Sejarah Islam

Tak Hanya Alquran Berukuran Mini, Ini Pusaka Lain Masjid Darussalam Bogor!

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Selasa, 22 Mei 2018
Tak Hanya Alquran Berukuran Mini, Ini Pusaka Lain Masjid Darussalam Bogor!
Alquran mini tinta emas yang berada di Masjid Darussalam, Bogor, Jawa Barat. (Merahputih.com/Noer Ardiansjah)

SELAIN Alquran, ada beberapa benda lain peninggalan Pangeran Wijayakusuma. KH TB Tamyiz (64) masih setia menjaga pusaka tongkat rotan penghafal ayat suci, rompi kerajaan, masjid 100 tahun, hingga badik perang.

Seluruh benda itu, menurut sang juru kunci, digunakan sang ulama untuk menolong umat manusia di Batavia. Bahkan, keberadaan benda itu banyak memberikan manfaat kepada warga sekitar dalam memahami Islam sesungguhnya.

Alquran mini tinta emas yang berada di Masjid Darussalam, Bogor, Jawa Barat. (Merahputih.com/Noer Ardiansjah)

Lembayung senja terlihat turun menyinari bumi. Tak terasa waktu berbuka puasa hampir tiba. Sejumlah warga sibuk membeli takjil untuk berbuka bersama keluarga. Begitu pula sang pewaris Alquran tinta emas terkecil gubahan khusus ulama keturunan Sunan Gunung Jati itu.

Tamyiz pun mulai mengecek penganan pembuka puasa untuk keluarganya di rumah ketika tim merahputih.com menyambanginya. Kebetulan rumahnya itu tepat berada di depan Masjid Darussalam.

Cukup lama pria ini berada di dalam rumah berwarna krem itu. Tak berapa lama, ia pun keluar dari pintu. Pada tangan kanan dan kirinya memegang beberapa benda. Yakni tongkat rotan, sebuah parang, pakaian, dan surat. Benda itu kemudian diletakkannya di depan teras masjid.

Tamyiz menceritakan benda-benda yang dibawanya dari dalam rumah. Kata dia, jubah kebesaran yang terlihat kumal berwarna biru terong dan cokelat itu merupakan benda yang sangat dicari banyak orang. Sebab, pakaian ini merupakan pakaian kebesaran Pangeran Jayakarta. "Jubah ini merupakan kebesaran Pangeran Wijayakusuma sewaktu menyiarkan Agama Islam di Batavia pada abad ke-17," katanya.

Terlebih, kata Tamyiz, jika seseorang yang memilikinya akan mendapatkan karomah dalam mengajarkan ilmu agama. Selain jika mengenakan jubah itu seseorang akan memiliki wibawa yang tinggi. Serta tahan dengan senjata api dan tajam.

"Benda ini yang menunjukkan keturunan asli dari beliau. Kalau ada yang mengaku keturunan bangsawan jika tak punya jubah ini pasti dipertanyakan. Sudah banyak yang menginginkannya tetapi tetap tidak saya jual. Ini benda warisan yang harus dirawat dan dijaga," kata Tamyiz kepada merahputih.com.

Selain jubah itu, ada pula benda lain yang tak kalah hebat. Yakni badik panjang yang dimiliki ulama tersebut untuk melawan penjajah dan menyiarkan Islam di tanah Jawa. Badik sepanjang satu meter itu pun memiliki karomah yang tinggi. Sebab, jika disandangkan dipinggang oleh seseorang maka lawan akan segan dan mundur melarikan diri.

Konon, kata Tamyiz, jika Pangeran Wijayakusuma sudah turun ke medan perang, para penjajah pun lari ketakutan. "Apalagi sampai mencabut badik dan berteriak Allahu Akbar."

Kemudian, terdapat pula masjid peninggalan tertua Pangeran wijayakusuma yang diberi nama Darussalam. Masjid yang berusia 100 tahun itu digunakan sang ulama untuk menyiarkan islam ke Jawa Barat. Yang unik dari masjid ini salah satu ruangan untuk mengumandangkan azan terbuat dari batu kapur yang ditumpuk tanpa diberi semen.
Kata dia, kekuatan batu dengan pondasinya itu tidak bisa dihancurkan dengan benda apa pun. Yang uniknya lagi, jika mengumandangkan ayat suci di tempat itu seseorang merasa tenteram dan damai.

"Masjid ini tidak punya alat pendingin, hanya ruangan itu saja yang membuat sejuk di sekitar. Masjid ini dibangun dengan perjanjian oleh beberapa ulama di tanah suci yang dibuat pada 1354 hijiriah. Perjanjiaannya ulama meminta pengiriman santri untuk di didik menjadi pendakwah, hanya itu saja," katanya.

Tak jauh dari surat itu terdapat sebuah tongkat mini terbuat dari rotan berwarna cokelat tua. Tamyiz menuturkan, benda yang satu ini tidak pernah ditinggalkan sang Pangeran Wijayakusuma dalam syiar agama kepada warga. Sebab, saat itu mayoritas warga belum memahami Islam dengan benar. Apalagi dapat membaca Alquran dengan fasih sesuai dengan kaidah yang tertera.

