Studi Menemukan Pemanis Memiliki Efek Samping

P Suryo RP Suryo R - Senin, 06 Maret 2023
Studi Menemukan Pemanis Memiliki Efek Samping
ari 100 ribu orang telah menunjukkan bahwa mereka yang mengonsumsi beberapa pemanis tingkat tinggi memiliki sedikit peningkatan risiko terkena jenis kanker. (freepik/stocking)

PENELITIAN mengaitkan bahaya pemanis dikonsumsi terlalu banyak. Para peneliti mengungkapkan ada efek samping seperti obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit kardiovaskular. Tetapi kaitannya dengan kanker masih belum pasti.

Pemanis buatan yang disebut siklamat, telah dijual di Amerika Serikat pada tahun 1970-an terbukti meningkatkan kanker kandung kemih pada tikus. Namun, fisiologi manusia sangat berbeda dengan tikus dan penelitian observasi pun dinyatakan gagal menemukan hubungan antara pemanis dan risiko kanker pada manusia. Meskipun demikian, media terus melaporkan hubungan antara pemanis dan kanker.

Baca Juga:

Berbagai Pilihan Pemanis Sehat dan Rendah Kalori

pemanis
Pemanis berefek pada bakteri di usus kita, dapat merusak sistem kekebalan tubuh, yang berarti tidak lagi mengidentifikasi dan menghilangkan sel kanker. (freepik/freepik)

Melansir dari laman CNA, bahwa penelitian yang diterbitkan di PLOS Medicine, telah mengamati lebih dari 100 ribu orang yang menunjukkan bahwa mereka yang mengonsumsi beberapa pemanis tingkat tinggi memiliki sedikit peningkatan risiko terkena jenis kanker tertentu.

Untuk menilai asupan pemanis buatan mereka, para peneliti meminta para peserta untuk membuat buku harian makanan. Sekitar setengah dari peserta diikuti selama lebih dari delapan tahun. Studi tersebut menemukan bahwa aspartam dan acesulfame K, khususnya, dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker, terutama kanker payudara dan obesitas, seperti kanker kolorektal, lambung, dan prostat. Ini menunjukkan bahwa menghilangkan beberapa jenis pemanis dari dietmu dapat mengurangi risiko kanker.

Banyak makanan yang mengandung pemanis. Aditif makanan ini meniru efek gula pada reseptor rasa kita, memberikan rasa manis yang intens tanpa atau sangat sedikit kalori. Beberapa pemanis terjadi secara alami (seperti sirup stevia atau yacon).

Lainnya, seperti aspartam, adalah buatan. Meski memiliki sedikit atau tanpa kalori, pemanis tetap berpengaruh pada kesehatan kita. Aspartam berubah menjadi formaldehida (sejenis karsinogen) saat tubuh mencernanya. Ini berpotensi menumpuk di sel dan menyebabkannya menjadi kanker.

Sel-sel tubuh sudah terprogram untuk menghancurkan diri sendiri ketika mereka menjadi kanker. Tapi aspartam telah terbukti 'mematikan' gen yang memberi tahu sel kanker untuk melakukan ini.

Pemanis lainnya, termasuk sukralosa dan sakarin, juga terbukti merusak DNA, yang dapat menyebabkan
kanker. Tapi ini hanya ditunjukkan pada sel di cawan daripada di organisme hidup. Pemanis juga dapat
memiliki efek mendalam pada bakteri yang hidup di usus kita. Mengubah bakteri di usus dapat merusak
sistem kekebalan tubuh, yang berarti mereka tidak lagi mengidentifikasi dan menghilangkan sel kanker.

Tapi masih belum jelas dari hewan dan eksperimen berbasis sel ini tepatnya bagaimana pemanis
memulai atau mendukung perubahan kanker pada sel. Banyak dari eksperimen ini juga akan sulit untuk
diterapkan pada manusia karena jumlah pemanis diberikan pada dosis yang jauh lebih tinggi daripada
yang pernah dikonsumsi manusia.

Hasil dari studi penelitian sebelumnya terbatas, sebagian besar karena studi ini hanya mengamati efek dari mengkonsumsi pemanis tanpa membandingkannya dengan kelompok yang tidak mengkonsumsi pemanis apapun.

Tinjauan sistematis baru-baru ini terhadap hampir 600 ribu peserta menyimpulkan bahwa ada bukti terbatas yang menunjukkan bahwa konsumsi pemanis buatan dalam jumlah besar dapat meningkatkan risiko kanker tertentu.

Baca Juga:

Stevia, si Manis Pengganti Terbaik Gula

pemanis
Terpenting adalah bukanlah jumlah pemanis yang kamu konsumsi, melainkan jenis yang kamu gunakan. (freepik/8photo)

Berdasarkan bukti saat ini, umumnya disepakati bahwa penggunaan pemanis buatan dikaitkan dengan peningkatan berat badan. Meskipun peneliti tidak yakin apakah pemanis secara langsung menyebabkan hal ini terjadi.

Studi baru ini memperhitungkan indeks massa tubuh orang, ada kemungkinan bahwa perubahan lemak tubuh mungkin berkontribusi pada perkembangan banyak jenis kanker ini yang belum tentu berasal dari pemanis itu sendiri.

Meskipun temuan penelitian terbaru ini tentu memerlukan penelitian lebih lanjut, penting untuk mengetahui keterbatasan penelitian. Pertama, buku harian makanan tidak dapat diandalkan karena orang tidak selalu jujur tentang apa yang mereka makan atau ada kemungkinan lupa apa yang telah mereka konsumsi.

Meskipun penelitian ini mengumpulkan buku harian makanan setiap enam bulan, masih ada risiko orang tidak selalu mencatat secara akurat apa yang mereka makan dan minum. Meskipun para peneliti sebagian mengurangi risiko ini dengan meminta peserta mengambil foto makanan yang mereka makan, orang mungkin masih belum memasukkan semua makanan yang mereka makan.

Akhirnya, risiko terkena kanker pada mereka yang mengonsumsi pemanis buatan tingkat tertinggi dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi jumlah paling rendah adalah sederhana - dengan risiko relatif hanya 13 persen lebih tinggi terkena kanker dalam masa studi.

Jadi meskipun orang yang mengonsumsi pemanis dalam jumlah tertinggi memiliki peningkatan risiko terkena kanker, ini masih sedikit lebih tinggi dibandingkan mereka yang asupannya paling rendah.

Meski hubungan antara penggunaan pemanis dan penyakit, termasuk kanker, masih kontroversial, penting untuk diperhatikan bahwa tidak semua pemanis itu sama. Sementara pemanis seperti aspartam

dan sakarin dapat dikaitkan dengan kesehatan yang buruk, tidak semua pemanis. Jadi, pilihan yang penting bukanlah jumlah pemanis yang kamu konsumsi, melainkan jenis yang kamu gunakan. (dgs)

Baca Juga:

Gula Pasir dan Gula Batu, Apa Bedanya?

#Kesehatan #Pemanis Buatan
Bagikan
Ditulis Oleh

P Suryo R

Stay stoned on your love
Bagikan