

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Selasa, 16 Agustus 2022
Tantangan Bangsa dan Mobil Kepresidenan dalam Pameran 'Indonesia Menjawab'
Mobil ini merupakan mobil 'curian' dari pejabat Jepang. (Merahputih.com/Hendaru Tri Hanggoro)

MOBIL bercat hitam nan mengkilap itu tampak mencolok. Desainnya paling jadul diantara enam mobil lain yang berjejer di plataran Sarinah, Jakarta. Plat depannya bertulis 'REP-1', sedangkan yang lain bertulis 'INDONESIA'. Inilah Buick seri-8, mobil dinas presiden pertama Indonesia, Sukarno.

Mobil dengan grill besar di bagian depan dan kap mesin yang panjang ini diproduksi pada 1939. Di bagian dalam, material kain berwarna cokelat membalut kursi dan atap. Terdapat juga kaca besar untuk memisahkan ruang penumpang dan kabin pengemudi. Kaca itu dapat digeser dengan memutar tuas yang ada di dalamnya.

Sejak 13 Agustus hingga 22 Agustus 2022, mobil ini dipamerkan bersama enam mobil kepresidenan lainnya dari berbagai periode : Soeharto (1966-1998), B.J. Habibie (1998-1999), Abdurrahman Wahid (1999-2001), Megawati (2001-2004), dan Susilo Bambang Yudhoyono/SBY (2004-2014).

Pameran mobil kepresidenan ini merupakan rangkaian pameran Indonesia Menjawab yang diselenggarakan oleh Sekretariat Negara (Setneg) untuk menyambut HUT ke-77 Republik Indonesia.

Sayangnya, tak ada narasi memadai tentang mobil-mobil tersebut. Hanya ada spesifikasi teknis, nama presiden pengguna mobil, dan tahun produksi mobil.

Padahal mobil-mobil itu mempunyai banyak cerita. Sebut saja mobil Buick-Seri 8 yang biasa dipakai Sukarno. Mobil ini merupakan mobil 'curian' dari pejabat Jepang. Kala itu, Sudiro, pemimpin Barisan Banteng di Jakarta, telah menyadari pentingnya mobil untuk menunjang tugas kepresidenan. Namun, Indonesia, yang baru merdeka itu, belum memiliki mobil resmi kepresidenan.

Sudiro melihat mobil Buick terparkir di Stasiun Gambir. Dia mengenal baik sopirnya, lalu mengatakan akan mengambil mobil tersebut. "Saya bermaksud hendak mencurinya buat Presidenmu!" kata Sudiro. Sang sopir pun menyerahkan kuncinya ke Sudiro. Cerita ini termuat dalam Total Bung Karno karya Roso Daras.

Baca juga:

Mobil Presiden Soekarno Dipamerkan di Ajang BCMC

pameran arsip setneg dan mobil kepresidenan
Selain mobil kepresidenan, pameran ini menampilkan foto-foto Presiden dalam berbagai momen penting sejarah negeri ini. (Merahputih.com/Hendaru Tri Hanggoro)

Bung Karno sendiri mengakui mobil tersebut pemberian dari pengikut setianya. "Para pengikutku yang setia menganggap sudah seharusnya seorang presiden memiliki sebuah sedan mewah... Sudiro mengetahui ada sebuah Buick besar muat tujuh orang yang merupakan mobil paling bagus di Jakarta. Dengan gorden di jendela belakang," kata Sukarno kepada Cindy Adams, penulis buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat.

Selain mobil kepresidenan, pameran ini menampilkan foto-foto Presiden dalam berbagai momen penting sejarah negeri ini. Foto-foto Presiden disusun sedemikian rupa untuk menggambarkan tantangan pada masanya.

Sukarno, misalnya, terekam kamera sedang mengupayakan program Pemberantasan Buta Huruf (PBH). Pada masanya, angka buta huruf latin masih tinggi sehingga dia menggencarkan program PBH demi memperbaiki mutu bangsa.