Badik pusaka yang berada di Masjid Darussalam, Bogor, Jawa Barat. (Merahputih.com/Noer Ardiansjah)

"Ini yang paing banyak berperan membantu beliau berdakwah dan membimbing warga untuk memeluk Islam. Ada keistimewaan benda ini yang hampir sama dengan Alquran tinta emas," ucapnya sembari memegang tongkat itu.

Keunikan benda itu, sambung Tamyiz, jika seseorang ingin bisa cepat membaca dan memahami ayat Alquran, maka tongkat rotan tersebut harus dipukulkan ke bagian kepala santri yang ingin belajar. Dalam sekejap, jika benda itu mengenai kepala seseorang bisa dengan lancar membaca ayat suci dengan benar.

Kemujaraban benda itu bukan isapan jempol semata. Dari cerita sang ayah dan kakeknya pun semua sama. Tak ada beda saat benda itu dititipkan kepada Tamyiz pada saat dirinya remaja. "Ya, dari sejarah benda ini semua sama ceritanya dan tidak berbeda. Namanya juga benda sejarah dari nenek moyang yang digunakan untuk syiar agama," tuturnya.

Lantaran merasa penasaran, Tamyiz pun coba menguji tongkat sang leluhur itu. Dirinya, beberapa kali mengajar membaca Alquran kepada sejumlah anak pengajian di lingkungan sekitar. Dari beberapa muridnya, ada salah satu murid yang sangat susah membaca ayat suci.

Merasa ingin membantunya, Tamyiz memukulkan tongkat itu satu kali dibagian kepala sang murid. Tak ayal merasa sakit, sang murid menangis. Usai menangis, sang murid pun terdiam. Tanpa disangka, muridnya itu langsung lancar membaca ayat suci dengan fasih.

"Subhanallah keajaiban itu benar. Ini bukan karangan saya, tetapi memang kenyataan. Saya sama sekali bukan mau menyiksa, tapi hanya membantu mereka mengerti membaca ayat suci," ungkap pria berdarah Jawa Barat ini.

Tak sampai di sana cerita Tamyiz mengenai manfaat tongkat itu. Beberapa tahun silam, dirinya pun sempat diminta mengajar membaca ayat suci di sekitaran Kabupaten Bogor. Di salah pondok pesantren itu, dia pun mengajar. Perlakuan pun sama yang diterapkan dirinya kepada semua santri.

Sepuluh dari para santri yang mondok di tempat itu pun tidak bisa membaca ayat suci. Namun, setelah memukul bagian kepala para santri itu, mereka pun semua menjadi lancar dan cepat membaca Alquran. Keberhasilan itu lantar tersiar ke mana-mana.

Tuah tongkat rotan itu pun menjadi sorotan. Bahkan di antara mereka yang datang ke Tamyiz banyak hendak yang memiliki benda pusaka itu. "Tongkat ini memang memiliki khodam. Jadi dikenal sangat ampuh untuk membantu mereka yang ingin benar membaca Alquran. Ini bukan musyrik, tetapi hanya sebagai alat untuk membantu mereka memahami ilmu agama yang sudah lama ada di dunia ini," terangnya dengan lugas.

Lantaran empat benda bersejarah milik nenek moyangnya itu, Tamyiz menjadi bahan pergunjingan warga. Namun, demikian gosip yang beredar tak pernah didengar bapak dua anak ini.

Justru dirinya tetap berharap adanya benda pusaka itu dapat membantu tugas dari sang kakek buyutnya menyebarluaskan Islam di Kabupaten Bogor. Dirinya pun memberikan nama terhadap lima benda pusaka milik Pangeran Wijaya Kusuma itu dengan sebutan Mutiara Darussalam.

Benda pusaka yang berada di Masjid Darussalam, Bogor, Jawa Barat. (Merahputih.com/Noer Ardiansjah)

Dia mengakui, jika sebutan itu diberikan karena benda tersebut digunakan untuk menyiarkan agama kepada warga setempat. Dan juga guna memberikan pengetahuan mengenai Islam yang sudah dianut untuk didalami kembali oleh pengikut Nabi Muhammad saw.

Dirinya menolak jika keberadaan benda warisan leluhurnya itu dijadikan alat kesombongan dan hal yang melanggar kaidah agama. Sebab munculnya benda itu hanya untuk memandu warga yang belum mengetahui ajaran Islam yang benar.

Tidak ada perlakuan khusus yang dibuat Tamyiz kepada benda-benda itu. Sebab, dikahawtirkan akan membuat kemusyrikan. "Manfaatnya yang saya ambil untuk membantu sesama, bukan untuk yang lain. Saya harap mereka sudah mengetahui hal ini. Jangan sampai keberadaan benda warisan ini membuat agama mereka luntur," tandasnya.

Keagungan Allah dengan membuat benda itu menjadi bermanfaat bagi sesama. Dan yang utama bagi dirinya benda itu tak lebih dari titipan sang leluhur untuk dijaga dengan baik. Semua hanya dirawat dan diwariskan kembali pada keturunan yang lain, yang ditunjuk untuk merawat benda pusaka milik sang kakek buyutnya penyiar agama Islam di tanah Jawa.

#Sejarah Islam #Sunan Gunung Jati
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.
Bagikan