DAMPAK pandemi COVID-19 yang belum berakhir ini, memaksa Keraton Kasepuhan Cirebon menunda dan meniadakan sejumlah tradisi yang biasanya digelar jelang dan saat Idul Fitri. Salah satu tradisi yang ditiadakan pada Idul Fitri 1441 H yakni Tabuh Gamelan Sekaten.
Sultan Sepuh ke-XIV Keraton Kasepuhan Cirebon Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat mengatakan Keraton Kasepuhan mendukung upaya pemerintah dalam rangka menekan penyebaran COVID-19.
Baca Juga:

"Dimasa PSBB dan wabah COVID-19 tahun ini Keraton Kasepuhan menyesuaikan dengan kebijakan pemerintah dan kondisi yang ada dalam kegiatan dan tradisi jelang dan pada hari raya Lebaran," kata Sultan Arief sapaan PRA Arief Natadiningrat melaluI pesan WhatsApp, Minggu (17/5).
Tabuh Gamelan Sekaten merupakan salah satu tradisi Keraton Kasepuhan Cirebon peninggalan Sunan Gunung yang digunakan oleh Sunan Gunung Jati dalam syiar Islam.
Biasanya Tabuh Gamelan Sekaten berlangsung di alun -alun keraton, didengarkan oleh masyarakat. Masyarakat yang mendengarkan konser gamelan ini harus membayar tapi bukan dengan uang.
Baca Juga:

"Membayarnya dengan mengucapkan dua kalimat syahadat atau syahadatain Ashaduallah ila ha ilallahWa ashahadu anna Muhammadarasulallah," kata Sultan Arief.
Menurut Sultan Arief, gamelan ini disebut gamelan sekaten yang berasal dari kata syahadatain. Dan gamelan ini telah berusia 600 tahun yang masih tersimpan dengan baik di museum Keraton Kasepuhan.
"Saat ini gamelan ini dibunyikan setahun 2 kali yaitu pada waktu Idhul Fitri dan Idhul Adha dan biasanya di tabuh di Siti Inggil Keraton Kasepuhan," tutup Sultan Arief. (*)
Baca Juga:
Tulisan dari Mauritz kontributor merahputih.com untuk wilayah Kota Cirebon, Jawa Barat dan sekitarnya.
Caption : Keraton Kasepuhan Sultan Arief (Baju putih), saat melihat permainan gamelan Sekaten beberapa waktu lalu (foto: Dok Keraton Kasepuhan Cirebon)