Kesehatan

Sunat Saat Bayi, Amankah?

P Suryo RP Suryo R - Rabu, 20 Juni 2018
Sunat Saat Bayi, Amankah?
Dokter menyarankan sunat pada bayi. (Foto: Pexels/Josh Willink)

SUNAT bukanlah hal asing di Indonesia. Apalagi mayoritas warga Indonesia pemeluk agama Islam yang melakukan sunat sebagai bagian dari iabadah. Dalam dunia medis prosedur yang dilakukan adalah dengan membersihkan serta menghilangkan kulup di ujung penis ini. Tujuannya untuk mengurangi risiko timbulnya infeksi kuman serta bakteri pada penis.

Secara medis sunat sangatlah baik demikian disebutkan dalam laman Go Dok. Prosedur ini menghilangkan smegma yang terkumpul pada kulup tersebut. Smegma merupakan istilah yang merujuk pada zat berwarna putih dan kental yang mengandung sisa sel-sel kulut mati. Nah, biasanya, smegma dapat ditemukan di kulup penis, terutama bagian bawahnya. Jika tidak dibersihkan, zat ini akan menumpuk dan memicu beberapa komplikasi. Seperti timbulnya bau tidak sedap serta infeksi kuman dan bakteri.

Demi menghindari kemungkinan terburuk dari penumpukan smegma, maka prosedur sunat perlu dilakukan. Bagi para pria, ini dia beragam manfaat sunat bagi kesehatan yang harus diketahui:

Menurunkan risiko infeksi saluran kemih.

Menurunkan risiko terpapar PenyakitMenular Seksual (PMS), seperti gonore dan HIV.

Menurunkan risiko terkena kanker penis

Mencegah timbulnya penyakitbalanitis (peradangan glans penis) dan balanoposthitis (peradangan kepala penis dan kulup).

bayi sunat
Alasan sunat pada bayi karena masih bergerak terbatas. (Foto: Pexels/Bingo Theme)

Jika para pria ditanya, apakah disunat itu sakit atau tidak; maka, jawabannya pasti ‘iya’. Memang, pasca disunat, bagian penis akan terasa tidak nyaman sebab ujung penis yang terasa sakit, kemerahan, bengkak, hingga mengeluarkan kerak bewarna kuning. Namun, kondisi ini hanya akan berlangsung selama 10 hari, kok! Setelah itu penis akan kembali normal seperti sedia kala.


Jadi, kapan sebaiknya sunat dilakukan?


Di Indonesia, praktik sunat biasanya dilakukan ketika anak laki-laki mencapai umur 5-7 tahun. Alasannya tidak lain karena di rentang usia tersebut, anak dianggap lebih mampu menahan nyeri. Namun para ahli justru menyarankan sunat dilakukan sejak anak masih berusia bayi.

Ya, para ahli medis menyarankan waktu terbaik untuk melakukan sunat adalah tujuh hari sampai dengan tiga bulan setelah bayi lahir. Alasannya adalah teknik yang dilakukan ketika melakukan sunat pada bayi menggunakan teknik yang lebih sederhana dibandingkan dengan sunat yang dilakukan ketika usia dewasa. Selain itu, luka pasca sunat pada bayi juga akan sembuh dengan lebih cepat sebab gerakan tubuh bayi masihlah sangat terbatas.

bayi sunat
Luka setelah sunat akan lebih cepat sembuh. (Foto: Pexels/Henley Design Studio)

Justru, sunat yang dilakukan ketika anak memasuki usia sekolah dikhawatirkan akan membuatnya trauma. Penyebabnya tidak lain karena di usia tersebut, anak sudah bisa merasakan rasa sakit, nyeri, dan ngeri ketika disunat. Nah, perasaan inilah yang ditakutkan banyak pihak dapat menyebabkan trauma tersendiri bagi anak hingga ia dewasa kelak.

Selain itu, anak di usia sekolah dianggap sedang berada dalam fase di mana tubuh bergerak dengan lincah dan aktif. Akibatnya, sunat di umur ini akan membuat proses penyembuhan luka berjalan dengan lambat. Bahkan, anak akan lebih rentan mengalami pendarahan sebab luka sunat yang tidak kunjung kering. (psr)

#Sunat #Bayi
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love
Bagikan