Merawat Ingat

Sukhoi Superjet 100 Menghantam Gunung Salak

P Suryo RP Suryo R - Senin, 09 Mei 2022
Sukhoi Superjet 100 Menghantam Gunung Salak
Semua awak pesawat dan penumpang yang berjumlah 45 orang tewas. (Foto: skybrary)

KELABU untuk sejarah industri penerbangan Rusia, khususnya Sukhoi. Sukhoi Superjet (SSJ) 100 pada Rabu, 9 Mei 2012 pesawat SSJ 100 menghantam Gunung Salak, Bogor. Dirangkum dari beberapa sumber, saat itu SSJ 100 dikendalikan oleh pilot Aleksandr Yablontsev. Pesawat SSJ 100 dengan nomor penerbangan RA 36801 dioperasikan Sukhoi Civil Aircraft Company tengah melakukan penerbangan promosi dari Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma.

Penerbangannya direncanakan menggunakan aturan terbang secara instrumen atau instrument flight rules (IFR) pada ketinggian 10 ribu kaki selama 30 menit. Wilayah yang diizinkan untuk penerbangan ini adalah area Bogor.

Pilot memiliki asumsi bahwa penerbangan tersebut telah disetujui untuk terbang ke arah radial 200 HLM VOR sejauh 20 Nm. Pada pukul 14.20 WIB, pesawat tinggal landas dari landasan 06 Bandara Halim, kemudian berbelok ke kanan hingga mengikuti radial 200 HLM VOR, dan terus naik sampai di ketinggian 10 ribu kaki.

Baca Juga:

Kelahiran VOC Bentuk Persaingan Dagang Negara-negara di Eropa

pesawat
SSJ 100 tengah melakukan penerbangan promosi dari Bandar Udara Internasional Halim Perdanakusuma. (Foto: rusaviainsider)

Empat menit berselang, pilot melakukan komunikasi dengan Jakarta Approach dan menginformasikan bahwa pesawat telah berada pada radial 200 HLM dan telah mencapai ketinggian 10 ribu kaki. Lalu, dua menit kemudian, pilot kembali melakukan komunikasi dan meminta izin untuk turun ke ketinggian 6 ribu kaki dan membuat orbit (lintasan melingkar) ke kanan. Izin tersebut diberikan oleh petugas Jakarta Approach. Tujuannya, agar pesawat tak terlalu tinggi untuk proses pendaratan di Bandara Halim menggunakan landasan 06.

Tercatat di Flight Data Recorder (FDR), pada pukul 14.32 lewat 26 detik WIB, pesawat menabrak tebing Gunung Salak pada radial 198 dan 28 NM HLM VOR dengan ketinggian 6.000 kaki di atas permukaan laut. Pada 38 detik sebelum benturan, Terrain Awareness Warning System (TAWS) memberikan peringatan berupa suara yang berbunyi 'Terrain ahead, pull up' dan diikuti oleh enam kali 'Avoid terrain'.

Akan tetapi, Pilot in Command (PIC) mematikan TAWS tersebut karena berasumsi bahwa peringatan-peringatan itu diakibatkan oleh database yang bermasalah. Tujuh detik menjelang tabrakan, terdengar peringatan berupa suara 'Landing gear not down' yang berasal dari sistem peringatan pesawat. Peringatan 'Landing gear not down' ini akan aktif bila pesawat berada di ketinggian kurang dari 800 kaki di atas permukaan tanah dan roda pendaratan belum diturunkan.

Saat kejadian itu, pesawat berada di sekitar Gunung Salak yang memiliki ketinggian sekitar 2 ribu meter dari permukaan laut. Pada pukul 14.50 WIB, petugas Jakarta Approach menyadari bahwa pesawat SSJ 100 telah hilang dari layar radar. Tidak ada bunyi peringatan sebelum lenyapnya titik target pesawat dari layar radar.

Satu hari kemudian, pada 10 Mei 2012, Basarnas berhasil menemukan lokasi jatuhnya pesawat. Semua awak pesawat dan penumpang yang berjumlah 45 orang tewas dalam kecelakaan ini, pesawat pun ditemukan dalam kondisi hancur.

Berdasarkan hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) yang diumumkan pada18 Desember 2012, kecelakaan pesawat Sukhoi SSJ 100 ini disebabkan oleh kelalaian pilot yang mengemudikan pesawat. Dari hasil investigasi itu juga didapati bahwa pesawat SSJ 100 tersebut dalam kondisi baik tanpa gangguan sistem apapun. (DGS)

Baca Juga:

Penyerahan Kekuasaan Eksekutif Sukarno ke Tangan Suharto

#Merawat Ingat #Pesawat
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love
Bagikan