Meski sekarang angka buta huruf sudah rendah, tantangan terkait literasi bangsa masih dihadapi. "Kalau dulu buta huruf, hari ini dunia digital yang kalau kita tidak beradaptasi akan membutakan kita karena di era digitalisasi ini akan terjadi perubahan yang besar-besaran yang namanya lapangan pekerjaan dan kemudahan berusaha,” kata Erick Thohir, Menteri BUMN, saat membuka pameran (13/8).

Beralih ke masa Presiden Soeharto, tantangannya berupa ledakan populasi penduduk. Tanpa pengendalian populasi, Indonesia akan kesulitan memenuhi kebutuhan hajat rakyatnya. Apalagi saat itu kondisi ekonomi negara belum membaik akibat warisan utang pemerintahan sebelumnya.

Soeharto menempatkan stabilitas politik demi meraih pembangunan ekonomi. Di sisi lain, dia juga berupaya mengendalikan populasi demi stabilitas pembangunan ekonomi. Caranya dengan memperkenalkan program Keluarga Berencana yang dikoordinasi oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Foto-foto Soeharto menghadiri berbagai acara BKKBN ditampilkan untuk menggambarkan tantangan tersebut.

Setelah Soeharto jatuh pada 1998, Presiden B.J. Habibie menghadapi tantangan penegakkan reformasi di berbagai bidang dan pemulihan ekonomi akibat badai krisis ekonomi sejak 1997 yang ikut meruntuhkan kekuasaan Soeharto. Selama berkuasa, dia berusaha memulihkan citra Indonesia sebagai negara demokrasi.

B.J. Habibie juga mengupayakan pemilu yang berbeda dari pemilu masa Soeharto. Pemilu yang digelar pada 1999 itu diikuti oleh 48 partai. Tampak foto Habibie tersenyum lepas bersama istrinya sedang mencemplungkan kertas suara ke kotak suara pemilu.

Untuk menjamin demokrasi, Habibie juga menandatangani Undang-Undang No 40 Tahun 1999 tentang Pers. UU itu menjamin kebebasan pers yang menjadi ciri negara demokratis.

Baca juga:

Gus Dur Hadiri Imlek Kedua Pasca-Orba Muluskan Status Hari Libur Nasional

pameran mobil kepresidenan dan arsip setneg
Gus Dur mengunjungi Irian Jaya dan mengubah nama wilayah itu menjadi Papua. (Merahputih.com/Hendaru Tri Hanggoro)

Presiden Abdurrahman Wahid meneruskan demokratisasi dan memperkuat persatuan Indonesia. Dia berupaya menghapus diskriminasi terhadap etnis Tionghoa dengan mengizinkan kembali perayaan imlek dan menjadikannya sebagai hari libur nasional fakultatif. Selain itu, dia juga mengunjungi Irian Jaya dan mengubah nama wilayah itu menjadi Papua. Dua kebijakan ini terekam di foto-foto pameran.

Presiden Megawati Soekarno Putri menghadapi tantangan baru yang tak pernah dihadapi presiden sebelumnya : terorisme global. Sebuah goto menunjukkan Megawai berjalan di reruntuhan bangunan di Bali pada 2002. Bangunan itu hancur tersebab ledakan bom berdaya tinggi.

Presiden SBY harus berhadapan dengan bencana tsunami besar yang melanda Aceh, tak lama setelah dia terpilih sebagai Presiden. Tsunami pada 26 Desember 2004 itu menghancurkan jutaan bangunan dan menewaskan ratusan ribu orang.

Kerugian material akibat tsunami mencapai Rp 42 triliun. Banyak korban selamat menderita guncangan mental. Dalam foto, SBY tampak menghibur seorang anak dan keluarga korban tsunami.

Pameran Arsip dan Mobil Kepresidenan ini berupaya mengingatkan kembali jejak perjuangan para pemimpin, tantangan yang dihadapi bangsa, dan jawaban yang diberikan. Rentang sejarah ini membuktikan bangsa Indonesia adalah bangsa yang kuat menghadapi berbagai tantangan. (dru)

Baca juga:

Bulan Bung Karno, Megawati Akan Pidato Buka Pameran Lukisan di Yogyakarta

#Pameran #HUT RI
Bagikan
Bagikan